Mohon tunggu...
Yosita DewiPratama
Yosita DewiPratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausahawan Muda

Halo, perkenalkan saya Yosita Dewi Pratama akrab dengan panggilan Yosita ataupun Sinta, saat ini saya sedang merintis dan mengembangkan usaha saya dibidang wirausaha mandiri. Hobi saya menari, meskipun sangat bertolak belakang dengan aktivitas diluar usaha saya namun saya tetap optimis usaha yang saya rintis akan terus berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Self Diagnose

20 September 2022   11:41 Diperbarui: 20 September 2022   11:46 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

SELF DIAGNOSE

"Tindakan mendiagnosis yang salah dalam Psikologi"

Di era pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini banyak memberikan dampak yang cukup signifikan bagi pengetahuan dan wawasan tiap individual terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Namun,hal tersebut juga akan menjadi problematika ketika banyak orang mulai melakukan diagnosa sendiri terutama mengenai psikologis mereka tanpa berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater(Valente et al., 2020). Sebagian orang menganggap bahwa, sesuatu yang salah dengan psikologis mereka adalah satu hal yang aneh dan memalukan. 

Pergi untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater merupakan salah satu hal yang banyak mendapat ancaman sosial untuk dijauhi. Sehingga dari faktor tersebut menyebabkan seseorang menjadi melakukan diagnosa sendiri atau biasa disebut dengan self diagnose, disebabkan karena faktor sosial dan pengetahuan yang kurang. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan psikologis masing-masing individual yang tidak mereka sadari, melakukan self diagnose sendiri dengan tidak memperhatikan bagaimana ilmu psikologis akan justru memperburuk keadaan dari orang tersebut(Habib et al., 2021). 

Permasalahan ini cukup disorot karena di era saat ini banyak orang yang hanya melakukan diagnosisnya sendiri melalui ciri-ciri yang ada di internet. Padahal setiap sumber yang ada di internet tidak menunjukkan kevalidan data untuk melakukan judgement penyakit atau kondisi psikologis apa yang diderita. (Schick, 2021)

Terutama bagi para remaja saat ini mengikuti tren self diagnose sebagai salah satu bagian yang umum dan digunakan untuk mendapatkan 

mendapatkan banyak perhatian orang lain. Dalam dunia psikologis ini tidak benar karena mental seseorang tidak dapat dipermainkan dengan hanya melakukan diagnosis palsu. Ini justru akan memperparah kondisi mental dan psikologis dari seseorang yang melakukan diagnosis terhadap dirinya sendiri. 

Sebagai contoh seseorang telah mendiagnosis dirinya terkena skizofrenia karena beberapa ciri-ciri yang ada di internet merupakan penyakit dari skizofrenia(Paudyal et al., 2015). Padahal yang sebenarnya terjadi ia tidak mengetahui bagaimana kondisi dari psikologisnya sendiri dan ciri-ciri skizofrenia menurut psikolog dan psikiater. Sehingga, ia menjudge bahwa dirinya terkena skizofrenia. 

Seseorang tersebut meminum obat dan melakukan segala aktivitas yang harus dihindari oleh skizofrenia tanpa kejelasan yang pasti(Meizara et al., 2022). Hal ini tentu saja akan mengancam kesehatan psikologis dan mental yang dimiliki oleh orang tersebut karena diagnosa sendiri yang mengada-ngada dan tidak sesuai dengan aturan diagnosis pada ruang lingkup psikologi. Diibaratkan apabila secara fisik seseorang ini menderita flu namun dia meminum obat untuk penderita covid-19. Padahal dari dua penyakit tersebut merupakan suatu hal yang berbeda, ini juga berlaku dalam dunia psikologis. Oleh sebab itu melakukan diagnosandi sendiri merupakan suatu tindakan berbahaya yang tidak boleh dijadikan tren dan tidak boleh untuk asal diikuti bagi setiap orang.(Valente et al., 2020)

Kesehatan psikologis akan jauh lebih parah apabila dilakukan dengan penanganan yang salah. Self-Diagnose telah dipelajari secara beragam sebagai perilaku kognitif atau proses perilaku yang diinduksi emosi, dibedakan dengan adanya tekanan emosional. Self diagnose bisa berpengaruh pada kesehatan mental karena dapat menimbulkan kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu(Habib et al., 2021). Dari kekhawatiran itu dapat memunculkan gangguan kecemasan karena terlalu mempercayai suatu informasi yang bukan didapat dari ahlinya.

Mendiagnosis diri sendiri dapat membahayakan karena suatu penyakit atau gangguan memerlukan penanganan yang tepat. Kesehatan akan beresiko jadi lebih parah jika penanganannya salah.(Paudyal et al., 2015). Mungkin banyak sebagian orang yang tidak memahami bahwa tindakan yang ia lakukan merupakan tindakan yang salah Oleh sebab itu pentingnya untuk melakukan sosialisasi bahwa dengan adanya diagnosis sendiri merupakan salah satu yang tidak boleh dilakukan oleh setiap orang karena ini akan justru membahayakan mental dan diri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun