Tidak terelakkan. Kemajuan kehidupan manusia berkat kehadiran teknologi, melahirkan berbagai konsekuensi turunan. Dampak negatif tidak bisa dihindari, meski hal positif juga dinikmati. Paradoksal.
Terbentuknya masyarakat jaringan, sebagaimana Manuel Castell menyebutnya, diperantarai dengan penggunaan teknologi, dalam melakukan pengaturan arus informasi.Â
Teknologi digital, yang kemudian hadir, sebagai perkembangan terbaru, menghadirkan banyak sisi dari interaksi manusia. Kecepatan pertukaran data, informasi dalam komunikasi tidak terbendung.
Penjelasan itu, terurai melalui buku yang ditulis Firman Kurniawan, Digital Dilemma: Problem Kontemporer Adopsi Media Digital di Indonesia, 2020.
Lingkup kajiannya, tersebar melalui berbagai pembahasan, termasuk problem adopsi, interaksi gaya hidup, persoalan ilmu pengetahuan dan kebenaran, ranah demokrasi politik, hingga etika.
Proses adopsi teknologi, jelas membutuhkan waktu adaptasi. Manusia secara bertahap mempergunakan teknologi, menjadi kebiasaan, dan pada akhirnya mampu merubah kehidupan manusia itu sendiri.
Konstruksi Realitas
Keberadaan internet, menjadikan proses globalisasi sungguh-sungguh sebagai sebuah kenyataan. Ruang fisik tergantikan melalui interkoneksi dunia. Menjadi saling terhubung dan berjejaring.
Hal ini selaras dengan apa yang dinyatakan Marshall McLuhan sebagai desa global. Hambatan ruang, jarak dan waktu diringkas menjadi sekejap mata, secara real time. Keterhubungan jaringan adalah modalitas.
Pada banyak ulasan, Firman menghadirkan berbagai dilema manusia, berhadapan dengan produk ciptaannya. Teknologi dipergunakan untuk memudahkan kehidupan, tak pelak mengubah dirinya.
Rentetan dilema itu, dalam kerangka makna, merupakan tantangan kualitas kehidupan manusia. Dunia dan kehidupan diliputi paradoks. John Naisbitt dalam Global Paradox telah memprediksinya.