Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Akhir Penantian Panjang Feyenoord Rotterdam

15 Mei 2017   01:11 Diperbarui: 15 Mei 2017   09:56 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Klasemen akhir Liga Belanda musim 2016/2017 ini, memberikan satu pemandangan berbeda. Bukan Ajax Amsterdam, atau PSV Eindhoven, tapi Feyenoord Rotterdam, yang keluar sebagai juara. Gelar liga ke 15 Feyenoord ini, didapat, pada pekan penutup liga, yang dilangsungkan serentak, pada Minggu (14/5) lalu, usai mengalahkan Heracles Almelo 3-1, di stadion De Kuip, Rotterdam, berkat trigol pemain senior Dirk Kuyt. Hasil ini, membuat kemenangan 3-1 Ajax Amsterdam (posisi 2), atas Willem II, pada saat bersamaan, menjadi mubazir. Karena, nilai akhir mereka (81) tetap kalah satu poin, dari Feyenoord (82).

Sebetulnya, jika mellihat sejarah kompetisi Eredivisie, ini sebenarnya adalah hal biasa. Karena Ajax, PSV, dan Feyenoord, adalah tim yang memang mendominasi kompetisi ini. Di tingkat antarklub Eropa, mereka adalah representasi sepakbola Negeri Tulip. Ketiganya pernah menjuarai kompetisi Liga Champions (Ajax juara edisi 1971, 1972, 1973, dan 1995; PSV 1988; Feyenoord 1970).

Sejak Liga Belanda mulai menjadi kompetisi profesional tahun 1956, hanya dua tim, diluar ketiganya, yang mampu menjadi juara liga; AZ Alkmaar (musim 1980/1981 dan 2008/2009), dan FC Twente (2009/2010). Tapi, kesuksesan Feyenoord menjadi juara di musim ini, menjadi yang pertama, sejak pergantian milenium. Terakhir kali mereka juara liga, adalah pada musim 1998/1999. Kala itu, Feyenoord dilatih Leo Beenhakker, dan diperkuat Giovanni Van Bronckhorst, eks pemain yang kini menjadi pelatih mereka.

Bagi Feyenoord sendiri, gelar liga, yang mereka raih musim 2016/2017 ini, menjadi titik cerah mereka, setelah sebelumnya mengalami masa suram, selama kurun waktu tahun 2003-2011. Periode suram ini dimulai, setelah mereka juara Piala UEFA (kini Liga Europa) 2001/2002. Memang, dalam kurun waktu itu, De Rotterdamers sempat diperkuat bintang-bintang macam Robin Van Persie, Dirk Kuyt, Salomon Kalou, dan Giorginio Wijnaldum. Tapi, klub kesulitan berprestasi, dan harus rutin menjual bintangnya, akibat krisis keuangan. Mereka juga kerap direcoki masalah anarkisme suporter, dan disharmoni dalam tim.

Akibatnya, klub asal kota Rotterdam ini paling tinggi hanya mampu duduk di urutan ketiga klasemen akhir liga, tanpa mampu lagi bersaing memperebutkan gelar juara. Bahkan, akibat ulah anarkis suporternya, Feyenoord sempat didiskualifikasi dari ajang Piala UEFA (kini Liga Europa) musim 2006/2007, dan dilarang tampil di kompetisi antarklub Eropa musim berikutnya. Satu-satunya gelar mayor yang mereka raih, selama periode suram ini, adalah juara KNVB Beker (Piala Belanda), musim 2007/2008, setelah mengalahkan Roda JC Kerkade di final, di bawah arahan Bert Van Marwijk (kini pelatih tinnas Arab Saudi).

Selebihnya, Feyenoord hanya dianggap sebagai ‘klub yang besar karena faktor masa lalu'. Mereka juga berada di bawah bayang-bayang dominasi Ajax dan PSV. Laga De Klassieker (El Clasico-nya Belanda, antara Ajax Vs Feyenoord), tidak lagi menarik, dan seimbang, tapi rutin menjadi perhatian ekstra aparat keamanan. Karena, tingginya potensi kerusuhan antarsuporter garis keras kedua tim. Bisa dibilang, laga ini dianggap sebagai laga besar, hanya karena faktor sejarah kedua tim, atau kota asal kedua tim (Amsterdam dan Rotterdam), yang merupakan dua kota terbesar di Belanda.

Setelah masa suram itu, Feyenoord mulai berbenah. Mereka menunjuk Ronald Koeman (kini pelatih Everton) sebagai manajer, dan Giovanni "Gio" Van Bronckhorst, sebagai asistennya. Mereka juga melakukan belanja pemain secara efektif, diantaranya, dengan mendatangkan Graziano Pelle, dan mempromosikan Jordi Clasie, Stevan de Vrij, dan Bruno Martins Indi dari tim junior. Hasilnya Feyenoord mampu konsisten di tiga besar klasemen, antara tahun 2011-2014, meskipun, tim ini masih puasa gelar di liga.

Setelah Koeman pindah ke Southampton, musim panas 2014, posisinya digantikan oleh Fred Rutten (eks pelatih FC Twente), dengan Gio masih sebagai asisten pelatih. Tapi, Fred Rutten hanya bertahan semusim. Ia mundur di akhir musim, setelah Feyenoord hanya mampu finis di urutan 4 klasemen akhir Liga Belanda 2014/2015.

Manajemen Feyenoord lalu ‘mempromosikan' Giovanni Van Bronckhorst sebagai pelatih kepala. Gio, dianggap sudah paham betul karakteristik tim, karena sudah empat tahun menjadi asisten pelatih di klub ini. Selain itu, Gio juga adalah mantan pemain Feyenoord. Di musim panas 2015, klub memang kehilangan Jordi Clasie, tapi segera digantikan, dengan mempromosikan Tony Vilhena dari tim junior, mendatangkan Eljero Elia, dari Werder Bremen, dan memulangkan Dirk Kuyt, si bintang lama Feyenoord (Kuyt pernah bermain di Feyenoord tahun 2003-2006) dari Fenerbahce (Turki). Dengan transfer efektif, dan kondisi internal tim yang baik, Feyenoord mampu finis di urutan ketiga klasemen akhir. Musim pertama Gio, sebagai pelatih kepala pun menjadi berkesan, setelah eks kapten timnas Belanda ini, sukses membawa Feyenoord menjuarai Piala Belanda 2015/2016, dengan mengalahkan FC Utrecht di final.

Pada musim 2016/2017 ini, Feyenoord mengalami peningkatan performa drastis di liga. Sejak awal musim, mereka langsung tancap gas, dan nyaman di puncak klasemen liga. Meski performa mereka cenderung menurun, di paruh kedua musim 2016/2017, mereka cukup terbantu oleh 3 hal; tersingkir dini di Liga Europa, Ajax yang kurang fokus, dan performa PSV yang sedang menurun.

Di Liga Europa, Feyenoord tersingkir di fase grup, setelah kalah bersaing, dengan Fenerbahce (Turki), dan Manchester United (Inggris). Kegagalan Feyenoord ini, bertolak belakang, dengan nasib Ajax, yang mampu melaju sampai ke final Liga Europa. Tapi, fokus Ajax menjadi tak utuh. Performa mereka pun cukup labil. Di sisi lain, performa tim juara bertahan PSV Eindhoven, juga tak sebagus musim-musim sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun