Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Fear Street Part Two: 1978", Lanjutan Teror dalam Nuansa Slasher Klasik yang Asyik

11 Juli 2021   13:59 Diperbarui: 11 Juli 2021   20:15 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi penulis yang saat ini cukup merasa bosan dengan sajian berbagai film atau tv series baru dari bermacam layanan streaming platform, kehadiran franchise horor remaja milik penulis legendaris, R.L. Stine, ternyata cukup mampu menggugah keinginan untuk menonton.

Diangkat dari novel berjudul sama, Fear Street  yang ditayangkan di platform streaming Netflix itupun dibuat menjadi trilogi yang ditayangkan selama 3 minggu berturut-turut. Tanggal 2 Juli untuk Part One-nya, tanggal 9 Juli untuk Part Two, dan 16 Juli untuk film pamungkasnya atau Part Three.

Pada Part One yang berlatar tahun 1994, penonton seakan diajak untuk berpetualang dan mengalami teror mengerikan yang dibungkus rapi dalam nuansa 90-an yang kental. Mulai dari plot, musik, hingga cara pengambilan gambarnya seakan mengingatkan kita akan film horor slasher khas 90-an seperti Scream, I Know What You Did Last Summer, hingga Urban Legend.

Baca juga ulasan Part One yang ditulis oleh kompasianer Satria Adhika di sini: "Fear Street Part One: 1994", Melawan Teror Kota Shadyside yang Seram dan Menegangkan

Empireonline.com
Empireonline.com
Maka pada Part Two yang berlatar tahun 1978, penonton kemudian diajak untuk merasakan atmosfer horor slasher khas film-film yang dirilis pada era tersebut. Sebut saja seperti Texas Chainsaw Massacre, Friday The 13th, hingga Halloween.

Di mana pada film horor slasher yang dirilis di era tersebut memiliki beberapa kesamaan dan ciri khas yaitu tentang summer camp atau liburan musim panas, adegan sex para remaja, serta sosok penjahat yang intimidatif menggunakan senjata khas untuk menyerang korbannya. Dan Fear Street Part Two: 1978 benar-benar mampu memaksimalkan itu semua.

Variety.com
Variety.com
Jika pada film pertamanya berkisah tentang misteri pembunuh berantai di kota kecil Amerika Serikat, Shadyside, yang menuntun kelima remaja di kota tersebut untuk mencari tahu penyebabnya, maka di film keduanya lebih dimaksudkan untuk memberi jawaban atas misteri yang terjadi di Shadyside pada tahun 1994. Karena berbagai pertanyaan tersebut nyatanya baru bisa terjawab dengan terlebih dulu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di kota tersebut pada tahun 1978.

Fear Street Part Two: 1978 melanjutkan cerita di akhir film pertamanya, di mana para remaja penyintas tragedi 1994 yaitu Deena(Kiara Madeira) dan Josh(Benjamin Flores Jr.) menemui Cindy Berman(Gillian Jacobs) yang merupakan penyintas dari tragedi yang terjadi di Summer Camp tahun 1978. Di mana kemudian kita diajak untuk melihat cerita Cindy muda  (Emily Rudd) serta adiknya Ziggy Berman(Sadie Sink), yang menjadi korban sekaligus saksi atas serangkaian pembantaian di camp tersebut.

Rogerebert.com
Rogerebert.com
Di mana pembantaian tersebut belakangan diketahui berhubungan dengan kutukan Sarah Fier, seseorang yang dipercaya sebagai penyihir yang kerap memanipulasi dan merasuki para korbannya untuk bisa melakukan serangkaian pembunuhan. Sarah Fier sendiri konon merupakan penyihir yang hidup di tahun 1666 di wilayah yang di kemudian hari dinamakan Shadyside.

Tak hanya bermain kucing-kucingan dengan si pembunuh keji yang mencoba menghabisi seluruh peserta, Cindy dan Ziggy pun harus berpacu dengan waktu untuk mencari tahu apa penyebab dari kejanggalan ini semua. Sembari berusaha memecahkan berbagai teka-teki yang berkaitan dengan fenomena gaib di camp musim panas tersebut.

Camp yang ternyata menyimpan rahasia sekaligus kutukan mengerikan di kota kecil tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun