Mohon tunggu...
Fatmah Afrianty Gobel
Fatmah Afrianty Gobel Mohon Tunggu... profesional -

Seorang pendidik, peneliti, pengajar dan sekaligus ibu dari tiga anak. Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Staf Pengajar FKM Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar. Diluar kampus, tercatat sebagai Pengurus Nahdatul Ulama, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Sul-Sel dan pendiri Center for Policy Analysis (CEPSIS) Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Benarkah Radiasi Ponsel Memicu Kanker Otak?

2 November 2011   09:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 3914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

[caption id="attachment_141181" align="aligncenter" width="640" caption="Illustrasi"][/caption] Pada bulan Juni 2011 lalu, media pernah ramai memberitakan sebuah hasil penelitian yang mengungkapkan radiasi ponsel dapat menyebabkan kanker otak. Badan Internasional untuk Riset Kanker (IARC) di bawah arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan temuannya Selasa, 31 Mei 2011 di Lyon, Prancis. Penelitian dilakukan 31 ilmuwan dari 14 negaradiantaranya Kurt Straif Kurt Straif, MD, PhD, MPH, Kepala Program Monograf IARC dan Jonathan Samet dari Universitas Southern California. Samet dan tim menerbitkan ringkasan temuan mereka pada edisi 1 Juli 2011 The Lancet.

Penelitian yang dilakukan oleh tim panel ilmuwan terkemuka menemukan bukti peningkatan glioma dan peningkatan resiko kanker otak akustik neuroma bagi pengguna ponsel, namun belum dapat menarik kesimpulan untuk jenis kanker lainnya. Para ahli menempatkan ponsel dalam kategori benda yang memiliki risiko bagi kesehatan, sama dengan pestisida, DDT, knalpot bensin, dan kopi.

Tim peneliti menemukan cukup bukti untuk mengkategorikan radiasi ponsel sebagai sejenis zat berbahaya bagi manusia setelah melakukan penelitian bersama selama seminggu penuh. Tim panel ilmuwan tersebut menemukan tipe radiasi elektronagnetik di telepon seluler, microwave, dan radar namun perlu diteliti lebih lanjut. Radiasi ponsel dikategorikan sama dengan zat karsinogenik berbahaya seperti timbal, asap knalpot, dan kloroform. Karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh dan mengganggu proses-proses biolo gis. Menurut temuan penelitian tersebut, paparan tertinggi radiasi adalah saat ponsel digunakan untuk menelepon. Untuk penggunaan pesan pendek (SMS) atau menggunakan perangkat hands-free akan memperkecil paparannya. Meski berpeluang karsinogen (zat penyebab kanker) tidak berarti ponsel secara otomatis menyebabkan kanker dan langsung mengubah kebiasaan orang menggunakan ponsel. Hasil penelitian IARC baru sebatas menunjukkan adanya kemungkinan setelah meninjau semua bukti yang tersedia. IARC mengklasifikasikan medan elektromagnetik frekuensi radio sebagai memiliki sifat karsinogenik pada manusia berdasarkan bukti yang menunjukkan peningkatan risiko glioma, jenis kanker otak ganas, dalam hubungannya dengan penggunaan telepon seluler. Paparan medan magnet terjadi paling kuat terutama ketika ponsel diletakkan dekat kepala. Namun hasil penelitian ini baru menunjukkan adanya kemungkinan menggunakan ponsel menyebabkan bentuk spesifik dari kanker otak yang disebut glioma. Masih dibutuhkan penelitian lain untuk mengetahui apakah ponsel benar-benar menyebabkan kanker, dan bagaimana mekanisme penyebabnya. Peneliti dalam melakukan penelitiannya tidak menjelaskan apakah menggunakan sampel pembanding antara pengguna ponsel yang menderita tumor otak dengan orang yang tidak menggunakan perangkat namun memiliki penyakit yang sama. Berdasarkan data tahun 2010, pengguna ponsel di seluruh dunia telah mencapai lima miliar atau hampir tiga perempat dari populasi penduduk dunia. Penelitian Terbaru Hasil berbeda dengan penelitian tim panel ilmuwan Badan Internasional untuk Penelitian Kanker di bawah WHO datang dari sebuah komite ahli dari Inggris, Amerika Serikat, dan Swedia yang dimuat di jurnal Environmental Health Perspectives edisi terbaru 2011. Penelitian ini dipimpin Anthony Swerdlow dari Institut Penelitian Kanker, Inggris yang diumumkan Reuters dua bulan setelah pengumuman WHO. Komite Ahli tersebut menyimpulkan tidak ada bukti yang meyakinkan hubungan radiasi ponsel dengan risiko serangan kanker otak. Mereka menganggap kurang bukti adanya mekanisme biologis yang dibentuk oleh sinyal radio dari telepon selular yang dapat memicu tumor. Bahkan banyak bukti-bukti yang bertolak belakang dengan hipotesis bahwa penggunaan ponsel dapat menyebabkan kanker otak pada orang dewasa. Argumentasi Anthony Swerdlow, bahwa penggunaan telepon selular telah meningkat sejak 1980 dan mencapai angka 5 miliar handset namun belum ada kasus yang menegaskan adanya hubungan radiasi ponsel dengan penyakit tumor, terutama tumor otak. Studi lain dari beberapa negara telah menunjukkan tidak ada indikasi peningkatan tumor otak hingga 20 tahun setelah pengenalan ponsel dan 10 tahun terakhir setelah penggunaan ponsel meluas. Mengingat keterbatasan bukti, jelas bahwa risiko tampaknya sangat kecil dan sangat sulit untuk mendeteksi hubungan radiasi ponsel dengan tumor otak. Hanya pengguna telepon selular intensif (lebih dari 30 menit per hari) terlihat memiliki risiko glioma yang sedikit lebih tinggi. Namun dalam kelompok ini, terdapat nilai temuan yang hampir tidak mungkin, yang menyebabkan keraguan serius atas keandalan hasil dan semua kesimpulan yang dapat ditarik (Kompas.com). Temuan IARC mendorong sebuah lembaga penelitian kanker terkemuka di University of Pittsburgh, Amerika Serikat, mengirim memo kepada seluruh karyawannya dan mendesak mereka untuk membatasi penggunaan ponsel karena kemungkinan risiko kanker. Temuan ini pula dapat menjadi semacam peringatan publik bahwa paparan jangka panjang terhadap radiasi dari ponsel Anda mungkin bisa menyebabkan kanker. Meski demikian, penyebaran kanker, terutama kanker otak akan memakan waktu lama untuk berkembang. Hindari Paparan Radiasi Sebuah lembaga advokasi konsumen di Amerika Serikat, Environmental Working Group mempublikasikan 10 jenis ponsel yang memiliki radiasi paling tinggi dan sepuluh tipe handphone dengan radiasi yang paling rendah. Pada daftar sepuluh radiasi ponsel paling tinggi tujuh ponsel merek motorolla dan satu Blackberry, sedangkan pada daftar 10 radiasi ponsel paling rendah terdapat lima handphone merek Samsung. Sementara Badan Lingkungan Eropa (The European Environmental Agency) mendorong agar dibuat studi lebih lanjut, yang menetapkan bahwa bahaya ponsel bisa sama besarnya terhadap kesehatan masyarakat seperti merokok, asbes, dan bensin bertimbal. Sedangkan resistensi datang dari Asosiasi Industri Telekomunikasi Seluler dan Wireless (CTIA-The Wireless Association) yang menegaskan bahwa WHO tidak melakukan penelitian baru, tetapi meninjau studi-studi lama yang telah diterbitkan. Cara kerja penggunaan ponsel menggunakan frekuensi gelombang radio yang sama dengan bentuk gelombang radio FM dan microwave. Ketika digunakan, ponsel mengirimkan sinyal ke menara terdekat. Tipe radiasi dari ponsel berbeda dengan tipe radiasi yang lebih kuat seperti sinar X dan radiasi ultraviolet yang secara langsung merusak DNA. Meski demikian gelombang dari ponsel bisa memanaskan jaringan tubuh, namun belum bisa dipastikan akan merusak sel tubuh manusia. Jenis radiasi yang keluar dari ponsel disebut dengan non-pengion (non-ionizing), lebih mirip oven microwave yang bertenaga sangat rendah. Pancaran radiasi ponsel seperti memasak otak, sama halnya memasak makanan dalam microwave. Radiasi ponsel juga dapat menurunkan fungsi memori kognitif karena temporal lobe yakni bagian dari serebrum otak sebagai pemroses memori jangka pendek adalah tempat biasanya menempelkan ponsel. Sebuah studi oleh para peneliti di National Institutes of Health mengungkapkan, jika radiasi yang dipancarkan ponsel setelah menelepon 50 menit saja dapat meningkatkan aktivitas dalam sel otak. Namun masih belum diketahui pengaruh aktivitas otak yang dirangsang secara artifisial. Pada beberapa negara seperti di Amerika Serikat disarankan menggunakan ponsel seperlunya, dan selalu dengan earphone atau perangkat hands-free. Perancis sedang mempertimbangkan untuk melarang iklan telepon seluler yang ditargetkan untuk anak-anak di bawah 12 tahun, dan mungkin melarang penjualan ponsel tanpa earphone. Sedangkan di Norwegia, Inggris dan Israel menerbitkan laporan publik  yang memperingatkan bahwa ponsel berpotensi menimbulkan masalah kesehatan, terutama untuk anak-anak dan wanita hamil. Bahkan sejumlah usulan beredar di Eropa dan Amerika Serikat untuk melabeli ponsel dan perangkat nirkabel lainnya dengan peringatan bahaya produk seperti halnya pada tembakau dan alkohol. Sebagai bentuk promosi hidup sehat, meski belum terbukti kematian akibat paparan radiasi ponsel, namun tetap penting untuk diantisipasi. Beberapa ahli menyarankan pengguna ponsel mengenakan headset atau earpiece nirkabel, sedangkan bagi anak-anak yang memiliki otak yang masih berkembang diberlakukan pembatasan penggunaan ponsel. Anak-anak akan memiliki risiko lebih tinggi karena waktu total paparan yang lebih lama dibanding orang yang mulai menggunakan ponsel saat telah dewasa. Tengkorak dan kulit kepala anak-anak lebih tipis berpotensi ditembus radiasi lebih dalam ke otak anak. Sampai saat ini, belum ada studi jangka panjang mengenai dampak penggunaan ponsel di kalangan anak-anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun