"Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Amsal 1:7).
Bapak-ibu, saudara-saudariku sekalian yang terkasih dalam Kristus.
Syalom...salve...
Pertama-tama kita perlu mengetahui bahwa Kitab Amsal dalam bahasa Ibrani disebut "mishle shelomeh" yang diartikan sebagai "Amsal Salomo" (1:1). Nama ini sesuai dengan keyakinan tradisi bahwa Salomo sebagai penulis Kitab ini.
Dalam kehidupan setiap hari kita seringkali salah mengerti dengan makna "Takut akan Tuhan".
Takut akan Tuhan pertama-tama bukanlah supaya kita bebas dari hukuman dan neraka. Tetapi bagi kita orang beriman takut akan Tuhan adalah untuk memuliakan nama Tuhan. Takut akan Tuhan artinya kita tidak merusak hubungan dengan Tuhan atau tidak menolak rahmat Tuhan. Contoh takut akan Tuhan, kita membangun relasi dengan Tuhan melui doa dan melakukan hal-hal yang berkenan kepada Tuhan.
Takut dalam hal ini bukan berarti ngeri, seram, karena Allah itu kejam. Takut akan Tuhan berarti menunjukkan sikap hormat, menjunjung tinggi, menundukkan diri kepada kemahakuasaan Allah dan mentaati perintah-perintah-Nya. TUHAN adalah sumber hikmat tertinggi, karena itu setiap orang perlu datang kepada sumber hikmat supaya menjadi orang yang berhikmat, hidup bijaksana, bermoral tinggi dan selaras dengan kehendak Tuhan.
Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita termasuk dalam kelompok orang-orang yang takut akan Tuhan atau bukan? Ayat 7 menolong kita bahwa Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, memiliki hikmat sehingga bukan hanya pandai dalam melakukan sesuatu tetapi melakukannya dengan benar, adil dan jujur.
Dalam hidup ada orang yang berpendidikan tinggi dan sangat cerdas tetapi tidak memiliki hikmat. Hikmat tidak diperoleh dari kecerdasan tetapi dari takut akan Tuhan. Hikmat berbeda dengan banyak pengetahuan dan berpendidikan tinggi. Contohnya, William James Sidis yang dinyatakan sebagai orang terjenius di dunia dengan IQ lebih dari 250-300. Namun kepintarannya berbanding terbalik dengan keptusannya untuk menjalani hidup. Ia tidak mempunyai teman atau pacar. Ia bahkan meninggalkan keluarga dan mengasingkan diri. Akibatnya pada usia 46 tahun ia meninggal dalam kesepian.
Marilah kita senantiasa memohon hikmat dari Tuhan agar mampu menjalani tugas panggilan dan pelayanan kita dengan penuh bijaksana.