Mohon tunggu...
Yemima
Yemima Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyikapi Situasi Kondisi dalam Ruang Lingkup Pendidikan Selama Covid-19

26 Juli 2021   22:33 Diperbarui: 29 Juli 2021   14:11 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemi Covid-19 menjadi faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan tatanan kehidupan. Begitu banyak keluh kesah para masyarakat dari segala pandangan, begitu pula dengan sisi Pendidikan. Aturan pemerintah memaksa masyarakat untuk tetap waspada terhadap jenis virus ini karena sifatnya yang berbahaya. Anjuran menggunakan protokol Kesehatan, menghindari kerumuman dan mengurangi mobilitas untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19 ini. Varian virus terus bertambah, membuat para pelajar kesulitan dalam mendapatkan ilmu secara maksimal

                Sejak tahun 2019 lalu, dunia dihantui oleh Corona virus yang di duga bermula dari kota Wuhan, China. Sifatnya yang mematikan, membuat masyarakat dunia harus terus berhati-hati dengan mentaati protocol Kesehatan, seperti menggunakan masker saat berpergian, menjaga jarak serta menjauhi kerumunan. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir tertularnya penyebaran virus Covid-19 ini. Dampak yang disebabkan oleh Covid-19 sendiri membuat para pelajar dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga tingkat Mahasiswa mengharuskan menjalani masa belajar secara online, online learning atau yang biasa kita sebut dengan pembelajaran daring (media dalam jaringan) sistem belajar yang baru ini menyulitkan pengajar dan pelajar, terutama Pendidikan di Indonesia yang terbilang masih baru dalam menjalankan pembelajaran daring ini.

                Begitu banyak keluh kesah dan kesulitan dengan sistem belajar di Indonesia saat ini, larangan adanya kerumunan membuat pemerintah menghimbau agar sekolah ditutup sementara sehingga pembelajaran dilakukan jarak jauh (PJJ). Sistem belajar online tentunya menuntut pengajar dan pelajar untuk mempunyai alat elektronik yang memadai, seperti telepon genggam, laptop dan media lainnya untuk mempermudah pembelajaran jarak jauh. Terlebih, mereka harus memiliki kuota yang cukup agar terhubung dengan baik ke dalam jejaring sosial. Sistem belajar online tentunya sangat berbeda dengan sistem belajar offline (tatap muka). Perlu adanya penyesuaian para guru/pengajar dalam menyampaikan materi belajar kepada muridnya, seperti halnya yang dilakukan oleh TK Rehoboth. Dampak dari pembelajaran jarak jauh ini bagi pengajar ialah masih banyak guru yang kesulitan dalam melaksanakan dan menyampaikan pembelajaran secara online, selain guru, siswa juga terkena dampak yang cukup besar yaitu materi yang disampaikan tidak sepenuhnya dipahami oleh mereka. Hal ini membuat para pengajar harus lebih kreatif lagi dalam menyampaikan materi. TK Rehoboth sendiri sebelum memasuki zona merah, TK ini menjalankan sistem Pendidikan tatap muka, yang dihadiri oleh setengah dari siswa yang biasanya masuk sekolah secara offline. Selain itu, ada juga kegiatan kunjungan belajar oleh guru ke rumah anak secara bergiliran, yaitu 1 minggu mengunjungi 2 anak. Sistem belajar yang dilakukan di TK Rehoboth ini menggunakan LKS (lembar kerja siswa) yang disediakan di sekolah yang akan di ambil oleh orang tua murid siswa sebagai kegiatan pembelajaran anak dirumah. TK Rehoboth juga menggunakan aplikasi pihak ketiga, seperti video call whatsapp, zoom dan juga video pembelajaran yang telah di buat oleh guru. Selain itu, sebagai hiburan agar anak tidak cepat bosan, guru di TK Rehoboth berinisiatif untuk jalan-jalan virtual melalui penayangan video.

                Sulitnya memberikan materi menuntut para pengajar untuk lebih kreatif lagi dalam memberikan pembelajaran, mencari cara paling efektif agar ilmu dapat tersampaikan dengan baik. Kesulitan yang dialami oleh pengajar di jenjang Pendidikan TK, seperti yang dialami oleh TK Rehoboth ini ialah orang tua yang terlalu perpeksionis untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan, orang tua membantu tugas anak sampai 90% pengerjaannya. Dengan segala hambatan yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar ini, semoga kasus tentang virus Covid-19 ini segera selesai, agar semua berjalan seperti sedia kala dan Pendidikan di Indonesia berjalan dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun