Minggu 09/05/2021, kegitan perdana Ngobrol Daring Anak kampung yang diselenggarakan oleh pemuda Oeufa, pukul 19.00 WITA, dengan tema "Perspektif Milenial terhadap pembangunan Desa"  via  zoom, menghadirkan dua orang narasumber, yaitu, Ari Lau "Penggagas Jaringan Oeufa Kreatif (JOKER) sekaligus Ketua Karang Taruna Desa Pariti dan juga Egi Taneo "Petani Millenial".
Diskusi yang berlangsung hampir 90 menit itu di pandu oleh moderator Micel Abanat "mahasiswa IKIB surabaya". Moderator dalam pembukaan diskusi menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ngobrol daring diselenggarakan agar merangsang pemuda-pemudi agar terlibat aktif dalam pembangunan Desa terutama pemuda harus peka terhadap keadaan sosial yang terjadi dilingkungannya.
Sejarah pergerakan pemuda memang selalu diperhitungkan, berkaca dari sejarah, melihat pergerakan pemuda sebagai warisan yang harus dilanjutkan oleh pemuda saat ini yang dilebeli sebagai kaum milenial masa kini justru menghadirkan nuansa yang berbeda, cenderung memikirkan diri sendiri.
Penggagas JOKER, Ari Lau, menampilkan aksi yang berbeda , pemuda yang berlatar belakang sarjana Teologi ini, memilih untuk mengabadikan khotbah-khotbah melalui aksi sosial, mendirikan komunitas JOKER sejak bulan Januari lalu mendapat respon positif dari gerakan-gerakan komunitas lain untuk bekerja sama, diantaranya Rumah Mentari Maulafa (RMM), Jaringan Perempuan Indonesia Timur (JPIT), dan Sanggar Anak Nekamese.
Saat diberi kesempatan sebagai (pembicara 1), Ari lau  juga mengungkapkan keterlibatannya  juga sebagai ketua Karang Taruna desa Pariti, yang baru beberapa waktu lalu dibentuk.
Sejak badai seroja, karang taruna desa Pariti merespon dengan langsung mendirikan posko, walau semenjak di SK-kan sampai detik ini belum ada pendanaan oleh pihak pemerintah desa Pariti, Ari cs memulainya dengan sumbangsi pribadi dari tiap anggota, mereka mendirikan posko sebagai bentuk tanggung jawab kemanusiaan pemuda karang taruna terhadap masyarakat terdampak musibah.
Sedangkan Egi Taneo (pembicara 2) hadir sebagai petani milenial, mengungkapkan bagaimana pemuda yang sejak awal masuk pada fase diamana pemuda sudah dianugrahi watak berpikir kritis disertai mental pemberani namun, lanjut Egi, "hal yang paling buruk dari pemuda adalah ketika pemuda menjadi borjuis yang menggantukan harapan-harapannya pada kaum tua, justru sifat seperti ini akan melahirkan watak individualis yang dimana pemuda justru memikirkan diri sendiri dan kehilangan kepekaan terhadap kondisi-kondisi sosial yang terjadi".
(YA)