Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Merunut Kriteria dan Menunjuk Nama

15 Juli 2018   18:28 Diperbarui: 15 Juli 2018   18:33 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Jelang Agustus, suasana politik ditanah air semakin dinamis. Semua berbicara tentang nama, menyambut PilPres 2019.

Seolah tiada habis, nama-nama dibicarakan, menimbang posisi, berbincang tentang kans dan peluang keterpilihan, berbasis asumsi prediktif.

Dalam kacamata akademis, rujukan nama adalah hasil dari kalkulasi atas kriteria. Karenanya, perlu upaya keras nan serius dalam mendefinisikan kriteria dan karakteristik yang sesuai untuk suatu tanggungjawab, hal tersebut dilakukan terlebih dahulu sebelum kemmudian menyimpulkan nama.

Posisi adalah sebuah amanat yang harus dilekatkan pada individu secara bersesuaian, dan kesesuaian itu dilihat melalui indikator atas kriteria dan karakteristik yang dibutuhkan oleh sebuah posisi ataupun jabatan tertentu.

Jadi nama adalah hasil akhir dari formulasi dan rumusan kriteria. Nah sekarang kita bahas soal kriteria pemimpin. Jelas bagi seorang pemimpin, harus bisa dipastikan memenuhi keseluruhan aspek kepemimpinan.

Diantaranya, memiliki visi memimpin, genap dalam moralitas dan integritas. Termasuk, menjadi pemberi solusi dan penyemangat bagi seluruh pihak yang dipimpinnya.

Kriteria fisik bukan indikator yang terkait, jadi hitam-putih, tinggi-pendek bukanlah ukuran.  Pemimpin harus memiliki stamina tahan banting serta tahan pukul, karena kebijakan yang diambil tentu tidak akan pernah mampu menyenangkan seluruh pihak tanpa terkecuali.

Fenomena "lovers and haters" adalah konsekuensi rasional dari sebuah kebijakan. Tapi hakikat pemimpin adalah sebagai pemersatu, meski dalam perbedaan sudut pandang.

Saat ini kita memang seolah berada dalam dua kutub yang terpisah, ada keterbelahan di masyarakat. Sekalilagi, pemimpin harus mampu merangkul dan membangun kesepahaman, merangkai perbedaan sebagai khasanah dalam kekayaan kebersamaan, demi masa depan bersama.

Idealis, atau sedikit utopis? Tentu saja kriteria harus ditempatkan pada kondisi yang optimal, baru kemudian kita hitung nilai dari derajat kriteria kepemimpinan pada nama-nama yang beredar, untuk mengetahui siapa saja yang lebih layak untuk suatu posisi tertentu.

Terlalu berat, bisa jadi tidak ada yang memenuhi seluruh kriteria? Maka wajar saja, kepemimpinan itu soal panggilan pengabdian, bukan sekedar mencari jabatan dalam kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun