Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Moeldoko Dicopot? Mimpi Kepagian AHY

3 Februari 2021   22:45 Diperbarui: 4 Februari 2021   10:13 2221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala KSP Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Foto: kompas.com

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko santer disebut masuk dalam daftar reshuffle kabinet yang akan dilakukan Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat. Bukan saja kesimpulan terlalu pagi, namun juga asumsi tanpa dasar.

Dengungan akan ada reshuffle jilid 2 disampaikan JoMan Immanuel Ebenezer. Pernyataan Noel, diperkuat politisi PKB Faisol Riza. Bahkan Faisol membenarkan, yang akan didepak dari kabinet adalah satu dari dua nama yang disodorkan wartawan yakni Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Moeldoko.

Jika mengacu pada peristiwa kekinian, asumsi tentu tertuju pada Moeldoko yang disebut oleh sejumlah pengurus Partai Demokrat ikut mendalangi rencana mendongkel Agus Harimurti Yudhono (AHY) dari posisi ketua umum partai berlambang bintang Mercy.

Namun jika melihat karakter kepemimpinan Presiden Jokowi, hal itu mustahil terjadi. Jokowi bukan pemimpin yang mudah ditekan. Ada banyak catatan yang bisa menguatkan semisal pilkada serentak 2020 yang tetap dilaksanakan meski mendapat tekanan dari berbagai pihak.

Apaklagi hanya sekedar isu rencana kudeta Partai Demokrat yang terlalu mudah dimentahkan. Jokowi sepertinya akan mengabaikan surat permohonan klarifikasi terkait dugaan keterlibatan orang dekat di lingkar istana. Jokowi menganggap hal itu urusan internal Partai Demokrat yang secara politik bukan bagian dari partai pendukung pemerintah.

Alasan kedua, Jokowi tidak ingin hak prerogatifnya didikte. Mengangkat dan memberhentikan anggota kabinet adalah hak prerogatif presiden sehingga tidak mau ada pihak luar yang ikut campur.

Ketiga, menghormati partai-partai pendukung. Jika Jokowi mengalah pada "skenario" Demokrat, koalisi partai pendukungnya tentu akan bergejolak. Sebab seperti dikatakan Moeldoko saat jumpa pers, anggota kabinet yang ditemui kader Demokrat bukan hanya dirinya, namun juga Menko Kemaritiman dan Investasi Luhur Binsar Pandjaitan.

Bahkan Menko Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD dan Menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly ikut disebut-sebut.

Namun bukan berarti posisi Moeldoko aman. Desakan untuk mundur- meski secara halus, dipastikan akan berhembus untuk mengurangi tekanan ke Presiden Jokowi. Jika Moeldoko mundur, setidaknya para pengurus Demokrat dan simpatisannya, termasuk sebagian  penggiat demokrasi, tidak memiliki celah untuk mengaitkan dengan Jokowi.

Hal itu juga sesuai dengan keinginan Moeldoko agar manuver Demokrat membeber rencana kudeta tidak dikaitkan dengan Jokowi, yang disebut Moeldoko tidak tahu-menahu. Namun keinginan itu akan sulit terwujud jika Moeldoko tetap berada di sisi Jokowi mengingat KSP merupakan lembaga yang langsung berada di bawah presiden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun