COVID-19 (Corona Virus Disiase that was Discovered in 2019) disebutkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO). Virus baru ini telah menjadi momok menakutkan di seluruh pelosok dunia, tidak ada bedanya antara negara maju dan berkembang dalam hal terkait wabah ini, siapapun bisa menjadi korban darinya.
Virus yang pertama kali di temukan di Wuhan ( Menurut beberapa sumber ) telah berdampak pada berbagai sektor pariwisata, ekonomi, kesehatan. Bahkan pendidikan yang notabene penunjang sumber daya manusia sebuah negara tidak luput dari sasarannya.Â
Datangnya secara tiba-tiba, bisa di sebutkan bahwa tanpa persiapan untuk menghadapi semua kemungkinan yang akan terjadi. Dilapangan Masker sulit di temukan, hand sanitizer langka kalau di dapat bisa harganya dua kali lipat dari harga normal biasanya. Sungguh mengerikan.
Efek pada dunia pendidikan semua jenjang pendidikan di indonesia ikut di liburkan hingga pada saat sekarang ini dan sampai kapan berlangsung tidak ada yang tahu selama efek virus corona belum mereda. Hal itu membuat para stagholder dunia pendidikan harus memutar pikiran ( Out Of The Box ) untuk terus melangsungkan proses belajar mengajar walaupun dengan kondisi demikian rupa.
Lagi-lagi hal ini tidak berpihak pada dunia pendidikan di pelosok-pelosok daerah internet nya belum maksimal seperti di pusat kota, bahkan kadangkala kendala ekonomi orang tua menjadi proses tersebut menjadi terhambat. Pengalaman tersebut di rasakan oleh penulis ketika membuat sebuah Grup Whatsapp hanya 5 orang siswa yang menjadi anggota dari 25 siswa keseluruhan satu kelasnya.
Belum lagi membuat saluran-saluran belajar jarak jauh lain yang mendukung dunia pendidikan di pelosok daerah, bagaimana caranya ? Kemungkinan hal itu juga dirasakan di daerah-daerah lain di indonesia, mempunyai kendala serupa, sehingga proses belajar jarak jauh tidak berjalan maksimal seperti harapan.
Dengan kondisi seperti diatas berarti negara kita belum siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dalam menghadapi bencana silent senyap seperti ini, namun sudah ada korban diatas ratusan orang.
Para guru, tetap saja harus semangat dan mencari cara dengan gerilya pendidikan di tengah kondisi pandemic seperti sekarang, jangan pernah mengalah untuk memikirkan bagaimana cara agar pendidikan harus berjalan demikian, karena kondisi para guru sama dengan derajat para tenaga medis dalam merawat dan menjaga pasien ODP, PDP yang positif Covid-19.
Harapan terbesar penulis sebagai seorang pendidik hendaknya bencana kemanusiaan ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah untuk terus membenahi dunia pendidikan sebagai ujung tombak majunya sebuah negeri, agar bisa bersanding dengan dunia internasional, seperti hal nya ke sigapan korea selatan, jepang dan beberapa negara maju lainnya yang patut di acungi jempol.
( YSF )