Mohon tunggu...
Yoga Pratama
Yoga Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - Writing

Terserahlahindonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan Besar pada Hasil Pendapatan Tanaman Padi di Nagari Talu

22 Januari 2021   10:34 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:39 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERUBAHAN BESAR PADA HASIL PENDAPATAN TANAMAN PADI DI NAGARI TALU
Sektor pertanian di Indonesia menjadi salah satu aspek penting sebagai roda penggerak ekonomi negara. Hal ini dikarenakan pertanian dari segi produksi menjadi sektor kedua paling berpengaruh setelah industri pengolahan. Sedangkan bila dibandingkan sektor lainnya pertanian masih berada di posisi teratas selain sektor perdagangan dan sektor konstruksi.Dengan demikian, sektor pertanian mampu mengangkat citra Indonesia di mata dunia, terutama sebagai negara agraris yang cukup produktif (Venture, 2019).
Pertanian selain penggerak ekonomi negara juga sebagai sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat dikarenakan sebagian besar kawasan Indonesia merupakan lahan pertanian. Para petani biasanya menggunakan tanah untuk media dalam mengembangkan hasil pertanian mereka. Hal tersebut sudah menjadi hal biasa untuk bercocok tanam di kalangan petani.Selain diuntungkan oleh kondisi iklim dan sumberdaya alam yang mendukung, pertanian terutama pada tanaman padi di Indonesia juga didukung oleh sumberdaya manusianya.
Badan Pusat Statistik (2011) melaporkan bahwa produksi padi pada tahun 2010 sebesar 65,98 juta ton gabah kering giling (GKG), naik 1,58 juta ton (2,46 persen) dibandingkan produksi tahun 2009. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 234,54 ribu hektar (1,82 persen) dan produktifitas sebesar 0,31 kuintal/hektar (0,62 persen). Kenaikan produksi padi tahun 2010 sebesar 2.09 juta ton, sedangkan realisasi produksi padi Januari-Agustus turun sebesar 0.51 juta ton (Zaki, 2017).
Tanaman padi (Oryza sativa L) merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah beras. Permintaan akan beras terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, dan terjadinya perubahan pola makanan pokok pada beberapa daerah tertentu, dari umbi-umbian ke beras. Padi merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia, tanaman padi juga merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia setelah serealia, jagung dan gandum.
Produk pangan, khususnya beras, berbagai upaya telah dilakukan agar kebutuhan bahan pokok ini dapat dipenuhi sendiri. Pada tahun 1990 tercatat produksi beras nasional telah mencapai 45,176 juta ton gabah kering giling (GKG) atau kira-kira setara 29 juta ton beras. Lima tahun kemudian, angka produksi mencapai 49,449 juta ton GKG ( setara 31 juta ton beras) (Zaka, 2011).

Beras merupakan bahan pangan pokok dan komoditas politik yang sangat strategis. Dewasa ini, dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa, total konsumsi beras di Indonesia mencapai 33 juta ton per tahun dan akan terus meningkat sejalan dengan partumbuhan penduduk.
Kekurangan pasokan beras berpotensi mengganggu stabilitas sosial, ekonomi, dan politik negara,sehingga bisa menyebabkan runtuhnya kekuasaan suatu rezim pemerintahan. Itulah alasan utamamengapa peningkatan produksi beras masih menjadi prioritas utama dalam pembangunan pertanian Indonesia (Sudaryanto  dan Swastika, 2008).
Pentingnya peran beras dalam perekonomian dan politik nasional, telah mengundangcampur tangan pemerintah yang sangat besar dalam sistem produksi dan pemasaran beras,terutama pada era Orde Baru. Dalam sistem produksi pemerintah memberi subsidi air irigasi, pupuk, benih, pestisida, dan bunga kredit usaha tani. Dalam sistem pemasaran gabah dan beras, pemerintah memberi lakukan harga dasar (kini harga pembelian pemerintah = HPP) dan harga maksimum (celling price).
Tantangan saat ini adalah bagaimana meraih kembali dan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Keterbatasan dana pembangunan telah mendorong pemerintah untuk mengurangi berbagai bentuk subsidi sarana produksi pertanian. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi di tingkat petani. Pesatnya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian serta jenuhnya tingkat penerapan teknologi budidaya padi merupakan kendala serius bagi upaya peningkatan produksi padi. Selain itu, tingkat kehilangan hasil pada panen dan pasca panen yang masih relatif tinggi, dapat mengganggu upaya pencapaian target produksi beras nasional.

Upaya penurunan tingkat kehilangan hasil merupakan salah satu potensi peningkatan produksi yang prospektif, di tengah jenuh nya penerapan teknologi budidaya dan sulitnya mencegah konversi lahan.
Luas lahan di Indonesia yang digunakan untuk penerapan Padi Salibu hingga tahun 2017 sebesar 10.000 hektar. Daerah yang menerapkan Padi Salibu adalah Sumatera Barat sebanyak 2.000 hektar, Jawa Barat 2.000 hektar, Jawa Tengah 2.000 hektar, Jawa Timur 2.000 hektar, Sulawesi Selatan 1.000 hektar dan Bali 1.000 hektar (Dirjen Tanaman Pangan, 2017).
Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi yang mempunyai banyak kearifan lokal (indigenous knowledge), salah satunya adalah Padi Salibu. Istilah Padi Salibu lebih dikenal dengan padi ratun, yaitu tanaman padi berasal dari tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen kembali (Balitbangtan, 2015).
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sukarami Kabupaten Solok pada tahun 2013 mengembangkan teknologi Padi Salibu yang menitik berat kan pada teknologi pemotongan di mana padi sebaiknya dipotong sebelum berumur seratus hari, idealnya sepuluh hari sebelum panen. Hal ini dimaksudkan untuk pertumbuhan anakan baru sehingga pertumbuhan anakan menjadi maksimal (Balitbangtan, 2015).
Teknologi Padi Salibu yang dikembangkan BPTP Solok telah diakui oleh Kementerian Pertanian sebagai salah satu teknologi tanaman pangan. Pada tahun 2015 pemerintah menargetkan pencapaian swasembada dapat dicapai dalam tiga tahun ke depan, dengan pertumbuhan 2,21% per tahun.
Teknologi budidaya Padi Salibu merupakan salah satu upaya untuk mencapai target tersebut, selain Sumatera Barat Padi Salibu juga telah dicoba di beberapa daerah lain seperti Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Riau, Aceh, Sumut, Babel, NTB dan lain-lain (Balitbangtan, 2015).
Kabupaten Pasaman Barat memiliki 11 kecamatan yaitu : Sungai Beramas, Ranah Batahan, Koto Balingka, Sungai Aur, Lembah Melintang, Gunung Tuleh, Talamau, Pasaman, Luhak Nan Duo, Sasak Ranah Pasisie dan Kinali. Negari Talu berada di kecamatan Talamau dengan luas lahan yang dimiliki Negari Talu yaitu: 99,40 kilometer persegi, atau 30,65 persen dari luas wilayah Kecamatan Talamau.

Nagari Talu adalah sebuah Nagari sekaligus ibukota dari Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Nagari Talu terdiri dari 5 jorong yaitu: Jorong Merdeka, Jorong Tabek Sirah, Jorong Janiah, Jorong Patamuan dan Jorong Perhimpunan. Nagari Talu berpenduduk 8020 jiwa terdiri dari 4092 laki-laki dan 3928 perempuan, serta 1988 rumah tangga. Nagari Talu juga mempunyai fasilitas kesehatan seperti :Puskesmas 1 unit dan fasilitas agama seperti : Masjid 12 buah dan mushola 6 buah  (BPS Kabupaten Pasaman Barat).
Daerah Nagari Talu, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat target jadi lumbung padi. Hal ini demi untuk meningkatkan ketahanan pangan dan membangkitkan ekonomi masyarakat setempat. Dimana masyarakat Nagari Talu sumber penghasilan utama dari bertani padi dan sebagai penyedia utama untuk kebutuhan pangan di Kecamatan Talamau khususnya dan dapat membantu kebutuhan pangan di Pasaman Barat pada umumnya dikarenakan Kecamatan Talamau memiliki kondisi lingkungan yang cocok untuk ditanami tanaman padi di bandingkan dengan kecamatan lain di Pasaman Barat yang mana berfokus pada tanaman perkebunan.
Salah satu upaya yang dilakukan, yakni dengan percepatan musim tanam padi menjadi dua kali yang tepat. Setidaknya, dengan luas lahan sawah sebanyak 700 hektar, yang digarap oleh lebih 600 orang dan mampu menghasilkan dan perputaran uang sekitar 3 melinyar per tahun. "Biasanya menanam padi mulai satu, dan sekarang kita dengan tanam dua kali lipat," kata Pucuak Adaik Nagari Talu, Tuanku Bosa XIV, Fadlan Maalip dalam mengoperasikan nya.
Kebiasaan masyarakat Nagari Talu tentang Sistem turun ke sawah sekali dalam setahun merupakan tradisi menanam padi yang dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat Talu. Tradisi ini dilaksanakan beberapa bulan sebelum memasuki Bulan Ramadhan dengan target panen pada Bulan Ramadhan. Tradisi ini dimulai dari menyemai benih hingga panen yang dilaksanakan secara serentak oleh masyarakat Talu. Waktu menanam yang telah ditentukan ini bukan berasal dari musyawarah masyarakat secara bersama-sama. Namun mengikuti waktu menanam yang dari dulunya dilaksanakan oleh leluhur mereka.

Masyarakat Nagari Talu turun ke sawah secara serentak berdasarkan oleh waktu menanam padi yang dilaksanakan secara turun temurun oleh nenek moyang. Di luar waktu tersebut, masyarakat Nagari Talu tidak melakukan aktivitas pertanian yang berhubungan dengan padi karena kebiasaan masyarakat Nagari Talu setelah mendapatkan hasil panen, hasil panen tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari -- hari seperti di jual dan di konsumsi langsung. Setelah persediaan habis masyarakat Nagari Talu memulai aktivitas bertani tanaman padi kembali.
Kendala yang di alami masyarakat Nagari Talu pada saat bertani yaitu terkaitnya masalah hama, penanaman belum serentak dan pola pertanian yang salah dari padi ke kolam ikan karena pada dasarnya kolam ikan membutuhkan pematang besar, di mana pematang besar dapat mengakibatkan tempat sarang tikus. Kondisi ini berbeda dengan yang di alami oleh petani tanaman padi di kabupaten solok yang mana mereka memiliki sistem teknologi jajar legowo untuk mencapai target hasil produksi yang maksimal. Sistem jajar legowo adalah cara tanam padi di mana padi ditanam dalam beberapa barisan dengan diselingi satu barisan kosong. Baris tanaman dan baris  kosong nya disebut disebut satu baris legowo, bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1 dan empat baris per unit disebut 4:1. Penanaman dengan sistem ini mempermudah perawatan dan menambah populasi padi sekitar 20 hingga 30 persen, mengurangi terserang hama dan penyakit dan sistem ini juga dapat menghemat pupuk.

Adanya adat istiadat Kenegarian Talu bahwasanya tidak boleh membunuh tikus. Kepercayaan Negari Talu tentang hama tikus tidak bisa dibunuh dengan kekerasan ataupun di tanggapi dengan kemarahan, karena di tanggapi dengan kemarahan maka tikus semakin banyak atau bertambah sehingga masyarakat di tuntut agar lebih sabar dan tidak membunuh tikus dengan cara sembarangan. Adanya program pemerintah untuk Kecamatan Talamau yaitu memberikan bantuan berupa rodentisida untuk membunuh hama tikus dan sistem yang anjurkan oleh pemerintah untuk pengendalian hama tikus ini dengan secara serentak atau bersama, dibandingkan dengan Kabupaten Solok sistem yang diterapkan oleh pemerintah dan petani padi di Kabupaten Solok untuk cara pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan konsep PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang terdiri dari budidaya tanaman sehat, pemberdayaan musuh alami dan pengamatan. Dalam budidaya tanaman sehat maka perlu diterapkan pemakaian bibit unggul dan sehat, pemupukan berimbang dan  pengolahan tanah sempurna.

Gambar.1 Membrantas Hama Tikus
Dalam pemberdayaan musuh alami, pemakaian pestisida kimia tidak boleh sembarangan karena pestisida tidak hanya akan membunuh hama namun juga akan membunuh musuh alami yang akan memangsa hama tersebut. Petani di Kabupaten Solok juga membangun Rumah Singgah Musuh Alami (RSMA) dengan cara menanam tanaman bunga berwarna di sekitar lahan sawah dan adapun sistem yang diterapkan oleh Kabupaten Solok yaitu dengan sanitasi lingkungan, tanam serentak, umpan beracun seperti petrokum dan klerat yang bersifat anti koagulan.
Pemerintah merencanakan tanam padi dua kali setahun di Nagari Talu dalam upaya meningkatkan produktifitas dan penghasilan petani. Kecamatan Talamau merupakan salah satu lumbung padi terutama di Nagari Talu ini perlu ditingkatkan dengan tanam dua kali setahun. Pemerintah sangat mendukung kegiatan ini karena sebagai langkah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Kecamatan Talamau  terutama untuk kepada Nagari Talu. Pihaknya pemerintah akan terus meningkatkan pembinaan terhadap petani terutama pemanfaatan teknologi pertanian. Terkait hama tikus yang selama ini menjadi momok bagi petani nanti bisa diatasi dengan sekolah lapangan dan kegiatan berupa berburu tikus bersamaan agar dapat mengurangi populasi tikus.

Sementara itu tokoh adat Tuanku Bosa Taly Fadlan Maafit mengatakan menjaga ketahanan pangan padi menjadi prioritas pihaknya dalam rangka meningkatkan ekonomi padi. Selama ini petani melaksanakan tanam sekali setahun dengan hasil panen 6 ton /hektar. Untuk itu perlu perubahan dengan tanam dua kali setahun sehingga meningkatkan penghasilan petani. Petani sangat membutuhkan adanya irigasi terpadu sehingga lahan selama ini terkendala air bisa bercocok tanam dengan maksimal.
Masyarakat Nagari Talu mempunyai adat istiadat tentang mengadakan acara tola bala. Dimana, acara tola bala ini menurut kepercayaan masyarakat Nagari Talu dapat mengurangi musibah dan acara ini sebagai syukuran agar terhindar dari musibah atau malapetaka. Masyarakat Nagari Talu juga masih banyak berfikir secara kuno dan adanya pemerintah memberikan pelatihan serta teknologi yang mampu membuat perubahan baik dari sektor pertanian maupun merubah pemikiran masyarakat Nagari Talu yang mana masih banyak pemikiran kuno menjadi modren pada saat sekarang ini.
Masyarakat Nagari Talu melakukan panen padi secara serentak dan bersama- sama oleh para petani di Nagari Talu. Pemerintah juga ikut serta dalam acara panen bersama karena panen merupakan kegiatan akhir dari budidaya tanaman, namun panen juga merupakan kegiatan awal dari pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen memiliki peranan penting dalam peningkatan jumlah produksi padi melalui peningkatan kualitas dan kuantitas hasil. Untuk mendapatkan hasil padi yang berkualitas tinggi memerlukan waktu yang tepat, cara panen yang benar dan penanganan pasca panen yang baik. Saat panen yang tepat adalah ketika biji telah masak 95% gabah telah menguning (Prasetyo, 2012).
Petani Nagari Talu lebih 90 persen menerapkan tanam padi dua kali setahun. Petani di Talu sebelumnya hanya bertanam sekali dalam satu tahun.Karena itu, kelompok tani di wilayah mengungkapkan rasa syukur dengan berzakat dan makan bersama dalam rangkaian acara malapeh Niaik Kuwua Panen Raya Nagari Talu yang digelar di halaman rumah gadang Jorong Patomuan Nagari Talu, Kecamatan Talamau. Sehingga rasa syukur para kelompok tani di Kecamatan Talamau diwujudkan dengan mengundang Bapak Pjs Bupati Kabupaten Pasaman Barat, Kepala OPD, Anggota DPRD Pasaman Barat, Polres, Dandim, Muspika Kecamatan Talamau, Wali Nagari Talu, DPTPH Sumatera Barat, Ninik Mamak berserta Tokoh Masyarakat setempat.

Pada tahun ini petani Nagari Talu sukses melaksanakan program tanam padi dua kali setahun dengan hasil 12 ton /hektar. Masyarakat Nagari Talu melakukan tanam serentak dan panen serentak. Dengan luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat Nagari Talu mendapatkan hasil 50 miliar dengan 1 kali panen. Dari data yang di sampaikan jumlah lahan sawah di Kecamatan Talamau saat ini mencapai 1.160 ha dan lebih dari 90 persen sudah bertanam dua kali dalam setahun. Kekompakan masyarakat Nagari Talu dengan niniak mamak, alim ulama, pemerintah setempat sangat terjalin dengan baik.
Dengan hasil panen yang meningkat serta panen nya 2 kali /tahun pemerintah memintak kepada Baznas (Badan Amal Zakat Nasional) turun langsung ke masyarakat di Nagari Talu agar petani dapat memberikan masing -- masing petani berkisar 6 kambuik gabah atau 22 kg padi per orang. Zakat yang di kumpulkan oleh petani kepada Baznas akan di kembalikan kepada pihak yang berwajib seperti petani yang gagal panen mendapatkan bantuan dari Baznas (Badan Amal Zakat Nasional).
Pada kesempatan ini petani semakin bersyukur, karena pada acara Panen Raya ini Pemerintah Kabupaten dan DPRD Pasaman Barat mengapresiasikan semangat dan prestasi dari para petani di Kecamatan Talamau yang selama ini panen hanya sekali setahun, maka hari ini di buktikan dengan panen dua kali setahun dan juga mengapresiasi petani yang telah menunaikan zakatnya, karena hal ini merupakan bentuk rasa syukur kepada tuhan atas panen yang berlimpah dan dua kali dalam setahun sehingga pemerintah memberikan sejumlah bantuan. Penyerahan batuan Benih 6000 ton bibit padi, Traktor 10 unit dan sejumlah peralatan pertanian kepada kelompok tani yang diberikan oleh Pemerintah dan DPRD Kabupaten Pasaman Barat.

Daftar Pustaka
Badan pusat statistik 2020.KabupatenPasaman Barat dalamangka 2020.Http://pasamanbaratkab.bps.go.id.
Venture.2019.Sudah Sejauh Mana Perkembangan Pertanian Indonesia.Kumparan. http://kumparan.Com. Diakses 20 Desember 2019.
Sudaryanto and Swastika. 2008. Development and Policy Issues in Indonesian Rice Industry. Paper presented at the 5LFH_ PROLF\_ )RUXP_ International Rice Research Institute, Los Banos, Philipinnes, 18-19 February, 2008

[Balitbangtan] BalaiPenelitiandan Pengembangan Pertanian. 2015. Panduan TeknologiBudidayaPadiSalibu. Jakarta: Kementerian Pertanian.
[Dirjen Tanaman Pangan] Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2017. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Padi 2017. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian
Zaki,2017, Respon Pertumbuhan dan Produksi BeberapaVarietasPadi, surabaya 2015,Pdf
Zaka, 2011, Komuditaspadiindonesia, JurnalBudidayatanamanpadi, surabaya 2011,Pdf
Prasetyo, 2012. Budidaya Padi Sawah TOT (Tanpa Olah Tanah). Kanisius.Yogyakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun