Mohon tunggu...
Yohanes Budi
Yohanes Budi Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/menua-bersama-senja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali Belajar, Lupakan!

3 Januari 2021   18:31 Diperbarui: 3 Januari 2021   19:44 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: indonesia.ureport.in

"Besok sekolahnya masih online, Bun?" tanya Kenan, anak sulungku. Begitulah letupan kejenuhannya saat sekolah TK tak lagi memberi ruang bermain dan belajar. Ia yang (sejatinya) aktif bergerak, lompat dan berlari, berhasil "dipasung" oleh pandemi. Dan, di awal tahun 2021, ia musti kembali belajar di rumah, dengan segala suka dukanya.

Bagi anak dan orangtua, satu semester lalu adalah masa adaptasi yang penuh perjuangan. Bukan saja terhadap teknologi, tetapi juga adaptasi sudut pandang. Sekolah, pada akhirnya, bermakna lebih luas: bukan sekadar ruang kelas, tetapi bahkan di luar kelas, di kamar tidur, di ruang tamu, di mana saja. Mungkin inilah yang dimaksud Paulo Freire sebagai pendidikan yang membebaskan. 

Meski harus diakui, periode satu semester lebih, anak-anak mengalami hari-hari "tersulit" dalam belajar. Rutinitas berubah: bangun pagi, sarapan, dan pergi ke "sekolah" yang di rumah. Area bermain menyempit, di seputaran rumah saja. Rasa senang bertemu dengan teman, berganti hanya selebar layar monitor.

Rilis UNICEF di kanal U-Report mengafirmasi bahwa rasa bosan sangat dirasakan oleh 69 persen siswa selama periode belajar di rumah. Maka, wajar jika 87 persen dari 4018 responden di 34 provinsi di Indonesia menyatakan sangat ingin belajar di sekolah, tentu jika jumlah kasus Covid-19 sudah menurun.

Sumber: indonesia.ureport.in
Sumber: indonesia.ureport.in

Menyikapi beberapa hal di atas, di kanal YouTube Kemendikbud RI, 20 November 2020 lalu, Mendikbud Nadiem Makarim memberi opsi dibukanya sekolah tatap muka di Januari 2021, dengan 4 syarat: (1) Ijin dari 3 pihak (pemerintah, sekolah, dan orangtua/komite), (2) Sekolah penuhi daftar periksa (ketersediaan sarana prasarana), (3) protokol kesehatan yang ketat, dan (4) adanya dukungan semua pihak.

Keinginan untuk kembali belajar di sekolah tentu menjadi kerinduan bagi siswa, guru, dan orangtua. Rindu dengan teman dan guru untuk bertemu, bersosialisasi, bersendau-gurau, dan melakukan aktivitas belajar. Sementara, para orangtua merindu sekolah kembali menjadi partner belajar bagi anak-anaknya. 

Namun, opsi kembali belajar di sekolah secara tatap muka, untuk sementara lupakan dulu. Saat ini kondisi belum memungkinkan untuk dilaksanakan dengan segera. Meningkatnya kasus Covid-19 menjadi salah satu pertimbangannya. Ruang kesabaran musti ditambah lebih luas lagi.

Mudah-mudahan, awal tahun 2021 dan seterusnya, menjadi masa belajar di rumah yang lebih matang. Guru semakin bisa kreatif dan memberikan pembelajaran yang menyenangkan. Para orangtua memberikan ruang belajar yang asyik dan menggembirakan, juga makin bijaksana menyikapi keluhan dan kebosanan anak.

Dan, anak-anak pun semakin terbiasa belajar mandiri dan bertanggung jawab pada kebutuhannya sendiri. Awalnya mungkin terpaksa atau dipaksa, tetapi lama-kelamaan biasa, dan menjadi habitus. Karena memang sebenarnya keunggulan itu bukan tindakan, tetapi kebiasaan, kata Aristoteles.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun