Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Penyusupan Intelijen, Rizieq atau Tsauri yang Benar? Begini Membuktikannya

20 Mei 2018   09:44 Diperbarui: 20 Mei 2018   12:07 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M. Sofyan Tsauri. Foto: KOMPAS.com

Bagi penggemar teori konspirasi, tudingan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab soal adanya intelijen dari Brimob yang menyusup ke dalam gerakan Islam, tentu sangat menarik. Bahkan seperti oase di tengah padang pasir karena menyiram rasa dahaga akan "kebenaran" seperti yang ada dipikirannya.  Keyakinan jika rangkaian bom, termasuk kerusuhan Mako Brimob diremote kekuatan lain, mendapat legitimasi. Tudingan yang sudah dibantah oleh M. Sofyan Tsauri. 

Untuk membuktikan apakah tudingan Rizieq kepada Sofyan Tsauri- mantan anggota kepolisian yang kemudian bergabung dengan gerakan terorisme, benar atau salah, cukup dengan satu cara ini. Namun sebelum ke sana, mari kita "kenalan" dulu dengan Sofyan Tsauri.

Dari berbagai pemberitaan, diketahui Sofyan Tsauri menjadi anggota Kepolisian tahun 1998 dan sempat berdinas di Satuan Sabhara dan Satuan Binmas Polresta Depok sejak 1998 hingga 2008. Tsauri, yang mengaku sudah menjadi pendakwah sebelum menjadi anggota polisi, menyangkal pernah bertugas di Satuan Brimob.

Saat masih berdinas, Tsauri pernah membawa sejumlah orang untuk berlatih menembak di Mako Brimob Kelapa Dua Depok.  Tidak diketahui berapa kali dia membawa orang untuk berlatih di tempat itu. Yang pasti, dari pengakuan Posma Barimbing yang saat itu bertugas di bagian logistik Mako Brimob, pada Maret 2009 Tsauri pernah membawa Ahmad Sutrisno dan tiga orang lainnya yang dikenalkan sebagai karyawan bank, untuk berlatih menembak. Posma sempat menerima uang sebesar Rp 500 ribu dari Ahmad Sutrino.

Dalam perjalanannya, Ahmad Sutrino dan Tsauri kemudian membeli senjata dan amunisi dari bengkel senjata api Polri di Cipinang. 42 buah senapan AK-47, 11 pucuk M-16, 2 buah M-58, 6 revolver, 2 senjata Remington dan beberapa pistol serta 19.999 butir peluru tersebut lantas dibawa ke Jalin Jantho Aceh Besar, tahun 2010 lalu. Konon latihan perang di Aceh ini dibiayai oleh Aman "Bapak ISIS Indonesia" Abdurrahman dan Ustad Abu Bakar Ba'syir.  

Namun sebelum berangkat ke Aceh, Tsuari sudah diberhentikan dengan tidak hormat dari kesatuan kepolisian karena melakukan pelanggaran berat, meski belum diketahui secara pasti pelanggaran apa yang dilakukan. Hanya saja Tsauri mengakui sudah mengenal Aman Abdurrahman -- terdakwa teror bom di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat dan sudah dituntut hukuman mati, sejak 2006.

Aman yang dijuluki "Bapak Takfiri" karena sangat mudah mengkafirkan sesama Muslim yang menolak ajarannya, sebelumnya juga sudah divonis 9 tahun penjara untuk aktifitasnya di Aceh. Demikian juga Abu Bakar Ba'syir yang sampai sekarang masih menjalani hukuman 15 tahun di Lapas Gunung Sindur.

Sekembali dari Aceh, Tsauri, sebagaimana Aman, Ba'syir dan Sutrisno, ditangkap Densus 88 Antiteror. Pengadilan Negeri Depok mengganjarnya dengan hukuman 10 tahun penjara, pada tahun 2010. Tsauri kemudian bebas pada tahun 2015. Sedangkan Ahmad Sutrisno divonis 10 tahun penjara bersama para penjualnya yaki Tatang Mulyadi dan Abdi Tunggal, dua personel polisi yang sata itu bertugas di bengkel Polri di Cipinang.

Pada acara Indonesia Lawyer Club (ILC) 15 Mei 2018, Tsauri menolak keras anggapan adanya konspirasi di balik kerusuhan di Mako Brimo Kelapa Dua yang disusul dengan bom bunuh diri di Surabaya dan penyerangan terhadap markas kepolsiian. Tsauri mengaku seluruh teroris belajar kitab ad-Durar as-Saniyah karya Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, yang disebut sebagai tokoh salafy.

Mengingkari  adanya hubungan antara takfiri dengan kitab klasik tersebut, menurut Tsauri adalah bentuk kebohongan. Tsauri mengajak semua pihak untuk tidak menyebut aksi bom bunuh diri sebagai konspirasi namun aksi nyata kaum takfiri yang belajar kitab ad-Durar as-Saniyah. Pernyataan Tsauri soal tidak adanya konspirasi  di balik aksi terorisme dunia, dibantah tokoh Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin di acara yang sama.

Lalu apa dasar Rizieq Shihab menyebut Tsauri sebagai anggota Brimob yang disusupkan ke dalam gerakan Islam dan mengkader beberapa anggota ormas Islam, termasuk FPI, sebagai teroris untuk kepentingan lain? Dalam video itu, Rizieq menyebut sudah membaca berita acara pemeriksaan (BAP) Tsauri saat disidang di PN Depok. Rizieq juga menyebut dirinya mendapat informasi dari anggota FPI yang pernah dilatih Tsauri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun