Mohon tunggu...
YOSEF PASKAH
YOSEF PASKAH Mohon Tunggu... Freelancer - Pustakawan

saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membangun Budaya Kritis

14 Mei 2020   08:47 Diperbarui: 14 Mei 2020   08:59 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap hari kita selalu menemukan berita-berita. Berita-berita itu muncul di mana saja yang kita temui bisa melalui televisi, radio, koran hingga media sosial. Dalam menemukan berita-berita itu kita cenderung melihat saja tanpa melihat betul apakah berita ini berguna bagi kita. Kita pun sering kali mengatakan "ya memang gitu kejadiannya". Kita pun sering membagikan berita-berita yang belum diketahui kebenarannya.

Itulah hidup kita sebagai masyarakat Indonesia. Hidup berdampingan dengan media memang ada positif dan negatifnya. Positifnya kita dapat mengakses informasi yang baru setiap hari, setiap jam, hingga setiap saat. Begitu pula negatifnya kita dapat membagikan informasi yang baru itu setiap hari, setiap jam, hingga setiap saat. Jika membagikan informasi yang benar itu dapat di terima jika tidak hasilnya seperti Prabowo ketika mendengar berita Ratna Sarumpaet di pukuli oleh orang yang tidak di kenal.

Maka, dalam ranah inilah kita sebenarnya hidup juga berdampingan dengan interpretasi. Interpretasi ini membuat manusia semakin kritis untuk melihat secara jeli dan tepat. Membutuhkan budaya kritis ini penulis rasa sangatlah penting dimana kita selalu dihadapi segala macam berita-berita yang membuat kita menjadi "pusing" melihat keadaan dunia. Lalu bagaimana cara menjadi manusia yang kritis?

Pertama-tama kita perlu melihat suatu berita yang ada di dunia termasuk di Indonesia. Setelah kita melihat berita tersebut, kita pun jika bisa langsung terjun ke lapangan tempat dimana kita melihat suatu fenomena dari berita tersebut. setelah mengalami perjumpaan dengan orang-orang di sekitar lalu kita membuat apa? Apa yang mau di lakukan ketika bertemu dengan warga yang menceritakan persoalannya?

Kita juga perlu menanyakan kepada pihak-pihak terkait apabila permasalahan itu juga berdampak lebih dari satu pihak. Misalnya ada berita bahwa di kawasan Tunjungan Plaza akan di lebarkan dengan mengorbankan pemukiman warga. Maka jika bisa analisator untuk pergi ke pihak manajemen guna mengkonfrimasi terkait permasalahan yang terjadi. Jika tidak tembus, maka analisator juga berhak untuk mendatangi dinas-dinas pemerintah kota mislanya.

Menjadi manusia kritis juga bisa membuka mata manusia itu sendiri. artinya begini, tidak semua media dapat meliput kejadian secara jelas dan detail. Maka di perlukan upaya dari analisator untuk mengkaji ulang bagaimana untuk mencari berita- yang benar-benar murni. Kadang kala media-media di Indonesia khususnya punya sebuah kepentingan-kepentingan tertentu. 

Kepentingan-kepentingan itu dapat dilihat jelas dengan contoh pilpres beberapa tahun yang lalu. Ada media yang cenderung mendukung paslon nomor satu ada juga yang mendukung paslon nomor dua. Hal ini di lihat dari tayangan-tayangan yang disajikan yang selalu mengedepankan salah satu calon.

Maka dari itulah sebagai analisator hendak juga mengkaji ulang segala  berita-berita di media mempertanyakan apakah berita di median ini benar atau tidak. Setelah mengkonfrimasi, kita juga punya rasa peduli terhadap permasalahan yang muncul. Kita tidak hanya sekedar menjadi penonton dan penikmat berita tetapi kita juga membantu bagaimana permasalahan itu dapat terselesaikan dengan baik. apakah kita juga mampu untuk menunjukkan bahwa rasa PEKA itu penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Setelah kita memikirkan matang-matang duduk dan akar permasalahan, kita juga sudah melakukan program-program baru untuk memberikan masukan penyelesaian masalah, maka kita perlu mengkaji dan mengevaluasi program-program itu apakah program-program yang sudah diajukan ini sudah menyelesaikan permasalahan yang ada.

Jadi, dalam program analisis sosial kita di bangun menjadi analisator yang baik untuk terbuka terhadap keadaan sekitar. Kita tidak hanya menikmati segala tontonan berita tetapi bagaimana berita itu di dapat dan diselesaikan. Kita tidak hanya menggunakan sarana teoritis tetapi kita juga menggunakan interpretasi untuk memecahkan suatu masalah yang ada. Kita juga di lihat bagaimana kondisi masyarakat yang kesulitan dalam hal ekonomi yang sering kali di liput oleh media sebagai ajang hiburan semata.

Bukan itu yang kita tuju. Tujuan kita hanyalah memberikan penyelesaian masalah terhadap permasalahan yang ada di sekitar kita. Inilah kita di bentuk untuk menjadi manusia kritis di tengah kondisi masyarakat yang tidak menentu. Akhirnya, dengan semangat kekritisan kita pun dapat menyelesaikan masalah tanpa membuat masalah baru.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun