Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bertemu "Mereka" di Ibu Kota, Bagian Satu: Gedung Perkantoran

1 November 2021   00:23 Diperbarui: 1 November 2021   00:25 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Kompasiana menampilkan topik pilihan Kisah Mistis, ingatan saya melayang sejenak ke masa saat masih merantau ke Jakarta. Benar, ada dua tempat berbeda, yang menemani rutinitas saya selama di sana, dan keduanya sama-sama punya "penghuni" tak kasat mata.

Karena suasananya berbeda, dan periodenya berurutan, tulisan soal Kisah Mistis ini saya bagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kisah pertemuan saya dengan "mereka" di gedung perkantoran.

Cerita dimulai dengan kedatangan saya ke Jakarta di awal bulan Februari 2019. Waktu itu, saya mulai bekerja penuh waktu sebagai tenaga administrasi di sebuah start-up, yang berkantor di sebuah gedung perkantoran di bilangan Jakarta Pusat.

Bertempat di sebuah coworking space lantai 32 gedung tersebut, saya bekerja lima hari sepekan, dengan jam kerja standar. Awalnya, semua wajar-wajar saja. Pekerjaan dikerjakan seperti biasa, dan interaksi dengan lingkungan sekitar juga cukup cair.

Tapi, suasana mistis mulai terasa, persis sebelum pukul setengah enam sore, waktu dimana AC gedung biasanya dimatikan. Setiap waktu itu tiba, khususnya selama satu minggu pertama, saya selalu melihat sesosok bocah berambut panjang dan tebal lewat di koridor.

Wajahnya tertutup rambut, tapi selalu uluk salam, walau tanpa suara. Ia mengenakan pakaian seperti jubah berwarna putih.

Awalnya, saya mengira, bocah itu adalah penghuni kantor di ruangan sekitar. Saya tak banyak memikirkan, karena memang sedang fokus menuntaskan pekerjaan yang memang hampir beres.

Saya baru menyadari kalau bocah itu sebenarnya tak kasat mata, setelah menyadari di satu kejadian. Tepatnya, saat pegawai di kantor tetangga membawa anaknya yang masih bayi di satu Jumat sore.

Entah kenapa, anak itu tak berhenti menangis histeris, padahal udaranya cukup nyaman seperti di mall. Dari situlah saya sadar, bocah berambut panjang yang setiap sore saya lihat itu adalah satu dari sekian banyak "penghuni lama" gedung.

Kami memang hampir tidak pernah bicara, tapi bocah ini seperti "guide" di sana. Darinya, saya mendapat sedikit gambaran soal "kehidupan lain" di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun