Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Dosen - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Remah-remah Kehidupan (3)

17 September 2021   19:40 Diperbarui: 17 September 2021   19:43 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

KEKUATAN DOA

KISAH

Pak Tonce seorang kontraktor bangunan tinggal di sebuah kampung bernama Laskar. Istrinya biasa dipanggil dengan nama ibu Emilia. Pekerjaannya sehari-hari sebagai Guru Sekolah Dasar. 

Keluarga Tonce dikaruniai lima orang anak: Yatri, Ari, Agung, Anggun dan Alan. Hidupnya pas-pasan secara ekonomi. Namun demikian kehidupan keluarga Tony nampaknya bahagia, damai dan harmonis menurut penglihatan kaum tetangganya, sehingga banyak orang iri hati dan bertanya-tanya, “Apa sih rahasia bahagia keluarga pak Tonce?”

Pada suatu hari mereka diundang Seksi Keluarga Dewan Paroki Roh Kudus mengikuti kegiatan Pendampingan Pasutri yang difasilitasi oleh Komisi Keluarga Keuskupan. Para pasutri diminta membagikan pengalaman kehidupan keluarganya. Maka, pak Tonce dan ibu Emilia pun mendapat kesempatan untuk syering. Keduanya bergantian syering  sebagai berikut:

“Kami sudah 25 tahun menikah. Ada banyak suka dan duka dalam kehidupan perkawinan kami. Namun, ada satu hal yang selalu membuat kami bersemangat menjalani kehidupan berkeluarga, yakni setiap malam sebelum beranjak pergi tidur, kami sekeluarga selalu berdoa di depan arca Bunda Maria yang ditaktakan di ruang doa keluarga. 

Kami sudah punya kebiasaan berdoa yang telah diwariskan oleh almarhum Mertua saya kepada kami semua”, pak Tonce membuka syering mereka. “Ada sebuah doa sederhana yang diwariskan oleh almarhum bapak kepada kami anak-anak dan cucu-cucunya untuk didoakan bersama sebelum tidur”, lanjut ibu Emilia. 

“Bagaimana sih bunyi doa itu?, tanya ibu-ibu semakin penasaran! “Doa itu sangat sederhana, namun punya ‘kekuatan’ yang dashyat dan luar biasa”, tambah ibu Emilia. Doa sederhana itu begini bunyinya:

“Kami mengungsi di bawah perlindunganmu ya Santa Bunda Allah. Janganlah Kautolak permohonan kami di dalam kesusahan kami. Tetapi luputkanlah kami dari segala bahaya, ya Perawan mulia dan terpuji. Semoga pertolongan Tuhan selalu tinggal dengan kita. Amin.”

Doa nan sederhana ini selalu berkumandang dari rumah-rumah keluarga anak dan cucunya. Kami sendiri tidak tahu, apakah doa ini merupakan doa resmi Gereja, ataukah hasil refleksi dan doa pribadi bapak Gaspar? Tapi kami sekeluarga sungguh merasakan betapa kuatnya pengaruh doa tersebut bagi kami. 

“Itulah kekuatan doa yang mempengaruhi kehidupan keluarga kami sampai saat ini”, imbuh pak Tonce mengakhiri syering kepasutrian mereka. Para pasutri peserta pendampingan keluarga itu pun manggut-manggut sambil meminta diberikan copyan doa tersebut agar dari rumah tangga mereka juga bergema doa sederhana namun bertuah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun