Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Elektabilitas 37 Persen, Jokowi Cium Aroma Kekalahan?

26 November 2018   07:12 Diperbarui: 27 November 2018   08:33 11886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Joko Widodo di Palembang. Foto: KOMPAS.com/Ihsanuddin

Padahal isu Jokowi pro asing masih kencang dimainkan kubu lawan dan cukup efektif. Jika sekarang relaksasi daftar negatif investasi itu ditunda setelah mendapat protes berbagai pihak terutama HIPMI, gaungnya terlanjur menyeruak ke segala arah dan digunakan lawan sebagai alas pembenar pemerintahan Jokowi  pro asing.

Hal lain yang menjadi perintang Presiden Jokowi menuju periode kedua adalah isu Islam. Isu ini sebenarnya sudah disadari oleh kubu Jokowi sehingga berusaha merangkul semua organisasi dan tokoh-tokoh Islam. 

etapi upaya itu menjadi "sia-sia" ketika tiba-tiba menyeruak isu dugaan korupsi dana Apel Kebangsaan atau Kemah Pemuda Islam yang melibatkan Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor, Desember tahun lalu di pelataran Candi Prambanan, Sleman Yogyakarta.

Dengan mudah isu ini dibelokkan sebagai upaya pembusukan terhadap dua organisasi kepemudaan yang bernaung di bawah Nahdaltul Ulama dan Muhammadiyah tersebut.  Jika sasarannya hanya Pemuda Muhammadiyah, tentu tidak tepat karena justru GP Ansor yang menerima aliran dana lebih besar. Artinya, dalam prosesnya, kedua organisasi tersebut tetap akan dibawa-bawa.

Benar, kita pun sangat mendukung, pemberantasan tindak pidana korupsi tanpa harus melihat siapa pelakunya. Tetapi dalam konteks politik saat ini, langkah tersebut berpotensi menjadi blunder bagi Jokowi.

Masih ada waktu sekitar 4 bulan bagi Jokowi dan tim kampanyenya untuk membangun kekuatan dan menyingkirkan perintang menuju periode kedua. Tetapi jika cara-cara yang dilakukan timnya tidak sinkron, atau malah menjadi alas pembenar negative campaign lawan, kekalahan itu mungkin tidak hanya tercium tapi menjadi kenyataan di Pilpres 2019, April mendatang.

Salam @yb

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun