Rabu, 28 Desember 2016.Â
Pagi Hari, aku merasa ada yang nggak beres dengan tubuhku. Benar, setelah aku pegang dahiku, ternyata agak sedikit demam. Ah, mungkin ini tidak parah. Paling-paling nanti sore juga sembuh.Â
Jam 10.00 WIB, aku dan kedua temanku berangkat ke kampus, biasa, wifi-an gratis. Lama-kelamaan tubuhku semakin kacau. Suhu tubuh semakin panas, badan menggigil. Namun kedua kawanku tetap asyik wifi-an. Akupun menunggunya sampai puas wifian hingga jam 16.00 WIB. Kemudian kami langsung pulang, kembali ke Pondok.
Sebelum sampai di Pondok, kami mampir ke warung dulu untuk cari makan. Tubuhku semakin kacau. Menggigil ndak karu-karuan. Sesampai di Pondok, aku langsung sholat Ashar dan merebahkan tubuh sambil membungkus berlapis-lapis: kaos lengan panjang, jaket, dan selimut.
Dalam siklus demam yang biasa menghampiri tubuhku, biasanya pada hari pertama akan terasa pusing, suhu tubuh panas luar biasa,  badan menggigil. Ternyata benar, masih berlaku. Malam itu kepalaku seakan-akan tertimpa logam sangat besar, pusing ndak karu-karuan. Tidurku polah-pencilaan, saking parahnya. Berkali-kali bangun dan mengeluarkan nafas panjang, berharap bisa cepat sembuh.
Hari ke-dua dan ke-tiga
Pagi harinya, demam dan pusing masih terasa, dan masih parah. Kuputuskan untuk istirahat, tidur. Kuingat-ingat lagi, biasanya (siklus demam) di hari kedua dan ketiga tubuhku akan berangsur-angsur membaik. Syukurlah, ternyata ini juga tetap berlaku. Pusing, dan demam sudah mereda. Terlebih lagi setelah kuajak tubuhku ke warung, ngopi. Alhamdulillah. Ini semua tidak lain dan tidak bukan ialah pasti kehendak Allah.
Aku berharap, besok (hari ke empat) bisa benar-benar sembuh total. Seperti halnya kebiasaan demamku selama ini. Bukannya aku mendahului kehendak atau memaksakan kehendak Allah, aku belajar dari Cak Nun. Dia bisa memahami karakter kesehatan tubuh, dan bisa menata tubuhnya untuk ngikuti keinginan 'dirinya'. Kemudian tumbuhlah Cak Nun yang selalu fit dalam setiap kegiatan walaupun hanya tidur tidak lebih dari 5 jam setiap harinya.