Mohon tunggu...
Yogik Mauludin
Yogik Mauludin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FISIB Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Mahasiswa FISIB Sosiologi Universitas Trunojoyo Madura

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesenjangan Pembangunan dan Tingginya Urbanisasi

19 Juni 2021   16:22 Diperbarui: 19 Juni 2021   16:39 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap daerah pasti memiliki keunggulan dan kekuatan masing-masing. Baik secara ekonomi, sosial maupun budaya. Pada era Revolusi industri 4.0, salah satu indikator kemajuan suatu daerah, adalah industry, banyak pabrik. Sehingga dapat menyerap banyak tenaga kerja. Apakah setiap daerah mampu mendatangkan Investor, tentu jawabannya bergantung pada fasilitas dan infrastruktur daerah tersebut. 

Masih banyak daerah yang belum mampu mengikuti perkembangan dan pembangunan yang layak. Masih banyak daerah yang belum terjangkau pembangunan yang dilakukan pemerintah. pembangunan masih focus di wilayah perkotaan yang menjadi pusat industri. Di sinilah kesenjangan pembangunan antara Kota dan Desa.

Kesenjangan pembangunan inilah yang mendorong penduduk untuk memilih merantau ke kota industri. Penduduk desa berurbanisasi ke kota yang banyak memiliki lapangan kerja. Seperti penduduk di desa Segodorejo, kebanyakan melakukan urbanisasi ke daerah Surabaya, Kalimantan dan Bali untuk bekerja. Belakangan ini penduduk desa Segodorejo mengalami peningkatan arus urbanisasi. Mereka merasa tempat tinggalnya sudah tidak memiliki potensi pekerjaan yang menjanjikan selain bertani. Sedangkan kebutuhan ekonomi masyarakat setiap harinya akan bertambah. 

Di Indonesia kegiatan urbanisasi sudah mulai tampak dari tahun ke tahun, di saat pembangunan sedang gencar-gencarnya dilakukan di kota-kota besar. Terdapat beberapa faktor yang menjadi pendorong meningkatnya arus urbanisasi, diantaranya; (1) Ketidakmerataan pembangununan maupun fasilitas-faislitas antara desa dengan kota dalam aspek kehidupan sehari-hari. (2) semakin banyak industri di kota-kota besar yang banyak membuka lapangan pekerjaan (Saefullah, 1994:35). Berhubungan dengan faktor tersebut, dapat dikaitkan dengan penduduk desa Segodorejo yang melakukan urbanisasi ke kota.

Desa ini terletak di kecamatan Sumobito bagian tengah dari Kabupaten Jombang, untuk akses sampai ke pusat kota Jombang berjarak 10km. Dalam wawancara dengan penulis, Sanip (22 November 2020) yang selaku kepala desa ini mengatakan, 

"terdapat sebanyak 60% penduduknya bekerja di sektor pertanian, 25% menjadi karyawan pabrik dan lainnya sebagai wirausaha dan ibu rumah tangga." (Sanip, wawancara, 22 November 2020)

Desa segodorejo adalah desa yang agraris dimana didesa terebut masih banyak ladang persawahan, bahkan di setiap desa memiliki hamparan ladang sawah yang sangat luas. Seperti yang kita ketahui bahwa keberadaan lahan sawah memiliki banyak fungsi, baik untuk kehidupan manusia maupun lingkungan. 

Fungsi lahan sawah bagi kehidupan manusia selain sebagai penghasil bahan pangan, juga merupakan salah satu sumber pendapatan, tempat bekerja, tempat rekreasi, tempat mencari ilmu, dan lain sebagainya. Di tinjau dari beberapa hal tersebut, masih banyak potensi yang ternyata bisa dikembangkan dan menjadi sumber penghasilan masyarakat desa. 

Meskipun di setiap perbatasannya di kelilingi hamparan sawah yang luas, akan tetapi kepemilikan tanah sawah tersebut hanya segelintir orang saja. Sedangkan penduduk lain hanya memiliki tanah tidak cukup luas bahkan banyak yang tidak mempunyai hak atas tanah tersebut. Tidak hanya di sektor pertanian terdapat juga beberap pabrik krupuk yang sudah berdiri puluhan tahun lamanya. Dengan adanya pabrik ini dapat dimanfaatkan penduduk desa sebagai tumpuan untuk mencari nafkah.

Sebagian besar pekerjanya adalah orang yang sudah berumah tangga, dari dulu sampai sekaranag masih menjadi pertanyaan. Mengapa yang bekerja di pabrik tersebut kebanyakan orang yang sudah tua, sedangkan penduduk desa Segodorejo sendiri masih banyak tenaga kerja yang usianya produktif menganggur. Di usia produktif mulai dari yang lulus SMA bahkan lulusan sarjana, mereka umumnya tidak bekerja di sektor pertanian maupun di pabrik krupuk melainkan mereka meninggalkan desa untuk mengadu nasib ke kota untuk bekerja.

Paling banyak mereka merantau ke kota Surabaya, Kalimantan dan Bali. Sementara itu pekerjaan yang di tekuni para pekerja rantau merupakan jenis pekerjaan pada umumya yang dapat dilakukan di desa seperti: penjual nasi goreng, menjadi sopir, pekerja proyekan. Paling banyak bekerja sebagai kuli bangunan, karena yang bekerja rantau mayoritas laki-laki yang usianya produktif. Hanya saja yang bekerja pada sektor formal seperti polisi, tni dll sangat minim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun