Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pantang Mengemis, Karsih Pertahankan Usaha Warungnya

6 Maret 2021   17:19 Diperbarui: 6 Maret 2021   17:36 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karsih melayani pembeli di warungnya, Kamis (4/3/2021). Usaha warung Karsih mencoba bertahan meski dengan modal minim. (ACTNews/Ubaidillah) 

KABUPATEN BEKASI---Barang dagangan di warung milik Karsih (42) di Jalan Raya Desa Labansari terlihat kosong. Hanya tersisa satu renteng bumbu masak, dua renteng rempah-rempah, dan plastik berisi tiga ekor ikan tergantung. Di meja tersisa tahu, oncom, beberapa ikat sayuran, dan jagung.

Jauh sebelum banjir merendam Desa Labansari, Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi, pada pertengahan Februari lalu, warung tersebut sudah kembang kempis, antara bangkrut dan bertahan. Meski secara demografi berada di pinggir jalan, hal ini tidak memberikan pengaruh signifikan.

Karsih bercerita, ia hanya mempunyai modal Rp200 ribu untuk berjualan. Sehingga barang dagangan yang ia jajakan juga tak banyak. "Saya putar-putar saja itu modal, yang penting ada buat makan besok," ujarnya dengan mata berkaca-kaca lalu mengusapnya dengan kerudung yang ia kenakan.

Kondisi usaha Karsih semakin mendekati kebangkrutan saat banjir menerjang. Ia tak bisa berjualan. Uang yang ada digunakan untuk bertahan hidup selama banjir merendam. "Kadang dagangan cuma balik modal, saya enggak berani pakai untuk kebutuhan yang lain. Makan pakai uang penghasilan suami," lanjut ibu tiga anak itu.

Suami Karsih bekerja sebagai penjahit keliling. Saban hari uang yang didapat tidak seberapa dan hanya cukup untuk membeli bensin makan dua hari ke depan. Karsih harus pandai-pandai mengelola uang yang didapat suaminya.

Kekurangan bukan berarti meminta-minta

Karsih adalah seorang difabel yang memiliki kelainan pada salah satu kaki. Keadaan ini ia alami sejak umur empat tahun akibat sakit panas yang berkepanjangan.

Saat ini Karsih berjualan sayur dan kebutuhan dapur. Namun, di setiap Ramadan, ia terbiasa menjajakan jajanan seperti seblak, es sirsak, atau gorengan. Semua itu ia lakukan untuk mandiri dan tidak meminta-minta seperti kesempatan yang disalahgunakan sebagian orang dengan cacat fisik.

Melihat semangat itu, Global Wakaf---ACT berikhtiar membantu Karsih dalam mengembangkan usahanya. Melalui program Wakaf Modal Usaha Mikro Indonesia dan Gerakan Pangan Nasional Karsih mendapatkan bantuan modal usaha.

Aryadian Maulana dari Tim Program Global Wakaf-ACT Kabupaten Bekasi menjelaskan, bukan hanya memberikan bantuan modal awal, tim Global Wakaf-ACT juga akan mendampingi perkembangan usaha Karsih. "Insyaallah, berkat dukungan Sahabat Wakaf, usaha Karsih bisa lebih maksimal," kata Aryadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun