Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Nyawa di Tangan Oksigen karena Takut Dicovidkan

8 Juli 2021   13:29 Diperbarui: 8 Juli 2021   14:08 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pekerja mengisi tabung oksigen untuk kebutuhan medis di Aceh. Foto: Antara Foto/Syifa Yulinnas via kompas.com

Sepupu suami saya kemarin lusa meninggal setelah lima hari sesak napas karena kehabisan oksigen.

Tidak ada virus Corona di tubuhnya. Hasil rontgen paru-parunya pun menunjukkan tidak ada masalah. Gadis 19 tahun itu telah mengalami perlengketan usus sejak Februari 2021 yang berakhir dengan kelainan asam lambung yang membuatnya sesak napas.

Rumah sakit di Purworejo lalu merujuknya ke RS di Magelang. Namun, karena takut di-covid-kan, orang tuanya urung membawanya ke Magelang. Setelah oksigennya habis, RS menyuruh mereka membeli sendiri karena stok RS diutamakan untuk penderita Covid.

Ternyata di Purworejo sudah tiada lagi stok oksigen. Jangankan isi ulang, tabung siap pakai pun tidak ada. Jadi dia dirawat di rumah hanya menggunakan infus dan inhaler asma. 

Sebenarnya di lokapasar masih ada yang menjual tabung oksigen meski harganya selangit. Sayang kami tidak tahu soal kondisi si sakit sehingga tidak bisa membelikannya oksigen. Terakhir kami hanya tahu kondisinya membaik usai operasi usus, ternyata ada komplikasi yang menyebabkan dia sesak napas.

Soal dicovidkan ini bagi orang kota tidak masuk akal, namun di tempat kami nyata adanya.

Di awal Corona baru merebak dan belum meledak seperti sekarang, sepupu ibu mertua saya sakit empedu dan oleh puskesmas di rujuk ke RS.

Setibanya di RS dia ditawari agar dirawat sebagai pasien Covid dan bila bersedia akan menerima sejumlah kompensasi. Dia menolak lalu pindah ke RS Dr. Sardjito dengan biaya sendiri, tidak lagi menggunakan BPJS karena berobat bukan ke RS rujukan.

Anggota kelompok tani dimana suami saya jadi anggotanya juga pernah bercerita bahwa adik iparnya telah menderita TBC bertahun-tahun sebelum Corona datang. 

Ketika diopname di RS wilayah Kabupaten Magelang, dia diperlakukan sebagai pasien Covid. Padahal telah ada rekam medis bahwa dia TBC, juga tidak pernah dites apapun yang membuktikan dia punya virus Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun