Mohon tunggu...
Yoga PS
Yoga PS Mohon Tunggu... Buruh - Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Laki-laki yang ingin mati di pagi hari :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sisyphus

24 Juni 2012   02:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 1118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menghindari aburditas kehidupan seperti Sisyphus, yang kita butuhkan adalah kesadaran. Kata Camus:

"The workman of today works every day in his life at the same tasks, and this fate is no less absurd. But it is tragic only at the rare moments when it becomes conscious."

Bulan Sisyphus

Banyak dari kita meniru Sisyphus. Hidup tanpa kesadaran. Terutama ketika menyambut bulan ramadhan. Kita seperti memanggul batu berisi dosa-dosa. Bergerak menuju puncak bukit fitrah, berusaha membuang dosa itu. Untuk terlahir kembali menjadi manusia yang suci.

Dan seperti Sisyphus, kita menjatuhkan batu itu dengan tetap berbuat dosa seperti sedia kala, setelah bulan suci itu berlalu. Hal ini seperti membuang batu itu kembali kedasar. Dengan terus menuruti hawa nafsu. Melupakan apa yang telah kita bangun. Ramadhan seolah hanyalah ritual tahunan dimana ada selebrasi maaf-maafan, puasa, mudik, THR, lebaran, dan baju baru.

Setelah bulan yang baik itu, kita melakukan kesalahan yang sama. Mengulang dosa-dosa yang terbilang. Kembali meninggalkan perintah-Nya, tetap saja melakukan larangan-Nya. Persis seperti Sisyphus. Ramadhan adalah bukit, batu yang kita bawa adalah dosa. Dan seperti siklus. Kita memohon ampun untuk dosa yang kita lakukan. Setiap tahun.

Kita harus meniru perjuangan Sisyphus, tapi jangan meniru kebodohannya. Mari kita meniru perjuangannya mendaki bukit kesadaran. Berusaha menemukan rahmat Tuhan. Meski jauh. Meski seringkali kita jatuh. Tapi itulah hidup. Iman membutuhkan pembuktian. Kebaikan membutuhkan pengorbanan. Cinta membutuhkan perjuangan. Terus menerus. Tak pernah putus.

Seperti apa yang dilakukan seorang Sisyphus.

sumber gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun