Setidaknya sudah hampir 3 bulan WHO menetapkan pandemi virus Covid-19 ini. Akibatnya dunia berduka, seluruh negara fokus pada penanganan akan virus corona jenis baru yang bermula ada di Wuhan China. Beberapa negara melakukan karantina wilayahnya sebagai upaya untuk memutus rantai penularan.Â
Pembatasan fisik diberlakukan kemudian tempat -- tempat yang bersifat publik seperti sekolah, pasar, tempat ibadah dan berbagai titik pertemuan dan kerumunan ditutup.Â
Hal ini tentu berdampak pada hubungan sosial kemasyarakatan yang didalamnya terdapat pula kegiatan perekonomian. Pasalnya keputusan untuk menutup wilayah ini mengakibatkan penurunan pemasukan hingga menutup usahanya dan menghentikan karyawannya.
IMF menyatakan bahwa tahun ini akan terjadinya pertumbuhan negatif di sebagian besar negara anggotanya, bahkan menyebut akan lebih buruk ketika great depresion pada tahun 1930 lalu. Indonesia pun melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan ancaman ekonomi kuartal II tumbuh hingga minus 2,6% di tahun ini.
UMKM mengalami keterpurukan
Berbeda dengan krisis sebelumnya, kali ini Usaha Mikro Kecil Menengah mengalami dampak yang sangat besar sekali. Penurunan penjualan yang begitu signifikan hingga mencapai 70% membuat pemasukan minim dan mesti berjuang untuk tetap bertahan. Permodalan dan situasi kehidupan yang berubah akibat pembatasan sosial inilah yang menjadi beberapa sebab akibat keterpurukan yang dialami oleh UMKM.
Sebagaimana kita ketahui bahwa UMKM adalah sebagai tulang punggung bagi perekonomian bangsa. Dari mulai pengentasan kemiskinan, pengangguran dan menambah devisa negara merupakan peranan penting yang dilakukan oleh UMKM.Â
Berdasar dari data yang ada lebih dari 60% UMKM berkontribusi pada Produk Domestik Bruto dan 99% jenis usaha di negara berkembang termasuk di Indonesia pun berasal dari jenis UMKM ini. Maka dari itu betapa pentingnya dan stategisnya peranan UMKM sebagai upaya pemulihan sekaligus pertumbuhan bagi ekonomi nasional.
Sekarang ini Pemerintah sudah mengeluarkan program relaksasi guna mengembalikan eksistensi UMKM kembali dari mulai kucuran dana bantuan hingga penangguhan kredit bagi para pelaku UMKM. Namun hal ini tentulah belum cukup tanpa diimbangi oleh pelaku usaha tersebut.
Merubah tantangan menjadi peluang
Syauqi Ma'ruf Amin selaku dewan pembina Santri Millenial Centre (SIMAC) mengatakan dengan keadaan pandemi ini mesti menjadi momentum bagi pelaku UMKM untuk melakukan perbaikan tata kelola usahanya serta dituntut untuk bisa lebih kreatif dan inovatif. Dari mulai sistem dan strategi mesti dirombak dan ditingkatkan.