Kemarin saya baca puisi Kompasianer Siska Artati dari tautan yang dikirim ke WhatsApp saya. Rupanya puisi itu ditujukan untuk suaminya berkaitan dengan hari kasih sayang.
Saya baca puisi Mbak Siska biasa saja, soalnya suami saya juga begitu, jangankan membentak, bicara tinggi saja tidak pernah walaupun dia gondrong seperti anak metal. Anak metal teriak-teriak kalau pas nyanyi doang, sih.
Paling bikin saya tertarik pada puisi Mbak Siska itu adalah tagar yang mengusung slogan No KDRT dari komunitas KPB. Beberapa saat kemudian saya malah jadi ingat tetangga. Tetangga kami kalau bertengkar dengan suaminya pasti orang sedusun tahu saking omelan dan caci-makinya kenceng banget. Tambahan lagi semua sudah tahu kalau suaminya sering mabuk minuman keras yang jadi pemicu keduanya bertengkar.
Apakah pertengkaran suami-istri sampai seheboh itu termasuk dalam kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) walau tidak sampai ada kekerasan fisik?
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan KDRT sebagai pola perilaku dalam setiap hubungan yang digunakan untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan dan kendali atas pasangan intim. Istilah asingnya adalah domestic abuse atau domestic violence.
Yang dimaksud kekerasan dalam konteks KDRT, masih menurut PBB, adalah tindakan fisik, seksual, emosional, ekonomi atau psikologis atau ancaman tindakan yang memengaruhi orang lain. Termasuk didalamnya adalah perilaku apa pun yang menakut-nakuti, mengintimidasi, meneror, memanipulasi, menyakiti, mempermalukan, menyalahkan, atau melukai.Â
Walaupun tidak ada tulang leher geser seperti Lesti Kejora dan hidung berdarah seperti Venna Melinda, tindakan si tetangga yang saling berteriak saat bertengkar termasuk dalam perilaku KDRT.
Pohon Cinta
Apa yang dilakukan keduanya termasuk dalam tindakan KDRT terhadap anak karena saat mereka bertengkar, dua anak mereka yang berusia TK dan SD ada di rumah.Â
Very Well Family menginformasikan kalau stres akan melanda anak yang sering mendengar dan menyaksikan orang tuanya bertengkar.Â
Mental anak akan terus berada dalam tekanan dan ketakutan. Perkembangan kognitif anak dibawah umur yang menyaksikan orang tuanya bertengkar juga akan terganggu akibat stres yang dialaminya.