Mohon tunggu...
Yos Asmat Saputra
Yos Asmat Saputra Mohon Tunggu... Announcer

terus menulis, Penyiar Radio, motivator & Mc

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Pinggir Rel KA

16 Oktober 2014   15:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:48 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413426510164542928

[caption id="attachment_329372" align="aligncenter" width="640" caption="Penghuni pinggir rel di kota intan penjaringan Jakarta Utara membongkar sendiri bangunannya (foto: Yos Asmat)"][/caption]

Bagi penulis pribadi, menyusuri pinggiran rel kereta api di Jabodetabek memiliki cerita dan hikmah tersendiri. Banyak kisah kehidupan yang bisa dijadikan inspirasi dan motivasi bagi penulis pribadi dan bagi orang lain dalam menjalani kehidupan ini. Kisah-kisah perjuangan mempertahankan hidup dikota besar merupakan pelajaran berharga, walaupun sebenarnya mereka berada di tempat yang tidak semestinya.

Hampir tiap hari mereka hidup dengan bayang-bayang maut karena jarak rumah mereka hanya beberapa meter dari pinggir rel kereta api. Saat ini hampir dipastikan lima menit sekali kereta api melintas, bahkan saat bersamaan bisa dua kereta yang melintas. Sungguh pemandangan yang mengerikan ketika terdengar kabar ada orang yang tertabrak kereta api.

Menurut salah seorang warga yang pernah penulis temui, kebanyakan yang menjadi korban tertabrak kereta api bukanlah penduduk pinggir rel, tetapi warga dari daerah lain yang kebetulan melintas di sana. Sementara warga pinggir rel sudah paham jadwal kereta akan melintas dan mereka juga paham jarak yang aman agar tidak terserempet kereta.

Walau di lingkungan yang menantang maut, namun mereka masih bisa tersenyum bahagia bercanda dengan sesama. Saat penulis menghampiri mereka, terasa suasana keakraban mereka tunjukan. wajah polos anak-anak kecil mendekati penulis meminta di foto, kebetulan saat penulis menyusuri rel ka selalu kamera. Penulis tidak merasa khawatir kamera diambil mereka, karena cara pendekatan yang penulis lakukan mereka suka.

Mereka juga manusia, yang memiliki sifat ingin dihormati dan dihargai. Mereka sebenarnya paham kalau mereka tinggal ditempat yang salah dan bukan haknya, sehingga lahan yang mereka tempati mau dimanfaatkan, mereka rela pergi.

Mereka bukan baru setahun atau dua tahun tinggal di pinggir rel ka, tetapi sudah puluhan tahun. Bahkan ada yang sudah miliki anak cucu selama tinggal di pinggir ka. Entah mengapa mereka lebih senang tinggal di sana walau hanya dengan tenda darurat. Alasan klasik, karena ngontrak rumah di tempat yang layak mahal, sehingga lebih senang di pinggir rel ka, tidak bayar sewa. Namun, ada juga yang memiliki modal besar dengan membuat rumah petakan dengan biaya sewa mulai dari Rp.150.000,- sampai dengam Rp. 250.000,- per bulan. Itupun sang pemilik kontrakan tidak tinggal di sana.

Untuk bertahan hidup, mereka memiliki mata pencaharian sebagai pemulung barang bekas yang mereka kumpulkan untuk dijual ke bos besar. Itulah salah satu pekerjaan yang paling mudah mereka lakukan karena tidak memerlukan modal besar dan keahlian khusus.

Selain sebagai tempat tinggal, dibeberapa tempat daerah pinggir rel dijadikan tepat hiburan malam yang ramai dengan suara hinggar bingar alunan musik. Misalnya, kawasan hiburan malam di Kota Intan penjaringan, Gunung Antang Jatinegara, bongkaran Tanahabang dan pela-pela Tanjunpriok. Namun, kini tempat hiburan malam ini sudah tidak seramai dulu karena sebagian lapak mereka telah dibongkar. tenda-tenda mereka akan berdiri saat mentari meninggalkan siang hingga dini hari, saat mentari terbit tenda mereka robohkan kembali.

Pemandangan kekumuhan di pinggir rel kereta api menjadi ikon kekumuhan di Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia. Perlu penanganan yang serius untuk memindahkan dan menyadarkan mereka agar tidak bertempat tinggal dan beraktifitas di pinggir rel ka. Karena selain membahayakan perjalanan kereta api juga mengancam keselamatan mereka sendiri.

Dan kini, upaya penertiban dan penataan sudah mulai dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan yang bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan Pemprov DKI. Kerjasama tersebut telah ditandatangani sejak 1 Oktober 2014 di Balaikota Pemprov DKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun