Mohon tunggu...
dr. Ayu Deni Pramita
dr. Ayu Deni Pramita Mohon Tunggu... Dokter - Suka menulis tentang kesehatan, investasi dan budaya

Seorang dokter sederhana berasal dari Bali yang ingin berbagi ilmu dan pengalaman melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Merebaknya Pakar Imitasi di Tengah Kepanikan Pandemi

6 Agustus 2020   21:09 Diperbarui: 7 Agustus 2020   10:26 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Images by: REUTERS via thetimes.co.uk

Informasi yang berasal dari opini ahli

Setiap pembuatan konten baik media sosial, youtube, podcast, broadcast WhatsApp atau aplikasi lainnya, wajib memberikan sumber opininya.

Opini ahli yang dimaksud adalah opini yang berasal dari orang berpengalaman atau opini yang berdasarkan tinjauan ilmiah. Orang yang layak dipercaya opininya adalah mereka yang memang ahli atau pengalaman dibidang tertentu. 

Keahlian itu ditentukan oleh konsistensi bergelut di bidang tersebut, memiliki pengalaman, pengakuan dari komunitas terkait bidang tersebut atau memiliki jenjang pendidikan formalnya. 

Misalnya, seorang sarjana Gizi bekerja sebagai jurnalis berpengalaman lebih dari 5 tahun, memiliki posisi sebagai jurnalis senior dan memiliki prestasi di bidang jurnalistik, jika membicarakan tentang pengobatan apakah bisa dipercaya? Jawabannya tidak layak dipercaya. 

Sama halnya dalam kasus viral Hadi Pranoto yang mengaku sudah melakukan penelitian obat Corona sejak tahun 2000, sedangkan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) menegaskan bahwa Hadi tidak tergabung dalam konsorsium tim peniliti herbal imunomodulator Covid-19 sehingga opini ini tidak layak dipercaya.

Sumber utama informasi mengenai Kesehatan adalah jurnal ilmiah dan opini ahli. Jika tidak berdasarkan kedua hal tersebut berarti informasinya diragukan kebenarannya.

Terakhir, bijaklah berbagi informasi melalui media sosial, gunakan logika bukan emosi dalam mencerna suatu informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun