Mohon tunggu...
muslimah_pesisir
muslimah_pesisir Mohon Tunggu... Full Time Blogger - berkarya untuk allah

"TiDak AdA isTiraHat sETelah inI" 😍😍 ~~zahra_tsabita or muslimah_pesisir~~

Selanjutnya

Tutup

Money

Ekonomi Islam Terbukti Manjur Selesaikan Masalah "Kelangkaan Hingga Krisis Ekonomi"

30 Agustus 2018   21:49 Diperbarui: 30 Agustus 2018   22:12 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kelangkaan barang makin hari makin blunder. Ritmenya tidak bisa ditebak. Tapi yang pasti setiap momentum special datang, mendadak barang-barang pada langka hingga meroket harganya dan berhasil membuat emak-emak pusing 7 kelilingi dunia.

Keadaan makin parah karena kini setiap saat kelangkaan terjadi menyerbu beragam komoditas kebutuhan dapur dan kampung tengah. Walhasil krisis ekonomi menjadi tamu langanan negri ini. Hingga kami lupa rasanya merdeka dalam arti bebas finansial, bisa memenuhi kebutuhan hidup secara layak.

Sistem kapitalisme memang merawat kelangkaan sandang, pangan, papan, hingga kesehatan, pendidikan dan keamanan bagi mayoritas menengah kebawah tapi hal ini tak berlaku untuk para pemodal alias kalangan elit yang kekayaannya melebihi kekayaan jutaan jiwa dinusantara, semua demi menjaga eksistensi sebagai sistem yang pemuja kebebasan. "yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin".

Bebas menjadi pemilik tunggal kekayaan yang ada dengan menghalalkan segala cara. Termasuk memegang prinsip tidak ada kawan yang sejati hanya mempercayai kepentingan sejati. Artinya segalanya berkesempatan menjadi lawan, tak perduli siapapun itu, ini dicanangkan demi mendapatkan kekayaan yang hakiki dengan alat kuasa tanpa batas.

Beragam cara sudah dilakukan oleh entitas berotak jenius untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan kapitalisme. Namun hal ini tak pernah menemui akhir, karena memperbaiki kapitalisme sama seperti menambal kain usang yang rapuh dan mudah koyak. Tembel di area bawah, di area atas, tengah, kanan dan kiri robek dan rusak. Begitu seterusnya.

Memang kapitalisme sudah rusak sejak lahir, maka tak ada celah untuk memperbaiki kerusakan yang hakiki ini. Selain mengganti seluruhnya dengan sistem yang benar sejak kelahirannya dan terjaga kebenaranya hingga kiamat. Mantab toh?

Jika para pendahulu sempat melakukan kesalahan karena mengadobsi sistem ekonomi kapitalisme, maka generasi sekarang tidak boleh mengulang kesalahannya. Selamatkan para pendahulu dengan amal kebaikan atas perbaikan bangsa ini menuju bangsa mandiri dan terdepan dalam peradaan mulia.

Dunia butuh perubahan, agar mengembalikan kedudukan peradaban gemilang sebagai kekuatan utama yang tak pilih kasih terhadap siapapun, selama menyandang makhluk hidup maka akan mendapatkan hak yang sama. menikmati hidup yang layak sebagai manusia dalam kesejahteraan yang menenangkan hati dan pikiran. Tentu inilah dambaan kita bersama.

Sebuah sistem yang paripurna terlihat jelas pada Islam. bahkan sistem ekonomi Islam terbuti mampu menyelesaikan problem ekonomi, semisal masalah pelik "kelangkaan" yang saat ini masih menghantui konstelasi politik dunia termasuk bangsa kita.

Sistem ekonomi islam meletakan pengaruh distribusi yang merata menjadi alat penuntas kelangkaan. Karena distribusi yang tidak meratalah yang penyebab kelangkaan barang dan jasa. Tidak akan ada perbedaan antara ibukota dan pelosok, ketersediaan barang dan jasa akan sama-sama mudah dijumpai.

Negara akan selalu hadir untuk mengatur proses distribusi ke seluruh pelosok negri. Maka kesamaan harga akan ditemui oleh komponen pasar, artinya control stabilitas harga pasar akan diketahui dengan mudah, dan dari sini akan nampak kecurangan oknum-oknum yang tak bertangung jawab itu. Dan ketika ditemukan suatu kecurangan maka Negara akan memberikan sangsi berat sebagai efek jera bagi yang lain sekaligus penebus kesalahan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun