Mohon tunggu...
Nina
Nina Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Satu Anak

Ibu satu anak yang senang berpetualang keliling kota dan menulis cerita di andrewandme.blogspot.com. Join our dates at IG @DateWithDudu / #DateWithDudu. Sherlockian. ELF. My heart draws a dream.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Grow Old with Sherlock Holmes

16 Oktober 2015   18:32 Diperbarui: 16 Oktober 2015   18:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kemarin mampir ke bioskop dan melihat filim Mr. Holmes (akhirnya) terdaftar sebagai “Coming Soon”. Sayangnya saya sudah keburu nonton duluan di negara tetangga. This is another Sherlockian Story.

Sejujurnya, waktu memutuskan untuk nonton ini dalam waktu sepersekian detik, saya tidak punya ekspektasi apa-apa. Walaupun sudah nonton traillernya dari habis Lebaran kemarin, dan baca-baca review yang sudah nonton di negara asal Sherlock sana, saya masih tidak tahu apa yang bisa diharapkan dari seorang detektif yang sudah tua dan mulai pikun.

“What are the odds that you would know two men who would live that long?” tanya Sherlock ketika anak pengurus rumahnya, Roger, bercerita bahwa dia memiliki seorang paman yang hidup hingga 102 tahun. Sherlock yang “mengaku” berusia 92 tahun itu merasa ajalnya sudah dekat dan sebelum itu dia ingin menuliskan kenyataan dibalik kasus terakhir yang ditanganinya.

Lho, trus biasanya kan Watson yang menulis?

“I told Watson if I ever write a store it will be to correct the million misconceptions created by his imagination.”

Dalam film ini digambarkan dr. Watson senang melebih-lebihkan gaya Sherlock Holmes yang bertopi dan selalu merokok pipa. Padahal aslinya, Sherlock (Ian McKellen) tampil seperti orang Inggris pada umumnya. Ketika menyepi ke pedalaman di daerah Sussex dan beternak lebah, Sherlock yang kemampuannya mulai menurun karena dimakan usia berusaha mengingat dan menuliskan kembali kasus yang pernah ditanganinya dulu. Kasus yang menurutnya belum selesai . Dibantu oleh anak pengurus rumah yang bernama Roger, Sherlock tua berusaha mengingat setiap bagian kasus dan menyambungkanya menjadi sebuah cerita.

Setiap orang menjadi tua. Untuk orang biasa, menjadi tua mungkin tidak seberat Mr. Holmes yang masa mudanya penuh petualangan dan kemampuan deduksi yang “ditakuti” semua orang. Ian McKellen adalah orang yang tepat untuk memainkan sang detektif di cerita yang diadaptasi dari novel "A Slight Trick of the Mind" milik Mitch Cullin.

Aneh rasanya melihat Sherlock yang “tidak bisa apa-apa.” Yang menggunakan tongkat saat berjalan dan bahkan tidak bisa melakukan percobaan kimia dengan benar. Berbeda dengan serial Sherlock milik Benedict Cumberbatch yang ada di BBC yang sedang saya tunggu season selanjutnya. Sherlock (atau yang memang lebih cocok dipanggil Mr. Holmes ini) membuat saya geregetan. Tapi jika kita menonton film ini dengan sabar, banyak hal yang membuat saya menyadari bahwa Mr. Holmes sama frustrasinya dengan saya. Namun sang detektif yang sering digambarkan arogan ini berusaha untuk berdamai dengan keadaan dan menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi.

Film ini hanya 104 menit kalau kata IMDB, tapi untuk saya(yang merasa bahwa film ini lebih masuk kategori drama daripada crime atau misteri), film ini super lama dan super panjang. Jadi, adalah satu prestasi bahwa saya berhasil duduk sampai akhir tanpa mengantuk tanpa popcorn di kursi kedua terdepan film jam 10 malam di sebuah bioskop Singapura.

Just like Mr. Holmes said, “How nice it is for you to wait for me.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun