Mohon tunggu...
Yolis Djami
Yolis Djami Mohon Tunggu... Dosen - Foto pribadi

Tilong, Kupang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tujuh Juli

7 Juli 2020   06:27 Diperbarui: 7 Juli 2020   18:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Semakin hari dan semakin lama pertemuan itu makin melebar bukan hanya di kampus tetapi juga di rumahnya. Aku mulai berani berkunjung ke kediamannya. Memperkenalkan diri kepada orangtuanya, sekaligus ingin memproklamirkan diri sebagai 'pemilik perusahaan.'

Kunjunganku yang pertama terjadi pada tanggal sebelas Januari Sembilan belas delapan empat. Tanggal itu kami tetapkan sebagai tanggal resmi kami berpacaran. Pada kunjungan itu aku menyatakan isi hatiku sesungguhnya kepadanya apakah ia mau menerima aku sebagai pacarnya.

Yang aku ingat dia tidak langsung menjawab dengan kata-kata, tapi dengan perlakuan dan perhatian. Perhatiannya tersarikan dalam kalimat ini: Kutau yang kaumau. Kami berpacaran. Sebaiknya tak kupakai kata berpacaran. Kami menjalin kasih selama kurang lebih lima tahun.

Kamipun akhirnya mengikat janji suci pada tahun 1989, tepatnya pada hari Jumat tanggal tujuh Juli. Welcome Nyora.[1] Pemberkatan nikah dilakukan di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kwitang nomor 28 Jakarta Pusat pada pukul sebelas siang. 

Sebelum pemberkatan, kami menandatangani surat nikah (akte pernikahan) terlebih dahulu. Penandatanganan ini disaksikan oleh pegawai catatan sipil (pihak pemerintah), pihak gereja dan wali dari pihak kami berdua.

Pelayanan pemberkatan nikah dipimpin oleh Pendeta Johanes Takain yang biasa dikenal dengan Pdt. John Takain. Ia berasal dari Oekabiti, kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, NTT.

Setelah upacara di gereja kami makan bersama di rumah Om Yos Rona[2] di daerah Cempaka Putih. Pestanya hanya begitu. Tepatnya, kumpul-kumpul bersama keluarga. Tidak di restaurant terkenal dan mahal. Tanpa musik. Cukup dengan masakan sederhan yang disediakan oleh keluarga Rona. 

Dan yang lebih hebat dan dahsyat lagi adalah tanpa tenda besar. Hanya di ruang tamu yang kira-kira berukuran tiga kali empat meter persegi. Mungkin juga kurang dari itu. Ya, lumayanlah untuk merayakan pesta pernikahan kami.

Bulan maduku cukup di Tambun saja. Di Bekasi, Jawa Barat. Di rumah mertua. Tidak ada perjalanan ke luar daerah. Misalnya ke Bali atau ke tempat-tempat wisata terkenal lainnya. Apalagi ke luar negeri.

Itu sebabnya aku berharap dan berdoa kiranya Tuhan memberi kami umur panjang sampai kakek-nenek. Dan kiranya kami dapat merayakan hari ulang tahun emas (50 tahun) pernikahan kami. Semoga!

Semoga Tuhan Sang Mahamurah itu mendengar doaku dan doanya. Doa kami berdua!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun