Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Kepo dengan Urusan Orang Lain Termasuk Rencana Pernikahan Ahok dengan Puput?

31 Januari 2019   11:50 Diperbarui: 31 Januari 2019   12:19 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.tribunnews.com/seleb/2019/01/28/puput-nastiti-devi-rela-korbankan-beberapa-hal-ini-demi-menjadi-istri-basuki-tjahaja-purnama

Menjelang Imlek, banyak lajang di RRT yang pusing tujuh keliling. Mengapa? Tidak pulang kampung dianggap lupa kampung halaman dan tidak menghormati ortu atau yang dituakan. Pulang kampung takut diinterogasi dengan satu pertanyaan skak mat: "Pacarmu mana?"

Bagi yang punya tentu tidak masalah. Bagaimana dengan yang #SetiaMenjomblo? Risih bukan? Karena kekepoan banyak orang---terutama keluarga inti---itulah yang membuat orang-orang di RRT punya kebutuhan: perusahaan jasa yang menyediakan 'pacar sewaan'. Gayung bersambut. Ada perusahaan yang menyewakan kebutuhan itu. Bukan hanya untuk 'dipamerkan' di rumah, perusahaan yang menyewakan pacar itu juga ada di mal. Tujuannya, menemani 'pacarnya' belanja.

Mal Vitality City di Heyuan, Guangdong, China menyediakan 15 wanita cantik yang bisa disewa sebagai 'pacar' untuk menemani belanja. Mereka mengikuti 'pacarnya' ke mana pun, memilihkan barang belanjaan, bahkan membawakannya. Untuk wanita yang butuh 'pacar' pria juga ada. Friendship Commercial Plaza, Hainan, China, menyediakan cowok-cowok ganteng untuk menemani wanita kesepian yang sedang belanja. 

Bonusnya, mereka disertai fotografer untuk mengabadikan 'kedekatan' pasangan itu selama mereka berada di mal atau plaza. Pantangannya hanya satu: tidak boleh saling menyentuh.

Mengapa orang sampai senekad itu untuk menyewa pacar KW? Bukankah uangnya jauh lebih bermanfaat untuk ditabung dan mengejar pacar asli? Sahabat saya Wepe, mengomentari orang-orang yang kepo dengan tulisan ini:

Engga Menikah Ditanyain Kapan Menikahnya, Menikah Lagi Eh Ditanyain Juga

Ya, ini tentang ia yang tak usah disebutkan namanya lagi. Beritanya tentangnya memang selalu mengandung dan mengundang pro dan kontra. Tidakkah kita bisa ikut bergembira saja, walau tak sepenuhnya tahu alasan di balik keputusannya?

Pernikahan memang ranah personal seseorang. Namun entah mengapa di negara ini, pernikahan bisa menjadi urusan nasional. Yang belum menikah ditanya dan bahkan dicurigai oritentasi seksualnya, seperti misalnya pertanyaan mengapa si mbak cantik dan cerdas yang memandu debat kemarin itu belum menikah.

Yang mau menikah lagi juga dibombardir pertanyaan: mengapa menikah lagi? Mengapa dengan si itu dan bukan di anu? Mengapa tak rujuk lagi saja?

Ujung-ujung dari ke-kepo-an ini adalah klaim kedekatan relasi, misalnya: dari sumber yang saya tahu begini ceritanya. Kecepatan mem-forward berita: ini yang terbaru! Tambah banyak baca, tambah bingung. Debat tak perlu pun terjadi di media sosial.

Mengapa sih kita tak mengikuti saja prinsip sederhana ini: bergembira bersama orang yang bergembira, dan menangis bersama orang yang menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun