Mohon tunggu...
Pena Wimagati
Pena Wimagati Mohon Tunggu... Mahasiswa dan Jurnalis

Tulis, Baca, Nyanyi dan Berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Alex Dusay Bek Monster Persipura Jayapura: Simbol Anak Papua Tangguh

7 September 2025   12:03 Diperbarui: 19 September 2025   10:06 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alex Dusay bek tangguh Persipura Jayapura (foto: Media Persipura) 

Oleh: Yeremias Edowai

Ko su tau dia kah...? Mari tong kenal kax dia! 

Alex Dusay hari ini menjelma sebagai salah satu wajah penting dalam jagad sepak bola Papua. Pemain bernomor punggung 16 yang kini memperkuat Persipura Jayapura di Liga 2 Indonesia musim 2024/2025 ini bukan hanya sekadar seorang bek, tetapi telah berkembang menjadi simbol daya juang, disiplin, dan kapasitas taktis yang menandai transformasi sepak bola Papua modern. Lahir di tanah Melanesia dengan tubuh kurus namun berotot, Dusay menyimpan ketahanan fisik luar biasa yang membuatnya layak disebut monster pertahanan Mutiara Hitam. Dalam setiap laga, ia berdiri sebagai tembok terakhir sekaligus motor pertama dari aliran serangan. Perannya di lapangan mengingatkan kita bahwa sepak bola tidak hanya bicara tentang gol dan selebrasi, tetapi juga tentang kerja senyap, konsistensi, serta kemampuan membaca permainan.

Musim 2024/2025 memberikan catatan emas bagi Alex Dusay. Ia berhasil mencatat 1.036 operan sukses sepanjang musim, angka yang bukan hanya menjadi catatan personal tetapi juga rekor tertinggi di antara seluruh pemain Liga 2 Indonesia. Statistik ini tidak bisa dipandang remeh. Dalam sepak bola modern, jumlah operan sukses adalah indikator utama keterlibatan seorang pemain dalam membangun permainan. Ketika seorang bek mampu menorehkan catatan tersebut, artinya ia tidak hanya menjalankan peran konvensional sebagai penghadang serangan lawan, melainkan juga menjadi arsitek dalam membangun serangan. Dusay menunjukkan bahwa seorang bek Papua bisa tampil sebagai pemain multifungsi: tangguh dalam bertahan, presisi dalam mendistribusikan bola, dan berani memulai serangan dari lini paling belakang.

Identitas lengkap seorang Alex Dusay perlu disoroti karena ia adalah representasi nyata dari regenerasi pemain Papua. Lahir di Jayapura pada 1999, ia tumbuh besar di tengah kultur sepak bola jalanan yang keras, penuh improvisasi, dan melahirkan banyak bakat alamiah. Sejak kecil, sepak bola bukan sekadar olahraga baginya, melainkan cara hidup. Dari lapangan tanah, gang sempit, hingga turnamen antar kampung, Dusay menempa diri dengan ritme permainan khas Papua: cepat, agresif, penuh daya juang, tetapi juga kaya improvisasi. Ketika masuk ke Persipura, ia membawa seluruh modal itu lalu dipoles dengan sentuhan profesional, hasilnya adalah sosok bek modern dengan jiwa Papua yang kuat.

Dalam perjalanan kariernya, Dusay sempat mengalami naik turun. Ia bukan nama yang langsung bersinar ketika pertama kali bergabung. Dibandingkan pemain Papua lain yang lebih eksplosif atau punya bakat mencetak gol, seorang bek memang jarang mendapat sorotan. Namun Dusay memilih jalannya sendiri: membangun karier dari ketekunan. Ia sadar, seorang bek jarang dipuji, tetapi selalu disalahkan jika tim kebobolan. Dari situ, ia melatih mental baja, tidak cepat larut dalam euforia, tidak gampang runtuh dalam kritik. Konsistensinya inilah yang membuat pelatih mempercayainya sebagai pilar pertahanan.

Persipura Jayapura sendiri adalah klub dengan sejarah panjang dan penuh makna bagi orang Papua. Mutiara Hitam bukan sekadar klub, tetapi simbol harga diri, simbol eksistensi, simbol bahwa orang Papua mampu bersaing di level tertinggi sepak bola nasional. Namun dalam beberapa tahun terakhir, klub ini mengalami pasang surut, bahkan harus terdegradasi ke Liga 2. Bagi publik Papua, itu bukan sekadar kekalahan olahraga, melainkan luka identitas. Orang Papua terbiasa melihat Persipura di papan atas, mengangkat trofi, menjadi juara, dan membanggakan seluruh tanah Melanesia. Ketika realitas berubah, rasa kehilangan itu begitu dalam. Namun justru dalam situasi inilah, pemain seperti Alex Dusay muncul sebagai peneguh semangat. Ia hadir untuk membuktikan bahwa meski terjatuh, Persipura masih punya daya hidup, masih punya anak-anak muda Papua yang siap mengembalikan marwah klub.

Rekor 1.036 operan sukses yang dicatat Dusay punya makna lebih dalam dari sekadar statistik. Dalam kultur sepak bola Papua, pemain sering dikenal karena kecepatan, kekuatan, atau kemampuan individu mencetak gol indah. Sementara peran distribusi bola dari lini belakang jarang mendapat sorotan. Dusay memutar arah narasi itu. Ia memperlihatkan bahwa Papua tidak hanya bisa melahirkan penyerang atau gelandang kreatif, tetapi juga bek modern yang paham distribusi, punya visi bermain, dan mampu mengendalikan tempo. Ia seakan hendak mengatakan bahwa Papua tidak boleh hanya dikenang karena kecepatan, tetapi juga harus dihargai karena kecerdasan taktik.

Di luar lapangan, sosok Alex Dusay juga mencerminkan wajah anak muda Papua yang berjuang dengan ketekunan. Ia bukan figur glamor yang hidup di sorotan media, melainkan pemain yang lebih banyak bicara dengan performa. Dalam wawancara, ia jarang bicara besar, lebih memilih fokus pada kerja tim. Karakter ini penting sekali bagi generasi muda Papua. Di tengah godaan popularitas instan, Dusay menunjukkan bahwa karier panjang dibangun dengan disiplin, bukan hanya bakat. Bahwa konsistensi lebih penting daripada sekadar momen viral. Bahwa kebanggaan sejati datang dari pengabdian pada tim, bukan dari tepuk tangan sesaat.

Dari sudut pandang sosial, kehadiran Dusay juga bisa dibaca sebagai simbol perlawanan terhadap stereotip. Selama ini, banyak pihak di luar Papua memandang pemain Papua hanya sebagai "pemain fisik". Mereka dikagumi karena kecepatan, tapi diragukan kecerdasannya dalam taktik. Narasi seperti itu sangat merugikan karena menutup ruang pengakuan atas kapasitas intelektual orang Papua dalam sepak bola. Statistik 1.036 operan sukses dari seorang bek Papua adalah tamparan keras terhadap anggapan itu. Dusay membuktikan bahwa anak Papua juga bisa tampil dengan presisi, disiplin, dan visi taktik setara bahkan lebih baik dari pemain manapun di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun