Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Citizen dan Marketing 4.0" di Tengah Disrupsi Digital

24 Januari 2018   12:01 Diperbarui: 24 Januari 2018   12:02 3064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Membaca buku Citizen 4.0: Menjejakkan Prinsip-Prinsip Pemasaran Humanis di Era Digital, Hermawan Kertajaya, 2017 menjadi menarik untuk dibahas dalam konteks bagaimana model pemasaran diasa mendatang yang akan sesuai dengan karakteristik perubahan generasi.

Pembahasan mengenai lapisan generasi baru, telah banyak dibahas dan ditandai dengan label penamaan yang beragam. Sebagian disebut sebagai Generasi Z, bisa pula Gen Phi, bahkan sebahagian besar masih belum mengidentifikasi generasi yang timbul pasca Millennials.

Pada pembahasan buku ini, Hermawan dan Tim Marketeers mencoba mengurai bentuk perubahan komunal ditengah era guncangan teknologi, yang dikorelasikan dengan pengembangan model dalam prinsip pemasaran yang telah diperkenalkan yakni marketing 4.0.

Konektifitas dunia melalui teknologi, membuat abad ini menjadi suatu gugus yang baru dan berbeda. Citizen 4.0 pun tercipta bersamaan dengan perubahan yang terjadi dalam sendi kehidupan kita, yang kini telah mulai terintegrasi secara teknologi.

Hal tersebut membuat terbentuknya gaya hidup semakin terbuka. Dunia menjadi seolah datar, tiada batas yang memberi jarak terpisah. Lebih jauh lagi, mekanisme komunikasi terjadi dalam skema many to many dengan arah horizontal, dibandingkan abad sebelumnya yang lebih vertical.

Dengan demikian, maka konsumen dimasa mendatang, dalam sudut pandang bisnis harus diperlakukan secara spesifik dan khusus, terkait dengan karakteristiknya. Teknologi yang semakin maju tidak menghilangkan dasar konsep yang terjadi sebelumnya, terjadi asimilasi pada periode adaptasi yang mengakomodasi model konvensional.

Tidak sepenuhnya aspek online diabad teknologi informasi dan komunikasi kali ini, akan menghilangkan keinginan untuk berkumpul. Justru aspek online dimasa mendatang, dapat memperkuat kehendak offline yang tergabung melalui fanbase dan komunitas.

Dalam program pemasaran, arah marketing telah mengalami perkembangan dari (1.0) yang product centric, lalu (2.0) customer centric menjadi (3.0) human spirit centric dan kini hadir (4.) yang mengkombinasikan style and substance. Tidak hanya dituntut menarik, tetapi juga update.

Di era kolaborasi ini, pelanggan tidak hanya dijadikan sebagai subjek tetapi menjadi partner pengembangan produk. Mendapatkan insight dari pelanggan, serta bersikap aktif untuk mendengarkan, menciptakan keterlibatan dan menyentuh kepuasan mendalam dari pelanggan, merupakan kunci bersaing, sekaligus menciptakan loyalitas pelanggan.

Berbagai kanal digital dan sosial media, membuat pemilik merek harus lebih sensitif dalam memperhatikan konsumen. Keterkaitan emosional akan menjadi sangat kental, khususnya pengembangan relasi pelanggan. Produsen perlu memperhatikan customer path klien.  

Mulai dari tahap awal; Aware(mengetahui), Appeal (tertarik), Ask (mencari), Act(membeli) hingga Advocate (membela) adalah tahapan pengembangan konsumen, yang harus dikelola secara berkelanjutan. Posisi aktif pelanggan menjadi pembela brand adalah titik ultimate.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun