Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Cahaya Dari Timur" dan Tujuh Hari Meninggalnya Glenn Fredly

14 April 2020   17:34 Diperbarui: 14 April 2020   23:01 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Anda bisa menonton film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku ini di Netflix, Hooq, YouTube, atau Cinemakeren21. 

Awal mula Sani Tawainella melatih tim Maluku hingga menjadi juara nasional adalah ketika Yosef datang dan meminta Sani menjadi pelatih di SMK Passo yang merupakan wilayah Kristen. Sani langsung menerimanya. 

Adegan canggung dan lucu terjadi (menurut saya) ketika Yosef menghadap kepala sekolah SMK Passo dengan menyodorkan nama Sani Tawainella untuk melatih klub bola di SMK itu. "Apa kata orang tua siswa kalau kita punya pelatih muslim?!" kata kepala sekolah. 

"Sekolah kita akan jadi juara dan satu-satunya sekolah yang punya pelatih muslim, itu bagus buat perdamaian, Bapak," jawab Yosef. 

Dan ternyata di John Mailoa Cup, Passo kalah telak dari Tulehu Putra. Tulehu Putra adalah tim yang selama lima tahun dilatih oleh Sani supaya anak-anak Tulehu tak ikut kerusuhan, lalu diambil alih Rafi, sahabat Sani yang mendepak Sani dari Tulehu Putra sebelum Sani melatih Passo. 

Sofyan kemudian datang dan memberi tahu akan ada kejuaraan U-15 Indonesia Cup di Jakarta dan Maluku hanya bisa punya satu tim. Sani, yang ditunjuk oleh Bapak Raja dan John Mailoa menjadi pelatih kepala, melebur tim Passo dan Tulehu Putra untuk mewakili Maluku di kejuaraan itu. 

Langkah ke Jakarta tidak mudah karena Sani dan Yosef yang menjadi asisten pelatih, hanya diberi sedikit uang jatah dari PSSI untuk biaya ke Jakarta. Jemaat gereja dan warga muslim berbondong-bondong menyumbangkan uang mereka untuk tim Maluku. Tapi masih kurang. Maka Sani menjual dua kambingnya untuk menutupi ongkos perjalanan. Istri Sani marah besar karena kambing itu dipelihara untuk biaya masuk sekolah Sabila, anak mereka, kelak.

Masalah muncul lagi ketika satu anggota tim bernama Salembe tidak bisa menerima saat tahu bahwa rekan satu timnya dari Passo ternyata anak seorang polisi. Dalam anggapannya semua polisi itu jahat karena peluru polisi saat kerusuhan membuat bapaknya mati. Sejak itu Salembe kerap tidak akur dengan rekannya dari Passo. 

Haru-biru tentang indahnya perdamaian dan persahabatan puncaknya terjadi kala Bapak Raja datang ke gereja di Passo minta izin supaya dibolehkan menonton televisi gereja yang menyiarkan live pertandingan final Maluku vs DKI. Para jemaat saling pandang dan mengernyitkan dahi melihat orang-orang muslim bergerombol di depan gereja mereka. Pendeta mempersilahkan mereka masuk. 

Sepakbola membuat orang Islam dan Kristen melupakan luka lama dan kembali berangkulan setiap tim Maluku membuat gol. Pendeta dan Bapak Raja kemudian bergantian mengumumkan skor adu penalti. 

Adu penalti diperdengarkan lewat telepon dari Tulehu yang berasal dari Sofyan karena televisi tiba-tiba berhenti menyiarkan pertandingan sepakbola guna diganti siaran lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun