Setiap kali akan menghadapi pemilu, setiap kali itu pula bangsa besar ini menghadapi gesekan-gesekan yang membawa kearah keretakan keberagaman Bangsa. Sering kali saling menghujat, persekusi, pelecehan terhadap sesama anak bangsa seakan-akan itu sudah menjadi makanan yang sedap yang siap selalu untuk digoreng.
Padahal sebagai bangsa yang besar kita selaku pewaris dari negara ini, selalu harus menghargai tentang bagaimana menghargai sesama, karena perkara yang satu ini, sudah tempo hari para pendiri bangsa ini mengajarkan kepada kita. Kita tentu tahu bahwa merebut negara kepulauan ini bukan perkara mudah dan tidak terjadi dengan cara Instan.
Butuh senjata, amunisi, meriam juga pemikiran pemersatu keberagaman yang tidak akan secara gampang didapatkan kecuali dengan darah yang berceceran juga keringat yang membasahi. Mereka ( Para Pejuang ) rela tidak makan, keluarganya mati berkalang tanah, badan hancur dimakan belatung yang entah dimana rimba Jasadnyanya. Itulah sebuah resiko perjuangan. Sulit sekali dalam memperjuangkan negara ini agar menjadi negara yang Tamadhun berjaya, berdiri diatas kaki sendiri.
Lalu datang kita pada era ini, masa sudah tersedia bak makanan terhidang di meja siap disantap dengan leluasa. Masa digitalisasi sudah menjamur sehingga informasi menjadi mudah secepat angin meniup, dengan mudahnya keretakan itu kita tekan dengan Ibu Jari, keberagaman itu terkikis sedikit demi sedikit.Â
Siapa yang tidak ingin menang? tentu semua mau menang, namun dengan cara-cara pendahulu kita ajarkan. Saling menghargai sesama, selalu kita tanamkan dalam hati bahwa ada yang lebih besar yang harus dijaga di bandingkan dengan kemenangan dalam perhelatan pemilu, Silaturahim, keanekaragaman, keberagaman itu lebih penting diantara semua itu. Hingga akhirnya bisa hidup berdampingan dalam menjaga negara kesatuam ini dari ujung barat hingga keujung timur Indonesia.