Mohon tunggu...
Yuda Y. Putra
Yuda Y. Putra Mohon Tunggu... Sales - Kita semua punya kengan yang indah di masa lalu, buktinya masih bisa kangen pada itu.

Mimpiku semalam, kau datang membawa seorang bayi di tanganmu, uh, tidak aku tidak mau. Bawa kembali!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Hasrat dan Kesenangan atas Tindak Asusila Dipelajari dari Pornografi

5 Oktober 2016   15:57 Diperbarui: 5 Oktober 2016   20:51 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kompas.com

Kebutuhan seks, kebutuhan atas cinta, benarkah manusia membutuhkannya sehingga perlu untuk mengetahui dan mengerti, juga membentuk semacam seni atau cara demi mencapai kepuasan? Ketekutan atas penyimpangan, ketak normalan, sejalan dengan kemunculan pornografi dan kasmutra sebagai satu elemen yang mengkaji dan mengembangkan teknik bersenggama.

Seksualitas dan prilaku seks manusia secara alamiah, dilakukan hanya pada tataran organ yang disebut kelamin saja, namun berkembangnya jaman, asumsi megenai bagaimana meyenangan tubuh dengan merangsang dan meraba bagian-bagian tubuh lain diluar organ seks, merupakan wujud dari kekurangan kepuasan dan pengembangan kreatifitas yang bertujuan, pemuasan diri. 

Penyimpangan-penyimpangan, yang ditawarkan dalam beberapa genre dari pornografi, yang kini mudah diakses melalui internet semisal, menjadi referensi beberapa orang yang tidak puas oleh hubungan seksnya, yang kemudian memberikan peluang bagi perilaku seks yang lain, atau dengan kata lain cara yang lain.

Namun, jika kita menariknya secara runut kembali, akan timbul pertanyaan benarkah seks yang dilakukan dengan organ selain organ seks, merupakan perilaku seks yang alamiah? Walau pertanyaan ini akan berbanding terbalik dan kalah tren dengan pertanyaan, bagaimanakah perilaku seks yang membangunkan rasa puas pada diri?

Kepuasan dan Kesenangan

Rasa puas, rasa senang, merupakan dua unsur keadaan yang membuat seorang yang secara mental mengalami keadaan tidak merasa sakit dan tidak merasa terbebani, sejalan dengan itu kesenangan dan kepuasan mengakibatkan mimik wajah mengambar senyuman serta keinginan untuk mengulang. Kesenangan dan rasa puas timbul memiliki sebab yang walau, bagi setaiap orang berbeda tergantung dari bagaimana presepsi atau anggapan tentang kesenagan dan kepuasan, memiliki pola yang sama, yaitu, pencapaian alasan dan keinginan melakukan tindakan.

Kehidupan manusia ditampilkan dalam rutinitas dan tindakan sehari-hari,  tanpa ‘melakukan’ sesuatu, manusia tidak lagi disebut memiliki kehidupan, dalam melakukan dan bergerak manusia menjalankannya dengan didasarkan pada ‘tujuan’ dan ‘tujuan’ selalu memiliki ‘alasan.’ Namun bukan berarti alasan dan tujuan ini dipikirkan secara sadar, beberapa mungkin tidak dipikirkan, namun hanya dipikirkan sebagai sesuatu yang menyenangkan jika dilakukan. 

Dengan modal tujuan dan alasan yang terangkum menjadi satu yaitu ‘keinginan’ kemudian dengan melakukan atau bertindak, keinginan diharapkan untuk tercapai, ketika kinginan tercapai, rasa senang akan timbul, dan setelah rasa senang yang hadir ini sudah berlalu, kepuasanlah yang akan dirasakan, tapi, keinginan itu memiliki resiko, yaitu ketidak tercapainya ‘keinginan’ yang pada akhirnya menimbulkan rasa jengkel dan rasa muak, sehinga menimbulkan rasa yang berlawanan dengan senang yaitu ‘derita’ yang setelah berlalu menimbulkan ‘sesal.’

Transformasi Pengetahuan Seks Melalui Fiksi Seks (pornografi/visual/audiovisual dan kamasutra) ke dalam Prilaku Seks Manusia

Seks adalah satu dari banyak cara untuk menyenangkan diri, menyenangkan diri dapat diartikan seperti yang ditulis diatas, adalah penyangkalan atau pengindaran dari rasa ketidaksenangan atau singkatnya derita. Dorongan alamiah manusia apalagi yang organ seksnya sudah mencapai bentuk yang sempurna, secara biologis, menimbulkan desakan, yang pada akhirnya, membuat sesoarang merasa resah yang dalam hal ini, keresahan adalah derita, dan karena manusia cenderung menghindari penderitaan, ia akhirnyapun menikah, atau dengan alternatif lain, yang membuatnya dapat melakukan seks.

Seks, selalu berkaitan dengan pasangan, karena seks tidaklah dilakukan sendiri, walau pada kasus-kasus tertentu kepuasan atas penghindaran dari penderitaan karena dorongan seks, dapat diatas dengan masturbasi. Namun secara alamiah, seks harus dilakukan dengan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun