Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mahal Dicari, Murah Tak Mau Dibeli

18 September 2020   17:14 Diperbarui: 23 September 2020   17:25 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sayur mayur. (sumber: chubybucko via kompas.com)

Harga sayur-mayur di tingkat petani di Pulau Jawa sekarang sudah mulai naik setelah beberapa bulan lalu anjlok nyaris tak berharga. 

Saking tak ada harganya, petani memilih untuk membagikan hasil panen mereka ke masyarakat daripada menerima harga yang mengenaskan dari pengepul. Ndilalah, mencari orang yang mau menerima hasil panen mereka saja sulitnya minta ampun!

Bulan lalu paman suami saya menceritakan bahwa saat beliau melewati Grabag dan ingin pulang ke rumahnya di Secang (dua-duanya kecamatan di Kab Magelang), beliau ditawari sayuran oleh petani setempat yang menyetopnya dari pinggir jalan. 

Petani itu memohon supaya paman menerima hasil panennya, "Daripada busuk sayang dan mubazir," kata petani tersebut. 

Paman suami saya yang memang baik hati itu menerima aneka sayuran berikat-ikat yang memenuhi bagasi mobilnya sedannya.

Sering kita lihat di televisi petani membuang hasil panennya karena harga yang tidak berperikemanusiaan. Saya tadinya berpikir, "Jahat sekali para petani itu, sayuran lebih baik diberikan ke orang miskin daripada dibuang."

Sekarang saya mengerti. Sayuran yang dibuang para petani itu banyak yang sudah diberikan kepada kaum miskin. Tapi tidak mungkin orang miskin menerima sayuran belasan kilogram, bagaimana menghabiskannya. 

Kulkas pun mereka tak punya. Berikan saja sayuran itu ke tetangga sekampung atau orang sedesa, mana ada sih orang yang menolak kalau dikasih gratisan. Banyak.

Dan inilah misterinya.

Makin murah harga sayuran makin banyak orang yang enggan membelinya. Tetapi saat harga sedang mahal-mahalnya makin sayuran itu dicari pembeli.

Cabai yang ditanam bersama pare dalam pot. Foto: Yana Haudy
Cabai yang ditanam bersama pare dalam pot. Foto: Yana Haudy
Di waktu harga sayuran sedang murah, para pedagang eceran alias tukang sayur keliling kesulitan menjual sayuran karena hampir tidak ada orang yang mau beli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun