Mohon tunggu...
Yericho LamPedro
Yericho LamPedro Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang memperdalam ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Efektivitas Impor yang Dinilai Kurang

23 April 2021   11:32 Diperbarui: 23 April 2021   12:24 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

aat ini, impor yang dilakukan oleh pemerintah masih sangat besar nilainya. Yaitu sekita $13,26 miliar pada Februari 2021. Namun dari sekian banyak impor yang dilakukan oleh pemerintah, ada beberapa atau bahkan lebih dominan aktivitas impor tersebut justru menyebabkan pemborosan belanja negara.

            Di masa pandemic seperti saat ini tentunya pemerintah harus lebih selektif dalam penggunaan anggaran negara. Karena memprioritaskan kebutuhan masyarakat tentu harus lebih diterapkan dengan baik dan sesuai target. Pemerintah harusnya membatasi kegiatan impor yang tidak menyangkut kepentingan masyarakat luas. Tetapi kenyataannya pemerintah masih terus melakukan impor yang bersifat menghamburkan belanja negara. Peristiwa ini sangat disayangkan mengingat kondisi ekonomi Indonesia yang tidak dalam keadaan baik -- baik saja.

            Salah satu dari impor yang dinilai tidak efektif adalah impor beras. Meskipun beras merupakan kebutuhan pokok, di masa pandemic seperti saat ini beras dinilai masih tercukupi stoknya untuk memenuhi masyarakat. Stok beras yang tersedia per Maret 2021 adalah sekitar 923.000 ton. Impor beras dinilai kurang efektif karena pemerintah melakukan impor di masa -- masa panen, yang mana artinya stok beras masih tercukupi atau bahkan berlebih pada masa -- masa panen tersebut. Maka dari itu pemerintah perlu meninjau ulang untuk melakukan impor, agar impor tersebut lebih efektif dan tepat sasaran. Tidak hanya pada kasus impor beras, pemerintah juga dinilai kurang efektif dalam melakukan impor di sektor selain pangan.

            Tetapi dibalik tidak efektifnya kegiatan impor yang dilakukan pemerintah, ada beberapa kegiatan impor yang memang harus dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah Indonesia masih harus mengimpor bahan baku otomotif, karena Indonesia belum mampu untuk memproduksinya sendiri. Maka dari itu impor bahan baku terbilang masih efektif dibanding dengan impor bahan pangan yang masih terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

            Impor yang dilakukan pemerintah bukan berarti selalu tidak efektif, ada beberapa impor yang dilakukan pemerintah karena memang belum mampu diproduksi di Indonesia. Tetapi, pemerintah lebih sering melakukan impor bahan pangan yang dinilai masih tercukupi stoknya. Di masa pandemic ini pemerintah harus lebih mengutamakan sektor kesehatan dibandingkan dengan sektor lain. Karena dengan mengutamakan kesehatan masyarakat, aktivitas ekonomi bisa kembali pulih.

            Daripada terlalu fokus kepada impor bahan pangan dan barang -- barang lainnya, lebih baik Indonesia mulai fokus untuk ekspor barang -- barang yang menjadi kelebihan Indonesia seperti kelapa sawit dan tekstil. Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang bisa digunakan untuk kesejahteraan hidup masyarakatnya, dan masih tersisa untuk di ekspor. Namun meskipun demikian, fakta bahwa nilai impor sering kali lebih besar dibandingkan nilai ekspor.

            Akibat dari lebih tingginya nilai impor dibanding nilai ekspor adalah anggaran negara menjadi defisit. Itulah mengapa kegiatan impor yang kurang efektif perlu dikurangi, agar anggaran negara tidak semakin besar angka defisitnya sehingga alokasi anggaran bisa merata ke seluruh Indonesia. Impor dan belanja negara menjadi pengaruh besar dari surplus atau defisitnya anggaran negara.

            Sebagai warga negara, kita bisa mulai untuk mengurangi impor dengan menggunakan produk dalam negeri. Nyatanya pada saat ini, produk lokal banyak yang memiliki daya saing dengan produk luar negeri. Selain itu harga produk lokal juga terjangkau dan kualitasnya sesuai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun