Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hilangnya Keheningan dan Kontemplasi Politik

17 Agustus 2018   23:40 Diperbarui: 18 Agustus 2018   09:34 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pecah keriuhan kembali mewarnai jagad politik nasional, kontestasi politik ditahun mendatang telah menjelang. Para kandidat dari koalisi partai politik telah didaftarkan, seolah mengulang, pertemuan figur utama membuka lembar pada periode lalu. Dengan demikian, faktor pembaharunya terletak dipersoalan pendamping.

Tidak tepat bila kita menempatkan pilihan kata rivalitas, karena dalam politik faktor kemungkinan selalu terbuka. Sehingga, akan menjadi lebih sesuai, bila kemudian dinyatakan sebagai rematch antara dua kelompok koalisi melalui figur yang dimajukan.

Peta politik berubah, dan dinamika adalah hukum gerak dari perubahan serta kesetimbangan, pun pada ranah dunia politik.

Keramaian tidak hanya dipentas media massa, berbagai diskusi pada forum Whatsapp Group pun mulai kembali menghangat. Sosial media sebagai anak kandung dari perkembangan teknologi informasi, pun tidak kalah bising, bahkan layaknya belantara rimba raya.

Menariknya, kegaduhan menjadi bagian dari proses politik kita. Terlebih kontestasi politiknya memang hanya menghadirkan dua kandidat saja, sehingga gesekan sangat dimungkinkan mencuat secara nyata.

Kehadiran teknologi, membawa proses distribusi sebuah informasi berlangsung secara cepat, dan kecepatan itu menjadi indikator dari kekuasaan. Viralitas menjadi ukuran dari ketertarikan publik.

Adopsi teknologi yang terjadi dalam tahap awal, ketika literasi media belum terjadi secara matang, memungkinkan perkembangan informasi palsu -hoaks, yang semakin menambah terjadinya keriuhan.

Pada hakikatnya, secara filosofis, kehadiran teknologi mempermudah kehidupan manusia, tetapi secara bersamaan ketergantungan secara eksesif mengakibatkan dehumanisasi.

Apa maknanya? Kita kini menjadi bagian dari komunitas riil secara fisik yang juga terintegrasi diruang virtual alias dunia maya. Kehidupan kita, saat ini sudah sedemikian konsumtif atas teknologi informasi (baca: sosial media). Terbentuk perilaku baru dan budaya baru di abad digital.

Tiada Ketenangan

Kita menjadi mahluk yang "always on", hidup dalam narsisme yang membutuhkan ruang eksistensi secara realtime. Homo update, secara bersamaan menjadi pencipta, pendistribusi, dan konsumen dari informasi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun