Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money

"Loyo" Pertumbuhan Industri dalam 13 Tahun Terakhir!

10 April 2018   08:38 Diperbarui: 10 April 2018   08:59 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingin menjadi negara maju, tetapi "loyo" pertumbuhan industri.   Ingin menjadi negara besar tetapi lemah kinerja sektor industri.  Bila tanpa perubahan cara untuk membangun sektor industri,  dipastikan bahwa Indonesia akan tertinggal jauh dibandingkan dengan negara berkembangnya lainnya, seperti Vietnam.

Apa yang dimaksud dengan sebutan "loyo tumbuh" industri pengolahan Indonesia dalam tulisan ini?  Industri pengolahan "loyo tumbuh" bila tingkat pertumbuhannya lebih kecil dibandingkan dengan angka pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto).  Pertumbuhan PDB adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Pada umumnya,  industri pengolahan tidak loyo tumbuh,  dalam arti, seyogianya pertumbuhan industri pengolahan lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Bila tanpa perubahan, seandainya terbiarkan "loyo pertumbuhan" industri pengolahan Indonesia, akan sulit diharapkan peran industri pengolahan sebagai pilar utama ketahanan ekonomi Indonesia, pada gilirannya negara Indonesia hanya menjadi pasar bagi produk industri pengolahan dari negara lain.

Disajikan data pertumbuhan PDB dan Industri pengolahan di Indonesia dalam periode 2001-2017 (lihat Tabel) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Dalam periode 2001-1017,  hanya tiga tahun pertumbuhan industry pengolahan lebih besar dari pertumbuhan PDB, yaitu, pada tahun 2002, 2003, dan 2004, dan selama 13 tahun terakhir (dari tahun 2005-2017),  pertumbuhan industri pengolahan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Idonesia.  Memprihatinkan kinerja pertumbuhan industri pengolahan yang "loyo" dalam jangka waktu yang cukup lama, lebih 10 tahun secara berturut-turut tanpa perbaikan.

Negara yang tumbuh stabil dengan angka pertumbuhan ekonomi tinggi (biasanya di atas 7 persen per tahun), adalah negara yang pertumbuhan industri pengolahan lebih besar dibandingkan dengan PDB. Hampir tidak ada negara yang tumbuh meningkatkan kemakmuran rakyatnya dengan hanya mengandalkan produksi hasil bumi dan hasil tambang, serta hasil kegiatan lainnya tanpa industri pengolahan, karena hanya kegiatan industri pengolahan yang memiliki nilai tambah (value added) yang besar. 

Oleh karena itu, sering dianalogikan bahwa negara yang maju adalah negara yang mampu membangun industri pengolahan dengan angka pertumbuhan yang tinggi, industry pengolahan diandalkan sebagai lapangan pekerjaan bagi rakyat, sumber ekspor, dan lapangan investasi yang menarik bagi para investor. Pada gilirannya, negara tersebut akan memiliki industri pengolahan dengan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi dari petumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) negara tersebut. Sejarah peran industry pengolahan dalam memajukan suatu bangsa, seperti dialami Inggeris, Jerman, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Tingkok, Korea Selatan, dan beberapa negara di Amerika Latin, atau hamper semua dialami negara-negara yang tergolong berpendapatan tinggi saat ini.

Apa yang terjadi pada sektor industri pengolahan di Indonesia?  Lihat Gambar Grafik, kinerja pertumbuhan industri pengolahan di Indonesia dalam 13 tahun terakhir (2005-2017) mengalami "perangkap pertumbuhan yang loyo", artinya, pertumbuhan PDB jauh lebih tinggi dari pertumbuhan industri pengolahan.  Singkatnya,  kinerja industri pengolahan di Indonesia masih belum diandalkan sebagai tumpuan sumber pertumbuhan ekonomi nasional.  Prestasi pertumbuhan industri pengolahan masih belum menggembirakan.

Mengapa industri pengolahan lamban pertumbuhannya di Indonesia?  Membangun industri butuh waktu yang cukup lama, tidak sama dengan pendekatan membangun sebuah perusahaan.  Membangun industri berlandaskan pada prinsip efisiensi yang menguntungkan Indonesia untuk dibangun di Indonesia, apa produknya, dan sumber daya yang efisien tersedia, keahlian tersedia, dan juga efisiensi dalam logistik, sehingga terpadu dalam mewujudkan efisiensi, pada gilirannya apa yang diproduksi mampu bersaing dilihat dari aspek harga dan kualitas dibandingkan dengan di negara lain, sehingga dengan konsep seperti itu, industri nasional menjadi penyumbang utama untuk ekspor, untuk menyerap tenaga kerja yang terdidik, dan juga pemberdayaan bahan baku yang bersumber dari dalam negeri.

Di samping itu, dalam membangun industri pengolahan, tentu dipilih untuk dijadikan sebagai "sektor industri kunci" adalah industri yang memiliki keterkaitan yang tinggi dengan industri lainnya, baik keterkaitan dilihat dari aspek penyediaan bahan baku kepada sektor industri lain (forward linkages), maupun dalam menggunakan produk industry lain sebagai bahan masukan (inputs)untuk diolah (backward linkages).  Prinsip-prinsip tersebut diaplikasikan agar tumbuh sector industri secara efisien.

Sampai saat ini, masih belum ada industri nasional yang dibangun dengan mengandalkan prinsip keunggulan dari  forward linkages dan keunggulan dilihat dari dilihat dari aspek backward linkages dilihat dari sisi dalam negeri.  Apalagi bila dikaitkan dengan refolusi industri ke-4, yaitu, sektor industri yang diunggulkan dengan mengandalkan aplikasi teknologi informasi dalam proses produksi dan juga dalam proses distribusi produk ke pasar.

Tidak perlu kecewa terhadap kinerja industri pengolahan yang dalam 13 tahun trakhir kurang menggembirakan, semoga ke depan bisa melakukan perencanaan yang baik, dan untuk berhasil masih butuh waktu lama ke depan.  Inilah salah satu pekerjaan rumah pemerintah yang cukup berat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun