Mohon tunggu...
Fatmah Afrianty Gobel
Fatmah Afrianty Gobel Mohon Tunggu... profesional -

Seorang pendidik, peneliti, pengajar dan sekaligus ibu dari tiga anak. Mahasiswa Program Pascasarjana Program Studi S3 Ilmu Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Staf Pengajar FKM Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar. Diluar kampus, tercatat sebagai Pengurus Nahdatul Ulama, Persatuan Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Sul-Sel dan pendiri Center for Policy Analysis (CEPSIS) Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Risiko Stroke Akibat Obesitas

15 Februari 2012   01:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 2140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kematian komedian Ade Namnung tanggal 31 Januari 2012 kemarin mengejutkan banyak orang terutama para sahabat dan kerabat terdekatnya. Presenter yang bertubuh tambun yang kerap mengisi acara Tawa Sutra ini awalnya mengalami stroke saat mengisi acara di Surabaya pada pertengahan Desember 2011 silam, Ade kemudian di rawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Satelit Surabaya. Setelah kondisinya stabil Jumat (20/01), Ade melanjutkan perawatan fisioterapi di Rumah Sakit Mitra Keluarga Cibubur.

Sebelummeninggal, selama menjalani perawatan dokter menyarankan Ade untuk menurunkan berat badan hingga 70 kg, jika diharuskan mengurangi berat badan sebanyak itu artinya Ade mengalami obesitas yang tinggi. Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian BogorProf. Dr. Ir Ali Khomsan menilai bahwa Ade Namnung menderita obesitas akut yang berada pada level sangat parah. Sehingga dari kegemukan yang dialaminya tersebut membuatnya rentan terhadap penyakit seperti stroke dan serangan jantung. Kematian Ade Namnung mengingatkan kita pada kematian komedian Agung Firmansyah atau yang dikenal dengan nama Big Dickypada 9 Nov 2007 silam yang juga akibat obesitas.

Obesitas merupakan penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi, dan terjadinya penyempitan pembuluh darah otak yang menyebabkan stroke atau penyempitan pembuluh darah jantung yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner.

Obesitas adalah berat badan sangat berlebih yang terutama disebabkan akumulasi lemak tubuh. Pada umumnya, para ahli sepakat bahwa IMT e" 30 dinyatakan sebagai obesitas yaitu BB dalam kg dibagi pangkat dua tinggi badan (TB) dalam cm. Pada keadaan tertentu, IMT tidak dapat digunakan, misalnya pada lanjut usia, kehamilan, dan edema. Selain dari pada pengukuran obesitas dengan memakai IMT, ada beberapa pengukuran yaitu: lingkar Pinggang (waist circumference) yang di ukur dengan lingkar yang melalui pusat, perbandingan lingkar pinggang dan panggul yang diukur lingkar pinggang maksimum. Lingkar pinggang diukur melalui bokong. Perbandingan lingkar pinggang dan panggul merupakan salah satu ukuran yang menggambarkan distribusi lemak tubuh pada dinding perut dan jaringan di bawahnya yang dapat dipakai sebagai faktor risiko penyakit degeneratif. Perbandingan ini meningkat masing-masing dengan pertambahan usia dan BB lebih maupun kombinasi.

Dalam 10 tahun terakhir ini, angka prevalensi obesitas di seluruh dunia menunjukkan peningkatan yang signifikan. Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa mengalami berat badan lebih (overweight), dan kurang lebih 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalamioverweight dan 700 juta di antaranya mengalami obesitas.

Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti di Eropa, Amerika, dan Australia telah mencapai tingkatan epidemi. Kejadian ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju saja, obesitas di beberapa negara berkembang bahkan telah menjadi masalah kesehatan yang lebih serius. Sebagai contoh, 70% dan penduduk dewasa Polynesia di Samoa masuk kategori obesitas (WHO, 1998).

Prevalensi overweight dan obesitas juga meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8% (Inoue, 2000).

Di Indonesia, prevalensi obesitas menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia ≥ 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari laki-laki 13,9%, dan perempuan 23,8%.

Mereka dengan IMT paling sedikit 30 mempunyai 50-100% peningkatan risiko kematian dibandingkan mereka dengan IMT 20-25.  Obesitas tipe buah apel mempunyai risiko hampir 3 kali untuk menderita penyakit jantung dibandingkan dengan mereka dengan berat badan normal.

Berdasarkan Penyebaran Lemak, obesitas akan membahayakan kesehatan jika kelebihan lemak di dalam tubuh tersebar pada tubuh bahagian atas, seperti perut, dada, leher dan muka. Berdasarkan ini maka dapat digolongkan atas kegemukan tipe buah apel (sebahagian besar berupa sel lemak yang besar dan jenuh) dan tipe buah pir (sebahagian besar berupa sel lemak yang kecil dan tidak jenuh). Lemak pada daerah perut secara spesifik dihubungkan dengan kekakuan pembuluh darah aorta, yaitu pembuluh darah arteri utama yang mensuplai darah ke organ-organ tubuh.

Mengenal Stroke dan Faktor Risikonya

Stroke yang dalam bahasa Inggrisnya cerebrovascular accident (CVA) adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokandarah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Aliran darah ke otak dapat terganggu akibat penyumbatan (trombosit atau embolisme) atau kebocoran (perdarahan) salah satu arteri di otak.Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusak atau mematikansel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya terganggu.

Stroke adalah penyebabkematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa. Di Indonesia penderita sroke makin bertambah, menyerang segala usia dan tingkat ekonomi. Data WHO tahun 2005 menyebutkan, 10 persen kematian di dunia disebabkan oleh stroke. Sedangkan di Indonesia, prevalensi stroke terjadi 1-2 persen dari penduduk Indonesia, yakni sekitar 2-3 juta jiwa. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007, prevalensi stroke nasional sekitar 0,8 persen. Sementara ahli epidemiologi meramalkan, sekitar 12 juta penduduk Indonesia berumur lebih dari 35 tahun berpotensi terkena serangan stroke.

Faktor risiko stroke dapat dibagi dalam faktor risiko tak dapat diubah yang terdiri dari umur, jenis kelamin, berat badan lahir yang rendah, ras, faktor keturunan, kelainan pembuluh darah bawaan. Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah adalah hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes, penyakit jantung (Atrial Fibrilation), kenaikan kadar cholesterol/lemak darah, kegemukan/ obesitas.

Gejala penderita yang terkena stroke antara lain mati rasa atau rasa bebal mendadak, lemah, tidur terus, kejang, emosi berubah, kelumpuhan pada wajah atau anggota tubuh lain seperti lengan atau kaki pada sisi tubuh, gangguan penglihatan, gangguan bicara, gangguan daya ingat, gangguan keseimbangan, vertigo, terhuyung, sukar berjalan, tersandung ketika berjalan, gangguan orientasi tempat, waktu dan orang, gangguan menelan cairan atau makanan padat, mendadak pusing, nyeri kepala, pingsan bahkan koma.

Masing-masing bagian otak memiliki fungsi tertentu, maka gejala dan tanda stroke pada setiap individu sangat bervariasi, tergantung pembuluh darah mana yang terkena dan bagian otak mana yang terganggu.

Periode emas penanggulangan stroke adalah 3-6 jam setelah gejala awal terjadi. Bila belum tiga jam sudah tertangani dokter yang tepat di rumah sakit, kemungkinan besar pasien bisa tertolong dan dapat pulih kembali. Namun, jika sudah lebih dari tiga jam tapi belum enam jam, pasien masih akan tertolong meskipun mengalami kecacatan ringan. Jika setelah enam jam pasien bisa mengalami kecacatan yang berat atau kematian. Lebih dari waktu itu berbahaya sebab sel otak kalau sudah mati tidak dapat regenerasi. Oleh karena itu penderita stroke semakin cepat mendapat pertolongan makin baik.

Pencegahan stroke dapat dilakukan dengan mengenali dan mengendalikan faktor risiko yang dapat dicegah seperti mengawasi dan mengendalikan tekanan darah bagi penderita hipertensi, menghilangkan atau minimal mengurangi kebiasaan merokok, mengontrol kadar cholesterol/lemak darah dengan senantiasa melakukan pemeriksaan kadar kolesterol dan melakukan diet untuk mencegah kegemukan dan obesitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun