Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Ada Provokator di Balik Penolakan Jenazah Pengidap Covid-19 oleh Warga?

2 April 2020   21:00 Diperbarui: 2 April 2020   22:49 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Halah, bukan provokator tapi penolakan warga itu karena minimnya pengetahuan mereka soal virus Corona dan penyakit Covid-19. 

Warga takut kalau virus Corona dalam mayat itu terbang kemana-mana dan mereka ketularan. 

Hmm, warga sudah diberitahu oleh bupati melalui camat, lurah, dan RW lewat selebaran dan pemberitahuan dari mulut ke mulut. SMS blast dari BNPB dan Gugus Tugas juga beberapa kali sampai ke ponsel masyarakat Indonesia. Apalagi menurut pengamat siber Pratama Persadha, SMS blast efektif untuk masyarakat menengah bawah yang tidak memakai media sosial dan jarang mendapat informasi lewat whatsapp.

Belum lagi siaran berita tanpa henti menyiarkan soal virus Corona dan Covid-19. Siaran infotainment juga berkali-kali menayangkan aktivitas para selebritas yang diam di rumah, yang menggalang dana, dan yang terjebak di luar negeri. 

Kecuali warga itu tinggal di gua hanya bertetangga ayam dan babi hutan, bisa jadi dia memang tidak tahu apa-apa soal Covid-19. 

Penolakan terhadap jenazah pengidap Covid-19 sangat mungkin karena ulah provokator. 

Provokator bisa jadi sudah menghasut dan menghembuskan isu mengenai korban dan keluarganya sejak yang bersangkutan jadi ODP atau PDP . Dia menyebarkan info yang sesat supaya warga khawatir dan takut. Lalu terjadilah penolakan seperti yang terjadi di Banyumas, Sidoarjo, Tasikmalaya, dan Makassar. 

Provokator menghembuskan informasi sesat karena dia punya kepentingan. Entah kepentingannya sendiri, kepentingan pesanan, atau "kepentingan nasional".

Bisa saja dia ada dendam kepada korban atau keluarganya. Bisa juga karena ingin menguasai aset si korban, atau sengaja ingin membuat geger supaya Indonesia gonjang-ganjing. Ini hanya sangkaan karena apapun kepentingan dan motifnya hanya si provokator dan Tuhan yang tahu. 

Mudah saja bagi  provokator  untuk mempengaruhi dan mengompori jika dia tinggal di wilayah yang sama dengan warga yang menolak dan jenazah yang ditolak. Wargapun, tanpa berpikir dulu, langsung percaya dengan omongannya.

Kadang-kadang ada provokator yang tidak menyadari bahwa dia telah melakukan provokasi. Yang dia tahu bagaimana cara supaya keinginan dan motivasinya tercapai meski akibat hasutannya ada keluarga yang merana, warga yang terpecah-belah, bahkan penggali kubur yang ketakutan menguburkan jenazah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun