Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Keluarga Pewaris Budaya

26 Februari 2019   14:09 Diperbarui: 26 Februari 2019   14:21 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Oleh: Badriah

Budaya lahir seiring kelahiran manusia. Oleh karenanya para ahli mendefinisikan budaya sebagai aktifitas  dan produk manusia sebagai hasil belajar. Budaya Sunda berkembang di tatar Sunda dan menjadi ciri orang Sunda.

Kata 'Sunda', bagi orang Sunda bermakna bukan sekadar bahasa. Ajip Rosidi menjelaskan bahwa ketika orang Sunda menyebutkan "urang Sunda" mengacu pada suku, bahasa, adat istiadat, kata penunjuk tunggal yang artinya setara dengan saya, dan kata penunjuk jamak setara dengan kami.

Sunda dengan pelbagai makna menjadi bagian dari keseharian hidup orang Sunda. Khusus untuk orang Sunda dalam cakupan kecil yaitu individu dihadapkan pada tanggungjawab besar yang menjadi tanggungannya sebagai bagian dari sebuah komunitas warga Sunda.

Sebagian individu orang Sunda memandang bahwa Sunda dalam representasi bahasa mengahadapi masalah besar. Salah satunya adalah menuju sekarat karena semakin berkurangnya jumlah penutur.

Pandangan ini mendorong individu tersebut bergegas melakukan upaya untuk menghidupkan bahasa Sunda. Mencampurkan bahasa Sunda dalam percakapan bahasa Nasional sangat akrab terdengar.  Upaya ini patut diacungi jempol mengingat tidak mudah mencampurkan bahasa ibu dengan bahasa nasional dengan sisipan tujuan penerima pesan lebih paham maksud yang disampaikan penutur. Walaupun tidak dipungkiri bagi sebagian pecinta pengguna bahasa Sunda, hal ini dipandang kurang tepat. Kekhawatiran yang membayang adalah kelak generasi muda menganggap 'dibenarkan' berbahasa mix (campur) dan menjadi kebiasaan.

Sebagian individu lainnya memandang Sunda sebagai bahasa akan hidup seperti bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini.  Pandangan ini membuat individu tersebut memperlakukan bahasa Sunda seperti benda. Fitrahnya benda: ada, dipakai, tiada.

Bahasa Sunda menjadi ada dan dipakai karena dipandang mampu memfasilitasi kebutuhan mengomunikasikan ide dan digunakan sebagai  alat komunikasi. Lebih jauh lagi mampu menunjukkan jati diri kesukuan. Ketika yang disebutkan tadi tidak dimiliki lagi, maka bahasa Sunda ditinggalkan. Sebagai contoh kecil, merasa malu berjati diri Sunda yang ditandai dengan berbahasa Sunda mengakibatkan individu tersebut memilih  menggunakan bahasa lain.

Eksodus pengguna bahasa Sunda ke bahasa lain, bukan tidak mungkin menjadi  pencetus bagi matinya bahasa Sunda.

Setiap individu adalah pewaris budaya. Warisan bahasa menjadi tanggungjawab perorangan.  Berbeda dengan warisan lainnya, pewaris bahasa Sunda memiliki tanggungjawab untuk (salah satunya) tetap menghidupkan bahasa Sunda.

Bagaimana cara menghidupkannya setiap individu Sunda dihadapkan pada banyak pilihan.  Pilihan yang paling masuk akal diantaranya menggunakan bahasa Sunda pada tataran keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun