Berdasarkan kutipan langsung ini, hampir dapat dipastikan bahwa dialek Melayu yang digunakan Wallace dan Arndt adalah dialek Melayu Kupang, atau setidak-tidaknya bercampur dengan dialek ini walaupun mungkin yang digunakan adalah bahasa Melayu Tinggi (asal-usul bahasa Indonesia).
Sayangnya tidak tersedia salinan percakapan yang dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran hal ini. Namun terlepas dari benar atau tidaknya kedua ahli di atas menggunakan dialek Melayu Kupang dalam diskusi mereka, bahasa Kupang sudah lama memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat Kupang dan sekitarnya, dan rubrik "Tapaleuk" serta tulisan-tulisan lain, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang akan datang, yang bersifat religius dan sekuler, melanjutkan suatu tradisi yang tak bisa dipandang remeh.
Akhirnya, saya berharap agar rublik kecil ini bisa tetap hadir dan senantiasa menjadi oasis yang tak kunjung kering bagi gagasan-gagasan dalam bahasa Kupang yang kental.
Soal ukuran tidaklah serius asal tetap bermanfaat (biar sadiki sayur marungga, bisa bagi dengan tetangga). Adalah penting untuk banyak menulis dalam bahasa lain tentang suatu bahasa, tetapi kiranya jauh lebih penting untuk kemudian menulis dalam bahasa itu sendiri agar ia tetap lestari dalam kata-kata yang menari. Dan semoga rubrik "Tapaleuk" yang saat ini sudah hadir secara aktif di dunia maya bisa tetap mempertahankan hal ini.
Yogyakarta, 15 Februari 2008
--------------------------------
*) Penulis dan penerjemah (lisan dan tulisan), pemilik blog bahasa dan sastra Dawan http://uabmeto.blogspot.com (sejak Desember 2007). Beberapa di antara karya-karyanya adalah Kamus Indonesia-Tetun, Tetun-Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), antologi puisi Dawan Nenomatne Nbolen (Yogyakarta: Genta Press, 2009), Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), antologi puisi Dawan-Esperanto Feotnai Mapules---Princino Laudata (Antwerpen: Eldonejo Libera, 2016), dan antologi puisi Inggris dan Prancis A Walk at Night-Une promenade de nuit (Antwerpen: Eldonejo Libera, 2017). Sekarang, ia tinggal di Yogyakarta.
Catatan: Tulisan ini telah tersedia di http://ymanhitu.blogspot.com/2008/02/rubrik-tapaleuk-sebuah-konsistensi-demi.html (sejak Februari 2008).