Para ibu kadang suka kebangetan kalau menawar sebuah barang. Membeli barang dengan harga murah, memang sebuah kebanggaan, tapi kadang menawar dengan harga yang tak masuk akal gara-gara ingin dapat harga teramat murah. Bukan hanya bikin pedagangnya sebal, melainkan bikin pembeli lain kesal juga akibat proses transaksi jadi lama.
Saya biasa berbelanja sayuran di pasar dekat rumah. Jaraknya dengan rumah saya hanya 7 menit jalan kaki. Pasar ini berlokasi di jalan umum yang dikelilingi rumah tinggal. Bertahun lalu, pasar ini hanya berisi tiga pedagang sayur yang menggelar dagangan sayurnya tiap pagi. Sekarang jumlah pedagangnya banyak sekali dan jenis dagangan yang digelar lengkap mulai dari sayur sampai pakaian yang menjual dagangan dengan cara digelar di atas terpal sampai menempati toko permanen.
Ada pedagang sayur yang menjadi langganan saya. Asalnya dari Citayam. Tiap subuh ia tiba di pasar ini, membawa aneka sayuran seperti kangkung, bayam, wortel, jagung manis, cabe, bawang, tomat, caisim, timun, ubi sampai singkong. Barang dibawa memakai mobil bak terbuka. Ada 3 pedagang dari Citayam yang menumpang di mobil bak terbuka yang sama.
Saya membelinya seringkali tanpa menawar. Namun kadang saya beli seikat bayam serta sebuah jagung manis dan saya minta tambah 3 buah wortel ukuran jari telunjuk. Si abang pedagang memberinya saja. Atau membeli cabe dan bawang lalu minta tambah sebutir tomat seukuran telur. Namun jika minta tambah, saya akan tanya apa boleh ditambahin ini or itu, kalau si abang keberatan ya saya bayar. Seringnya sih si abang memberikan saja asal tambahannya hanya sedikit.
Karena pedagang ini menjual dagangannya dengan murah, otomatis setiap hari ia diserbu pembeli yang rata-rata ibu-ibu. Ngeselinnya nih.. dagangan yang udah murah begitu masih ditawar mati-matian sama beberapa ibu. Bayam 3 ikat ditawar 5000 rupiah. Kangkung 3 ikat iya sih dibeli seharga 5000 tapi si ibu minta tambah cabe bawang. Ya kali minta tambahnya nggak kira-kira.
Trus ada lagi pedagang tissue. Udah jelas-jelas ditulis 2 kotak tissue harganya 17 ribu rupiah. Tapi masih aja ditawar ibu-ibu 2 kotak tissue seharga 15 ribu rupiah. Atau tissue bungkus kecil seharga 2000 rupiah ditawar seharga 5000 untuk 3 bungkus. Saya sebagai pembeli kadang mesem mangkel juga. Apalagi liat si abang pedagang tersenyum ngenes. Gara-gara uang seribu itu ibu-ibu bisa nggak jadi beli lho. Padahal kalo dipikir ya... bikin tissue sendiri apa jatohnya nggak berlipat kali lebih mahal?
Buat saya, menawar barang itu bukan hanya untuk membuat kita, si pembeli barang, happy. Tapi juga bikin penjualnya nggak kesal maksimal. Pedagang itu cari uang lho. Iya emang keuntungan yang mereka dapet bisa besar, namun nggak berarti kita bisa menawar barang dengan dengan harga yang nggak masuk akal. Apalagi jika udah ditawar, trus abangnya tetep nggak mau trus kita nggak jadi beli. Lalu pindah ke tempat lain ternyata harga barangnya lebih tinggi di atas harga abang tadi dan nggak mau ditawar. Mau balik ke toko si abang? Malu atuh.
- Tawar dengan baik-baik, jika si pedagang tak mau menurunkan harga, silakan putuskan mau batal membeli atau membeli dengan harga asal. Pedagang biasanya tak mau menurunkan harga jika barang yang dijualnya sudah harga obral.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!