Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Srimulat", karena Tidak Tertawa adalah Hil yang Mustahal

20 Mei 2022   15:47 Diperbarui: 22 Mei 2022   15:46 2658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemeran film Srimulat: Hil Yang Mustahal| MNC Pictures via Kompas.com 

Seperti halnya KKN di Desa Penari yang menyajikan oase di tengah gersangnya film horor lokal berkualitas, Srimulat: Hil Yang Mustahal pun demikian. Halah, demikian maksudnya!

Srimulat sejatinya juga menyajikan oase di tengah kurangnya film komedi lokal yang rilis di bioskop pada era pandemi ini. Sebuah komedi lokal yang tak hanya menyajikan bit candaan yang efektif dan lucu namun secara teknis juga berhasil memanjakan mata para penontonnya melalui visual yang ditampilkannya.

MNC Pictures via Lifestyle.sindonews.com
MNC Pictures via Lifestyle.sindonews.com

Kesan pertama saat menyaksikan film ini adalah mewah. Ya, jelas terlihat bahwa film ini dibuat dengan serius dari biaya produksi yang tinggi. Di mana hal tersebut bisa kita temui melalui kualitas sinematografinya, desain set era 80-an yang otentik, hingga ensemble cast baik yang sedang naik daun hingga yang sudah punya nama besar di industri film Indonesia.

Sebut saja nama Teuku Rifku Wikana sebagai Asmuni, Dimas Anggara sebagai Timbul, Ibnu Jamil sebagai Tarsan, hingga ke aktor muda seperti Bio One sebagai Gepeng dan Elang El Gibran sebagai Basuki. Tentu saja perpaduan aktor muda dan senior membuat film ini terasa balance sekaligus menarik.

Tak hanya itu, usaha para aktor untuk impersonate atau menirukan para legenda komedi Indonesia ini memang sejatinya patut diacungi jempol. Bukan hanya karena mereka bisa begitu mirip menirukan mimik wajah para legenda Srimulat, namun juga betapa seriusnya mereka mempersiapkan dialog berbahasa Jawa Tengah di sepanjang film ini.

Tak seperti film Fajar Nugros sebelumnya, Yowis Ben, yang selipan bahasa Indonesianya cukup banyak, Srimulat rasanya hampir tidak menyisakan ruang terlalu banyak untuk dialog berbahasa Indonesia. Karena di sepanjang film subtitle bahasa Indonesia selalu muncul di layar bioskop untuk membantu penonton memahami dialog berbahasa Jawa yang terdengar halus dan luwes tersebut.

Namun pada kenyataannya bahasa Jawa ini tak sedikit pun mengurangi kenikmatan mencicipi komedinya. Bahkan di beberapa adegan, dialog berbahasa Jawa justru menambah kelucuan adegan itu sendiri. Sangat terasa betapa Fajar Nugros dan tim benar-benar menggunakan hati saat mengeksekusi berbagai adegan penuh humor khas Srimulat yang kita kenal.

Karena selain timing komedinya terasa pas, adegan khas Srimulat seperti kaki terinjak, mata tercolok, penggunaan kata yang terbalik, hingga menabrak pintu, semuanya mampu dieksekusi secara pas dan tak terasa dipaksakan. Semua terasa cocok dengan konteks adegan yang sedang berjalan, sehingga kemunculannya jelas saja mampu membuat seisi studio tertawa terbahak-bahak.

Pikiran-rakyat.com
Pikiran-rakyat.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun