Mohon tunggu...
M. Yazid Al Hasan
M. Yazid Al Hasan Mohon Tunggu... Universitas Teknokrat Indonesia

Mahasiswa Informatika yang memiliki minat dalam menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Peran Mahasiswa dalam Meningkatkan Literasi Masyarakat

26 April 2025   23:13 Diperbarui: 26 April 2025   23:13 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Literasi merupakan hak asasi manusia fundamental dan fondasi pemberdayaan individu serta kemajuan masyarakat. Kemampuan membaca, menulis, memahami, dan menggunakan informasi secara efektif membuka jalan menuju pengetahuan, partisipasi sosial-ekonomi, serta pengembangan potensi diri. Di Indonesia, meskipun tingkat literasi dasar telah membaik, tantangan literasi fungsional dan digital masih perlu perhatian serius. Dalam konteks ini, mahasiswa memiliki potensi besar sebagai agen perubahan untuk meningkatkan literasi masyarakat, termasuk di Palembang, Sumatera Selatan.

Seiring perkembangan zaman, definisi literasi telah berkembang. Awalnya hanya terkait kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, kini literasi mencakup berpikir kritis, penggunaan teknologi digital, serta aplikasi pengetahuan dalam kehidupan. UNESCO dan Forum Ekonomi Dunia menekankan pentingnya literasi informasi, sains, digital, finansial, budaya, dan kewargaan. Oleh karena itu, peningkatan literasi harus multidimensional dan mengasah berbagai kompetensi penting abad ke-21.

Urgensi literasi tidak hanya untuk individu tetapi juga untuk kemajuan bangsa. Individu literat lebih mampu mengakses pengetahuan, berpikir kritis, meningkatkan keterampilan kognitif, serta memiliki peluang pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik. Secara kolektif, masyarakat dengan tingkat literasi tinggi mampu beradaptasi, berinovasi, dan berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan. Sebaliknya, rendahnya literasi memperbesar kesenjangan sosial dan ekonomi serta menyuburkan penyebaran informasi palsu.

Data menunjukkan Indonesia telah mencapai tingkat literasi dasar yang baik, yakni 92,8% untuk dewasa dan 98,8% untuk remaja pada 2014. Namun, minat baca masih rendah, dengan Indonesia sempat berada di posisi bawah dalam indeks literasi dunia. Meski indeks kegemaran membaca tahun 2024 meningkat, hasil PISA 2022 memperlihatkan literasi membaca pelajar Indonesia masih relatif rendah. Artinya, kualitas literasi perlu ditingkatkan, bukan sekadar kuantitas.

Mahasiswa dapat berpartisipasi dalam meningkatkan literasi masyarakat melalui berbagai cara kreatif. Mereka dapat menyelenggarakan lokakarya membaca dan menulis, mendirikan perpustakaan komunitas, mengelola sudut baca, serta memanfaatkan platform digital untuk promosi literasi. Mahasiswa juga bisa mengadakan program mentoring, literasi digital untuk lansia, literasi finansial untuk ibu rumah tangga, serta kampanye kreatif yang mengedukasi masyarakat akan pentingnya budaya membaca.

Contoh konkret dari kontribusi mahasiswa banyak ditemukan. Program "Kampus Mengajar" menciptakan "Pojok Literasi" di sekolah dasar, menyediakan ruang baca menarik untuk siswa. Mahasiswa UMS membentuk komunitas "Literasik Solo", sementara mahasiswa IAIN Madura mendirikan "Gubuk Literasi" untuk mendorong budaya membaca. "Komunitas Literat Muda" UINSA menjadi wadah diskusi buku dan kreativitas literasi, dan mahasiswa UNDIP membangun gerakan literasi "GERLI" untuk anak-anak. Di Universitas Negeri Malang, mahasiswa menginisiasi "Pojok Literasi" di halaman perpustakaan. Semua contoh ini menunjukkan peran nyata mahasiswa dalam meningkatkan literasi komunitas mereka.

Namun, dalam pelaksanaannya, mahasiswa menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan dana dan materi, sulitnya menjalin kerjasama dengan masyarakat, dan keterbatasan waktu karena kesibukan akademik. Tantangan literasi digital, seperti hoaks dan konten negatif, juga membutuhkan perhatian khusus. Solusi strategis perlu diterapkan, seperti mencari dukungan universitas, bekerjasama dengan organisasi masyarakat, memanfaatkan teknologi digital untuk jangkauan lebih luas, dan memberikan pelatihan efektif bagi mahasiswa yang terlibat.

Peran mahasiswa sebagai agen perubahan sangatlah penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Dengan keterlibatan aktif, mahasiswa tidak hanya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis masyarakat, tetapi juga berkontribusi pada lahirnya tenaga kerja yang lebih terdidik, mendorong partisipasi demokratis, dan memperkuat identitas nasional. Literasi memberdayakan individu untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan perekonomian serta memahami hak dan kewajibannya.

Di Palembang, meski infrastruktur literasi cukup tersedia, minat baca masih perlu diperkuat. Dengan partisipasi mahasiswa melalui program kreatif seperti sudut baca digital, kampanye literasi di media sosial, mentoring, serta pendekatan berbasis komunitas, tingkat literasi masyarakat dapat ditingkatkan secara signifikan. Dukungan dari universitas, pendidik, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas sangat diperlukan untuk membangun budaya literasi yang berkelanjutan.

Akhirnya, keterlibatan mahasiswa bukan hanya upaya sosial, tetapi investasi besar dalam menciptakan generasi masa depan yang lebih cerdas, kritis, dan inovatif. Peningkatan literasi masyarakat Indonesia, termasuk di Palembang, sangat bergantung pada kolaborasi semua pihak dengan mahasiswa sebagai motor penggeraknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun