Mohon tunggu...
Yohanes Manhitu
Yohanes Manhitu Mohon Tunggu... Penulis - Murid abadi: penulis dan penerjemah

Saya adalah seorang penulis dan penerjemah dari Timor Barat (NTT) yang berdomisili di Yogyakarta. Bidang yang saya geluti adalah bahasa, sastra, sejarah, dan sosial budaya. Saya menulis dalam bahasa Indonesia, Dawan, Tetun Resmi (Timor-Leste), Melayu Kupang, Inggris, Prancis, Spanyol, Portugis, dan Esperanto. Silakan kunjungi blog khusus untuk karya tulis saya di http://ymanhitu-works.blogspot.com dan blog serba-serbi multibahasa saya di http://ymanhitu.blogspot.com. Salam,

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Rubrik "Tapaleuk", Sebuah Konsistensi demi Konservasi

2 Agustus 2020   09:15 Diperbarui: 2 Agustus 2020   13:19 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: http://kupang.tribunnews.com

Berdasarkan kutipan langsung ini, hampir dapat dipastikan bahwa dialek Melayu yang digunakan Wallace dan Arndt adalah dialek Melayu Kupang, atau setidak-tidaknya bercampur dengan dialek ini walaupun mungkin yang digunakan adalah bahasa Melayu Tinggi (asal-usul bahasa Indonesia).

Sayangnya tidak tersedia salinan percakapan yang dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran hal ini. Namun terlepas dari benar atau tidaknya kedua ahli di atas menggunakan dialek Melayu Kupang dalam diskusi mereka, bahasa Kupang sudah lama memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat Kupang dan sekitarnya, dan rubrik "Tapaleuk" serta tulisan-tulisan lain, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang akan datang, yang bersifat religius dan sekuler, melanjutkan suatu tradisi yang tak bisa dipandang remeh.

Akhirnya, saya berharap agar rublik kecil ini bisa tetap hadir dan senantiasa menjadi oasis yang tak kunjung kering bagi gagasan-gagasan dalam bahasa Kupang yang kental.

Soal ukuran tidaklah serius asal tetap bermanfaat (biar sadiki sayur marungga, bisa bagi dengan tetangga). Adalah penting untuk banyak menulis dalam bahasa lain tentang suatu bahasa, tetapi kiranya jauh lebih penting untuk kemudian menulis dalam bahasa itu sendiri agar ia tetap lestari dalam kata-kata yang menari. Dan semoga rubrik "Tapaleuk" yang saat ini sudah hadir secara aktif di dunia maya bisa tetap mempertahankan hal ini.

Yogyakarta, 15 Februari 2008

--------------------------------

*) Penulis dan penerjemah (lisan dan tulisan), pemilik blog bahasa dan sastra Dawan http://uabmeto.blogspot.com (sejak Desember 2007). Beberapa di antara karya-karyanya adalah Kamus Indonesia-Tetun, Tetun-Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), antologi puisi Dawan Nenomatne Nbolen (Yogyakarta: Genta Press, 2009), Kamus Portugis-Indonesia, Indonesia-Portugis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), antologi puisi Dawan-Esperanto Feotnai Mapules---Princino Laudata (Antwerpen: Eldonejo Libera, 2016), dan antologi puisi Inggris dan Prancis A Walk at Night-Une promenade de nuit (Antwerpen: Eldonejo Libera, 2017). Sekarang, ia tinggal di Yogyakarta.

Catatan: Tulisan ini telah tersedia di http://ymanhitu.blogspot.com/2008/02/rubrik-tapaleuk-sebuah-konsistensi-demi.html (sejak Februari 2008).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun