Mohon tunggu...
Sunan Doro
Sunan Doro Mohon Tunggu... Wiraswasta - Linux Lover

Linux Defender, Android Supporter, Coffee Lover

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa dan Adegan Pewahyuan : Sebuah Pemikiran.

6 Agustus 2014   05:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:18 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://1.bp.blogspot.com/

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="http://1.bp.blogspot.com/"][/caption]

Sebagai muslim sejak dilahirkan, penulis mengalami situasi sebagaimana jutaan muslim lain di Indonesia. Mengaji pada guru ngaji di kampung. Yang mana umumnya pengetahuan guru mengaji itu sendiri, didadapt secara menghafal turun - temurun, atau dari guru kepada murid. Sangat sedikit Guru Mengaji yang bersedia, mengupgrade " tafsir " mereka, terutama dalam memberikan penjelasan dengan "cerita/dongeng". Dongeng tentang "Isra Mi'raj", dongen tentang Hijrah dan kisah sarang laba-laba, demikian saja dihafal jutaan anak, ditelan sebagai sebuah kebenaran mutlak. Khusus tentang "Proses Pewahyuan", sangat sedikit referensi tentang hal ini, kalaupun ada pembahasan, corak dan polanya sama dan serupa. Secara umum dianut sebuah "doktrin" adegan Pewahyuan. Malaikat Jibril menampakkan diri sebagai "laki-laki" dan mengajarkan kepada RosuluLlah Muhammad S.A.W. Pikiran kanak-kanak penulis, membayangkan proses tersebut sebagaimana kami mengaji pada sang Guru. Kanjeng Nabi duduk dan sang Jibril mengajarkan ayat demi ayat, Kanjeng Nabi Muhammad SAW menghafalkan dan kemudian menyampaikan pada Umatnya secara "lisan" di wilayah Mekkah.

Ketika menjelang remaja proses mengaji dilakukan, sama persis dengan masa kanak-kanak. Sang guru juga mengajar dengan cara dan model yang sama. Kebosanan pun mulai hinggap, namun rasa segan pada Guru Ngaji, yang notabene figur sangat dihormati di kampung, segan pada Orang Tua, sebagai figur terhormat dalam kehidupan setiap insan, mendatangkan daya tahan luar biasa untuk menempuh masa "mengaji" nan demikian membosankan, sesekali selamatan " khataman " menjadi sebuah kebanggaan, dan hiburan. Seiring meningkatnya level pendidikan, bertambahnya informasi yang diserap, mayoritas teman-teman merasa tidak puas, dengan model mengaji seperti itu, demikian pula penulis merasakannya

Ketidak puasan Intelektual dan psikis, terutama atas " adegan " proses Pewahyuan, bagaimanapun tidak mampu mengikis keyakinan bahwa alQur'an adalah sumber kebenaran, sumber segala sumber hukum dan Kitab Babon sebagai panutan hidup. Entah karena doktrin, entah karena apapun, sampai dengan usia semakin tua, tidak berani menafikan begitu saja.

Adegan Pewahyuan dengan model Kanjeng Nabi Muhammad SAW, didikte oleh Malaikat Jibril. Semakin tidak memuaskan intelektualitas Penulis. Selain ( IMHO ) sangat mendegradasi Kebesaran, Keagungan dan KECERDASAN, Muhammad SAW sebagai Rosul. Kayaknya kok Muhammad SAW, sekedar KURIR, saja, menerima dan menyampaikan "apa adanya", tanpa "mengolah". Penulis berkeyakinan bukan demikian prosesnya, tidak akan sesederhana itu. Muhammad SAW adalah Manusia Cerdas, pedagang cerdik yang Jujur, pemuda pilihan dengan Julukan al-Amien sebelum diangkat sebagai Nabi, juga diyakini Beliau ber IQ Tinggi. Apalagi setelah membaca buku karya Michael H Hart, berjudul THE 100, yang diterbitkan tahun 1978, dimana Michael menempatkan Muhammad SAW dalam peringkat Pertama

Katakan, doktrin "umum" proses pewahyuan, sebagaimana yang banyak diceritakan para guru ngaji, Muhammad SAW duduk dihadapan Jibril yang mendiktekan, ayat demi ayat, surah demi surah, bahkan mengatur urutan dan susunan "ayat dan surah". Adegan seperti ini, boleh jadi dipergunakan sebagai "legitimasi" bahwa Seluruh AYAT dalam SURAH dalam AL-QUR'AN, datang dari Allah. Namun muncul pertanyaan lebih filosofis, Bahasa Apa yang dipergunakan oleh Malaikat Jibril dan Muhammad SAW dalam adegan tersebut. Banyak Ulama penulis hubungi, jawabannya mayoritas sama : Bahasa Arab. Well, karena itulah Maka Al-Qur'an menggunakan Bahasa Arab. Situasi ini sangat merisaukan penulis. Apa keistimewaa Bahasa Arab ? dibanding Bahasa Lain. Faktanya hari ini, bahasa manusia paling luas dipergunakan adalah Bahasa Inggris, sedangkan Bahasa paling banyak dipercakapkan manusia adalah Bahasa Mandarin

Bahasa, konon, adalah hasil budi daya manusia, bukan "ciptaan Tuhan" sebagaimana Air, embun, angin, bumi, bintang, matahari atau bulan. Tokh Allah SWT mencipta Air, Embun bukan seperti Houdini yang meng-adakan sesuatu secara tiba-tiba dari ketiadaan. Saat ini berbagai-bagai bangsa memiliki Bahasa Mereka sendiri. Suku-suku bangsa di Indonesia pun memiliki bahasa masing-masing. Tampaknya boleh diyakini, Bahasa adalah hasil "karya" manusia, hasil budi daya manusia, demikian pula karakter, simbol huruf-huruf untuk menuliskan Bahasa. Tentu saja setelah peradaban manusia mengenal tulis-menulis.

Tentang Cara Pewahyuan

Terlalu mudah dibaca pada masa kini, referensi tulisan tentang "cara pewahyuan", dengan mesin pencari google dan key word "cara pewahyuan" siapapun mampu membaca berbagai-bagai informasi, tidak lagi perlu mengunjungi perpustakaan universitas al-azhar atau paramadina hanya untuk itu. Namun sangat sedikit yang mengulas "Bahasa Apakah" yang sesungguhnya disampaikan Malaikat Jibril atau Allah SWT ( untuk Pewahyuan Langsung ), kepada Muhammad SAW. Salam satunya referensi : link berikut ini dikutip :

" Nabi Muhammad tidak melihat malaikat Jibril ketika menerima wahyu,tetapi beliau mendengar kedatangannya.Suara kedatanganya seperti suara lebah atau suara gemerincing lonceng/bell"

Dari referensi sederhana ini, bunyi lonceng/bell bukan bahasa tertentu, lonceng di Inggris atau di Malang, bunyinya sama. Bisa ditenggarai ada " semacam proses "pengolahan" data" ( oleh Muhammad SAW ), dari " suara lonceng " menjadi sederet kalimat ayat atau Surah. Ada sebuah transformasi ( oleh Muhammad SAW ), dari kode yang terdengar mirip suara lonceng menjadi Narasi yang dipahami Masyarakat Arab Quraisy. Bahwa Allah SWT, membimbing Muhammad SAW, tidak perlu diperdebatkan lagi. Namun memaknai bunyi lonceng kedalam sederet Narasi, peran Muhammad dalam "memilih kata demi kata" sangatlah besar.

Argumen "Peran Muhammad SAW" bukan sekedar Kurir dalam Pewahyuan, sering sulit diterima oleh banyak Muslim, di lain sisi banyak muslim akan protes bila ada pihak kurang Mengagungkan Muhammad SAW. Andaikan benar al-Qur'an yang dikenal Muslim sekarang ini, ada campur tangan Muhammad SAW dalam pemilihan kata demi kata, menurut penulis Tidak akan Mengurangi kesucian dan kesakralannya. Penulis pikir, menerima Peran Muhammad SAW dalam menentukan kata demi kata pada Al-Qur'an, bukan sebuah kelemahan al-Qur'an. Bagi yang tertarik mungkin bisa membeli buku The History of The Qur'anic Text, From Revelation to Compilation

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun