Mohon tunggu...
Syarif Dhanurendra
Syarif Dhanurendra Mohon Tunggu... Jurnalis - www.caksyarif.my.id

Pura-pura jadi Penulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Nasib Kesetaraan Gender dan Sejarah Panjang Perjuangan Gerakan Feminisme

12 Februari 2019   12:55 Diperbarui: 12 Februari 2019   13:14 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://voxpop.id

Laporan The Global Gender Gap Report, The World Economic Forum (WEF) 2017 menyebutkan bahwa tingkat kesetaraan gender di Indonesia kalah dengan Filipina. Indonesia bertengger di peringkat enam dengan indeks sebesar 0,691. 

Indonesia kalah oleh Filipina yang berada di puncak dengan skor 0,790. Studi pembanding lain menyebut, capaian yang Filipina raih termasuk menonjol di Asia. Indonesia juga kalah dengan Laos, Singapura, Vietnam dan Thailand dalam hal ini.

Ada empat subindeks acuan dalam laporan ini, di antaranya adalah capaian pendidikan, kesehatan, peluang ekonomi dan pemberdayaan politik.

Filipina berhasil dalam capaian pendidikan. Nilainya bahkan sempurna, 1,0. Indonesia pun demikian dengan skor 0,986. Negara itu juga berhasil dalam indeks kesehatan dan keberlangsungan hidup, meski beda tipis dengan Indonesia: Filipina 0,979 dan Indonesia 0,976.

Dalam sektor ekonomi, Indonesia kurang berhasil mendorong perempuan. Terbukti dengan nilai yang cukup kecil dan jauh dari Filipina, yakni 0,610. Sedangkan Filipina 0,764. Filipina juga ternyata punya skor yang lebih tinggi pada sub-indeks pemberdayaan politik dari Indonesia. Sejak 2008 hingga 2017, skor sub-indeks partisipasi dan peluang ekonomi Indonesia hanya naik 0,039. Begitu pula pada sub-indeks pemberdayaan politik.

Dengan kata lain Filipina sedikit unggul dari Indonesia dalam sub indeks pendidikan dan pelayanan kesehatan. Selain itu, Filipina juga sangat unggul dalam sub indeks peluang ekonomi dan pemberdayaan politik. Mengapa demikian?

Data di atas menjadi pemantik yang menarik untuk dikaji. Di mana Indonesia berada diurutan keenam negara ASEAN yang memiliki kesadaran gender, atau kesetaraan gender. Apakah kita belum cukup mampu memahami gender dan mengimplementasikannya?

Gender selalu menjadi isu menarik, di manapun berada. Secara awam, gender kerap kali disamakan dengan seks. Akan tetapi, pemahaman awam itu bertambah hari semakin runtuh dengan banyaknya diskusi yang di gelar di kampus, pesantren, seminari atau warung kopi.

Gender bukanlah seks. Gender adalah kelamin sosial yang dikonstruksi manusia atas konsekuensi sosial dan kultural. Meskipun gender sempat didistorsikan dengan anatomi biologis, dengan adanya maskulin dan feminin. Anatomi bilogis itulah yang mengklasifikasikan laki laki sebagai sosok yang kuat, tangguh, logis dan tidak cengeng. Sedangkan, perempuan adalah sosok yg rapuh, lemah, irasional dan cengeng.

Selama penulis belajar biologi, kimia, bahkan biokimia- tidak ada satupun senyawa/molekul tubuh manusia yang melambangkan sifat maskulin atau feminin di atas. Memang ada perbedaan hormon, atau kadar hormon dari keduanya. Hormon hormon itulah yang membedakan anatomi biologis, bukan pada penyifatan atau kontruksi tadi.

Gender sebagai kontruksi sosial tidak bermakna tunggal- tetapi beragam. Ada lelaki yang bekerja sebagai teller, ada juga perempuan yang bekerja sebagai satpam. Keberagaman itu bukanlah sebuah persoalan. Yang menjadi persoalan adalah ketidakadilan gender yang dilakukan terhadap kita- seperti marjinalisasi, diskriminasi, stereotiping, beban ganda dan pemiskinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun