Mohon tunggu...
YOSEF PASKAH
YOSEF PASKAH Mohon Tunggu... Freelancer - Pustakawan

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sambutan Staf Universitas

27 Mei 2020   08:36 Diperbarui: 27 Mei 2020   08:31 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari yang lalu, saya melakukan rapat virtual bersama anggota di suatu organisasi tertinggi di univeristas. Rapat diadakan melalui google meet yang membahas perekrutan anggota baru periode selanjutnya. Dalam acara rapat itu di hadiri ketua organisasi dan salah satu staf dari univeristas. Rapat dimulai pada pukul 18.30 dan berakhir pada pukul 00.31. Rapat  berlangsung dengan lancar. Dari rapat ini, ada yang menarik untuk di bahas sekaligus memberikan motivasi untuk menulis tulisan ini.

Dalam sambutan yang di bicarakan oleh staf univeristas, beliau mengharapkan bahwa anggota yang direkrut bukan mahasiswa yang bermasalah terutama akademik maupun perihal akhlak. Selain itu, diharapkan juga mahsiswa yang di rekrut jangan membuat masalah dengan pihak kampus. Singkatnya, jangan merekrut mahasiswa yang kritis dan suka mengkritik universitas.

Apa yang beliau ucapkan pada saat sambutan ini, membuat hati saya menjadi geram. Mengapa demikian? Sebagai anggota organisasi kampus, saya pun melihat-lihat tugas dari organisasi ini. Organisasi ini merupakan suatu organisasi mahasiswa yang menyalurkan aspirasi mahasiswa di tingkat universitas. Namun, pada kenyataannya, mahasiswa yang harus di rekrut bukanlah mahasiswa yang memiliki sifat pemikir kritis dan sifat pengkritik. Justru yang harus di rekrut adalah mahasiswa yang "manut: terhadap aturan dan kebijakan kampus.

Belakangan ini, kebijakan kampus telah menuai kontroversi. Salah satu kebijakan kampus mengenai kuliah secara daring telah merugikan banyak mahasiswa. Mahasiswa ada yang kesulitan membeli kuota internet, kemudian software yang digunakan pihak kampus kadang eror, dan tidak ada solusi dari pihak kampus terhadap permasalahan perkuliahan secara daring. Padahal jika di telusuri, beberapa kampus lain memberikan solusi yang sangat baik untuk melancarkan perkuliahan secara online. Hanya di kampus saya saja yang tidak memberikan solusi hingga tulisan ini di terbitkan.

Keprihatinan itu membuat salah satu organisasi di tingkat fakultas berinisiatif membuat suatu gerakan kritik melalui media video pendek. Video itu berisi tentang puisi keprihatinan mahasiswa terhadap pandemi covid-19 dan juga keprihatinan organisasi di tingkat universitas yang tidak memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Setelah di upload di instagram, satu hingga dua hari memunculkan suatu kontroversi baru. Saya sebagai anggota di organisasi merasa di intimidasi atas video itu. 

Saya di tanya banyak hal mengenai video tersebut. begitu pula dengan si pembuat video yang adalah teman saya sendiri. ternyata video itu membuat beberapa pimpinan universitas sakit hati terhadap video yang di buat oleh organisator di fakultas. Mereka memberitahukan dekan fakultas untuk menegur organisator tersebut. menurutnya, video itu membuat ribut universitas dan membuat nama yang buruk fakultas maupun universitas. Akhirnya, atas insiatif dekan sendiri, memerintahkan teman saya untuk menghapus video dari instagram.

Berkaca dari kejadian inilah, salah satu staf univeristas mengatakan demikian dalam sambutan dari perekrutan anggota organisator periode selanjutnya. Hal yang saya pikirkan hingga saat ini, mengapa organisator yang dipilih bukan mahasiswa yang tidak punya keberanian untuk berfikir kritis maupun yang punya nyali untuk mengkritik kebijakan universitas? Saya kira nama organisasi tersebut hanyalah hiasan semata bila anggota yang direkrut tidak punya sifatt pemikir namun penurut.

Selama ini, saya di organiasi selalu mendapatkan respons yang negatif atas segala pemikiran saya terhadap segala kebijakan kampus. Mulai dari demo mahasiswa hingga masalah perkulihan online akibat covid-19. Saya pun mendapatkan suara yang paling kecil bila di bandingkan dengan teman-teman saya di organiasi tersebut. Mereka hanya menjadi pengawas dan tangan kanan universitas karena kerjaanya hanya meneruskan segala informasi dari pihak univeritas. Tidak ada satu pun dari segala kebijakan yang di bantah oleh mereka kecuali saya pribadi.

Ketika melihat keadaannya yang demikian, menjadi jelas bahwa menjadi seorang pemikir dan aktivis begitu susah. Menjadi orang yang memperjuangkan kebenaran pun menjadi sia-sia. Menjadi seorang yang kritis pun banyak yang mengancam. Hal ini berkebalikan apabila menjadi seorang penurut kebijakan universitas merupakan suatu keharusan. begitu pula menjadi seorang yang bodo amat itu juga menjadi suatu kriteria yang sangat cocok untuk masuk dalam organisasi tersebut.

Akhirnya, Saya memasuki tahap akhir menjadi organisator mahasiswa. Saya di awal menjadi organisator di tingkat fakultas tidak mendapatkan pelajaran apa pun. Namun, pada saat saya masuk dalam organisator di tingkat universitas saya belajar banyak hal. Saya belajar menjadi seorang penurut dan pendiam bukan menjadi seorang pemikir. Saya belajar menjadi seorang yang bodo amat bukan menjadi seorang yang peduli terhadap kawan-kawan mahasiswa. 

Saya belajar menjadi seorang yang mudah di kendalikan oleh universitas bukan menjadi pemimpin dan punya pendirian. Saya belajar menjadi orang bodoh bukan menjadi orang yang pintar dan punya sifat yang idealis. Saya belajar menjadi orang peka dengan universitas bukan orang yang peka dengan mahasiswa. Saya belajar harus memahami universitas bukan harus memahami keadaan mahasiswa. semuanya itu, saya dapatkan ketika saya berada di organisator tertinggi di universitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun